Waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi, tapi kini Minho malah sudah berdiri dengan jaket tebalnya di depan rumah Hyokyung. Bahkan wanita itu pun belum terlihat batang hidungnya sejak Minho datang satu jam yang lalu. Jendelanya pun masih gelap gulita.
Katakan Minho gila karena rela menguntit Hyokyung sepagi ini. Namun, Minho tak peduli, ia sudah menemukan Hyokyung dan Minho tak akan pernah melepaskannya lagi bagaimanapun caranya.
Setelah hampir setengah jam ia berdiri, lampu mulai dinyalakan, kemudian tak beberapa lama terdengar suara gemericik air dari dalam. Sepertinya wanita itu sedang mandi.
Minho terkekeh singkat, ia jadi teringat dulu saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sering sekali bermain di kolam renang milik rumah Hyokyung. Menyeret wanita itu untuk turut bermain air walaupun Hyokyung pasti akan mengamuk karena pastinya ia lebih memilih untuk berkutat dengan buku-buku pelajaran yang terlihat menyebalkan di mata Minho.
Namun pada akhirnya Hyokyung pasti akan menurut dan mengikuti Minho meskipun ia hanya akan duduk di tepian kolam sembari melihat lelaki itu berenang.
Minho tersadar dari lamunannya tatkala pintu rumah di hadapannya dibuka, menampilkan sosok anggun yang sampai kapanpun wajahnya akan selalu ia kagumi tanpa jeda. Bahkan ketika kini raga itu tak lagi sama seperti yang terakhir kali Minho lihat. Namun baginya, Hyokyung tetaplah Hyokyung, kekasihnya.
Setelahnya suara langkah kaki dan tongkat yang saling bersahutan membuat Minho memutuskan untuk mengikuti langkah Hyokyung. Baru tiga langkah ia berjalan, dering ponsel Minho sudah menginterupsi kegiatannya.
"Siapa di sana!?"
Hyokyung refleks menghentikan langkahnya dan memasang posisi was-was. Bodoh, tentu saja Hyokyung dapat mendengar dering ponselnya karena Minho semalam memasang volume yang paling keras.
Minho membeku, merutuki kebodohannya sembari berusaha merogoh sakunya untuk mematikan deringnya. Tapi tetap saja Hyokyung sudah curiga dan berjalan mendekat ke arahnya.
Tidak ada cara lain, Minho akhirnya memilih berlari kencang menjauhi Hyokyung agar wanita itu tak mengejarnya. Ah, hancur sudah rencana yang sudah Minho susun dengan matang untuk membuntuti Hyokyung, hanya karena kecerobohannya.
Tak lama kemudian, ponselnya kembali berdering, Minho sontak menggeser tombol hijau ketika mengetahui San-lah yang menelfonnya.
"Halo, San?"
"Hyung dimana? aku sudah sampai di Gwangju"
"Akan aku kirimkan lokasinya kepadamu"
'Tutt'
Sambungan diputuskan sepihak oleh Minho. Lelaki itu kemudian merogoh saku untuk mengambil kunci mobilnya. Dan mulai membelah jalanan kota Gwangju untuk menemui San, senyuman terukir di wajahnya ketika ia memikirkan ide gila untuk membawa Hyokyung kembali.
======
Minho yang tengah melakukan jadwal sosialisasi di salah satu perumahan lagi-lagi harus dikejutkan dengan dering ponselnya. San menelfonnya lagi, padahal tadi pagi mereka baru saja berjumpa.
"Ada ap-"
"Hyung cepat ke lokasi yang aku kirim, aku sudah tiba di rumahnya, tapi dia tiba-tiba pergi dari rumah sebelum aku melancarkan rencanamu, aku sedang mengikutinya saat ini."
Minho melebarkan bola matanya, gawat, jangan sampai rencana yang sudah ia susun harus gagal.
"Baik San, aku akan menyusulmu!"
Minho meninggalkan rekan-rekannya di sana tanpa sepatah katapun. Masa bodoh jika ia akan dimarahi atasannya, Hyokyung lebih penting sekarang.
Dan di sinilah Minho dan San berdiri, di sudut ruangan suatu toko perhiasan. Minho mengernyit, menatap San yang lebih dulu sampai darinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IN YOUR EYES [Lee Know]
RomansaHidup tanpa kedua mataku nyatanya lebih baik daripada harus hidup tanpamu