Aku lagi males nulis yang deep😅 jadi yang ringan-ringan aja dulu, hehe.
Malam Minggu.
Mungkin cafe cafe millenial sekarang sedang penuh. Dan yang pasti malam ini menjadi surganya para pasangan menghabiskan waktu.
Mungkin, hehe.
Aku melempar ponselku ke atas kasur. Lagi-lagi pria itu membatalkan janjinya. Siapa lagi yang pandai membuatku kesal selain Raka? Huh, menyebut namanya saja aku malas.
"Ning, ke pamerannya di tunda dulu ya, say. Aku mendadak ada janji, nih," Suara Raka di sambungan telepon terdengar agak tergesa-gesa.
"Loh, kenapa? Kan pas kita janjian, kamu bilang malam ini kamu gak ada agenda?"
"Aduh, Beningg. Aku beneran gak bisa. Pacar aku...." Tanpa melanjutkan kalimatnya pun aku sudah hafal.
"Ya ampun, Raka! Baru aja tadi siang kamu putus, selang beberapa jam kemudian kamu punya pacar lagi?!" Sungguh aku tidak habis pikir dengan kelakuan pria satu ini.
"Yaa, gimana lagi. Kan kasihan,"
"Sudah! Pergi aja sana! Awas nanti malam kamu nongol lagi di balkon rumah aku!"
"Eh, Bening, aku...."
Tut tut tut.
Aku semakin sebal mengingat percakapan terakhir kami di telepon. Aku tidak marah dia punya pacar. Tapi aku paling tidak suka kalau sudah bertemu orang yang tidak bisa menjaga komitmen. Membuang waktu saja!
Kakiku tanpa sadar berjalan ke arah balkon. Mataku menengadah menjelajahi langit malam yang terlukis begitu indah. Bintang-bintang dan bulan seakan menjadi pemeran utama dalam lukisan Sang Pencipta. Aku memejamkan mata menikmati angin semilir menggelitik wajahku. Aku melemparkan pandanganku ke bawah. Lampu-lampu perumahan warga terlihat dari balkon rumahku. Bahkan Sungai Rim terlihat begitu indah. Kapal-kapal seakan diam di tempatnya untuk menyuguhkan pemandangan sejenak.
Kota Bergie adalah tempat favorite kedua setelah Desa Paluncah. Tidak ada polusi, macet, apalagi banjir. Tapi, Desa Paluncah tak pernah tergantikan posisinya.
Tok tok tok!
"Buka aja," Ucapku setengah berteriak. Aku segera menutup pintu penghubung antara kamarku dan balkon.
Wajah Mas Arjuna terlihat setengah dari balik pintu.
"Kenapa, Mas?"
"Loh, kamu gak jadi jalan sama Raka?" Pertanyaan yang memperburuk mood ku seketika.
"Entah," Jawabku ketus.
"Oh, oke. Hehe,"
"Masuk aja, Mas. Ngapain ngumpet di balik pintu gitu? Kayak orang asing aja,"
Mas Arjuna tertawa. Aku yang sejak tadi hanya melihat kepalanya, langsung terpana ketika postur Mas Arjuna sepenuhnya sudah tidak tertutupi pintu.
"Wididih, ganteng amat. Mau kemana?" Mas Arjuna berpakaian sangat rapi dan modis. Sepertinya ia sangat cocok membintangi iklan majalah.
"Kamu kan gak jadi jalan. Mau temani Mas gak ke pasar malam?"
Mataku seakan keluar dari tempatnya. Aku langsung melompat ke punggung Mas Arjuna, dan melingkarkan kedua tanganku di lehernya. Untung saja Mas Arjuna dengan sigap menahan berat badanku.
"Mau! Kapan? Sekarang? Bening udah siap, nih!"
"Haha, giliran di ajak jalan aja cepet,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck
Teen FictionBerawal dari bencana besar yang menggemparkan seluruh penjuru negeri nya. Membawa gadis itu pada kehidupan dengan berbagai ritmenya. Begitu kuat melewati semua itu. Sampai lupa, ada ruang yang jauh di relung hati nya, dan seseorang itu berhasil meny...