Minho menatap nanar bingkai foto yang ia letakkan di meja kerjanya. Potret yang menampilkan foto dirinya dengan wanita yang amat dicintainya, Hyokyung. Ya walaupun pada foto itu Hyokyung hanya cemberut karena dipaksa mengambil gambar oleh Minho.
Setelahnya, Minho menghembuskan napas berat. Sudah hampir lima tahun Hyokyung menghilang. Bahkan ia sudah mencoba berbagai cara untuk menemukan Hyokyung, mengerahkan seluruh kenalannya untuk turut membantu. Namun nihil, sampai detik ini, kabar tentang wanita itu belum juga ia dapatkan.
'Tok.. Tok.. Tok..' suara pintu diketuk membuyarkan lamunan Minho.
"Masuk!"
Tak lama kemudian, muncul seorang perawat yang membawa beberapa kertas dalam genggamannya.
"Dokter Lee, ini data pasien yang akan dioperasi hari ini"
Minho mengangguk singkat,
"Ada lagi?""Oh iya, Dok. Perihal sosialisasi ke daerah terpencil, Dokter juga akan turut dikirim ke sana"
Minho mengernyit bingung, padahal awalnya ia tak masuk list sosialisasi karena padatnya jadwal operasi yang harus ia tangani.
"Kenapa tiba-tiba? Operasi di sini bagaimana kalau saya berangkat?"
"Ah itu, Dokter Sana sudah kembali dari Jepang, Dokter Juyeon juga sudah kembali dari masa cutinya. Jadi, Dokter tidak perlu risau"
Minho mengangguk mengerti,
"Baiklah, acaranya mulai tiga hari lagi kan? Daerah mana yang akan dituju?""Di dekat laut, ujung wilayah Gwangju, Dokter"
======
Minho melepas jas putihnya yang memiliki beberapa bercak darah. Ia kemudian melangkah ke dalam kamar mandi ruangannya dan mencuci wajah kusutnya.
Ini sudah hampir pukul enam sore, sedari tadi ia terus-terusan memiliki jadwal operasi yang membuatnya harus melewatkan makan siangnya. Bohong jika Minho mengatakan saat ini dirinya tak kelaparan.
Lelaki itu kemudian melangkah duduk di kursi kerjanya, kembali menatap bingkai foto di hadapannya. Ya, setidaknya dengan melihat wajah Hyokyung seperti ini, mampu mengusir rasa penatnya walau sejenak.
Ah atau tidak.
Karena kini pintu ruangannya telah dibuka tanpa izin, dan menampilkan sosok pria tampan dengan cengiran khasnya sedang melangkah ke arah Minho.
"Hey yo whats up, Dokter Lee Know!"
Dan suara berisiknya segera menginterupsi pendengaran Minho.
Minho hanya merotasikan bola matanya malas ketika lelaki itu duduk santai di kursi depannya.
"Mau apa kau kemari?" tanya Minho.
"Ck, memangnya kau tidak merindukanku apa? Aku cuti selama dua minggu kau tak rindu?"
"Lebih baik kau cuti selamanya dari hidupku" balas Minho datar.
"Kau tega sekali, kupikir kita adalah sahabat"
Kini, pria di depan Minho itu malah memasang ekspresi wajah memelas yang sangat menggelikan di mata Minho.
"Diam Juyeon. Aku sedang lelah"
Ya, pria dihadapan Minho itu adalah Lee Juyeon. Salah satu dokter spesialis bedah juga seperti Minho. Pria yang bahkan sejak pertemuan pertamanya dengan Minho sudah mengikrarkan diri secara sepihak sebagai sahabat Minho.
"Baiklah, baiklah. Aku bawakan makanan, kudengar jadwalmu padat sejak tadi siang"
Juyeon menyodorkan sekotak makanan restoran ke hadapan Minho.

KAMU SEDANG MEMBACA
IN YOUR EYES [Lee Know]
RomansHidup tanpa kedua mataku nyatanya lebih baik daripada harus hidup tanpamu