Bagian 9

11 3 2
                                    

"Hayoo! Mas punya pacar yaa?"

Pria bertubuh atletis itu tampak terkejut bukan main. Hampir saja ia melempar handphone yang ada di genggamannya.

"Bening!"

"Bentar ya, aku tutup dulu," Mas Arjuna mematikan sambungan teleponnya. Aku masih tertawa terbahak-bahak. Mas Arjuna persis seperti orang ketahuan mencuri.

"Demi apa? Mas udah punya pacar?" Aku sengaja menaikkan volume suaraku agar terdengar satu rumah.

"Bening," Suara Arjuna mulai mengiterupsi dingin. Ya Tuhan, sepertinya Mas Arjuna memang tipe jaga image!

"Bening mau kasih tau Ibu ah!" Aku pura-pura berjalan menuruni tangga. Sepertinya mengerjai Mas Arjuna memang menantang adrenalin.

"Bening!" Mas Arjuna langsung menarik tubuh kecilku dan membekap mulutku dengan tangannya yang besar. Tubuhku yang tidak siap menjaga keseimbangan langsung terjatuh dalam penjagaan lengan kakakku.

Mata kami beradu. Tiga detik yang cukup membuatku nge-freeze. Aku tidak pernah menatap matanya sedekat ini, apalagi dengan posisi yang bisa membuat orang lain yang melihat salah paham.

"Ekhm, mau latihan buat kencan nanti malam?" Tanyaku memecahkan keheningan.

Mas Arjuna langsung melepaskan pegangannya di belakang punggungku. Aku tertawa hambar dalam suasana awkward. Mas Arjuna menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Kamu ini ya!" Segenggam rambutku di tarik oleh Mas Arjuna. Aku berteriak kesakitan.

"Mas, ih! Sakit tauuuu, Bening serius nih kasih tau Ibu kalau mas pacaran!" Aku tidak main-main dengan ucapanku. Walaupun kesannya bercanda, aku paling tidak suka dengan sesuatu yang berbau kekerasan. Sepertinya Mas Arjuna belum mengenalku hingga tahap itu.

"Eh, eh, jangan dek! Aduuh mas minta maaf deh," Mas Arjuna menarikku ke dalam dekapannya dan mengelus-elus rambut panjangku. Seketika aku merasa nyaman. Aku sampai lupa kalau beberapa menit lalu aku sempat dalam mode tidak waras. Dan ini yang aku butuhkan sekarang, pelukan.

"Eiitsss, di dunia ini gak ada yang gratis, zheyeng. Jawab pertanyaan Bening cepat. Cukup ya atau tidak, oke?" Aku tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini.

"Oke," Mas Arjuna menghela napas pasrah.

"Pertanyaan pertama. Mas Arjuna punya pacar?"

"Ya,"

Aku mulai menyunggingkan senyuman. Walau ada sedikit rasa tidak suka mengetahui ada perempuan yang dekat dengan Mas Arjuna selain aku dan Ibu.

"Siapa dia? Teman sekolah?"

"Ya,"

Ya Tuhan! Aku penasaran siapa dia. Aku menebak bahwa perempuan itu adalah kakak kelasku.

"Adik kelas atau teman satu angkatan?"

"Satu angkatan,"

"Siapa namanya?"

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Aku menghitung dengan jariku. Mas Arjuna terdiam sesaat.

"Oke, Mas Arjuna gak jawab. Berarti Bening bakal kasih tau Ibu,"

"Dan Bapak," Mas Arjuna membulatkan kedua matanya mendengar kalimat terakhir yang kuucapkan.

"Iya, iya, ish!" Aku terkekeh, pertama kali mendengar Mas Arjuna sebal.

"Namanya Zara," Sudah ku duga. Kakak kelasku bak model itu ternyata Kak Zara. Asal kalian tahu, Kak Zara itu primadona sekolah. Sudah sering membintangi iklan nasional, dan juga punya akun fanbase. Bahkan postingan tok tok yang terakhir ia uploud viewers nya tembus lima juta orang. Wah, selera Mas Arjuna tinggi juga, ya.

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang