———
Pagi ini sekitar jam sepuluh pagi, felix datang keapartment changbin. Ia sudah sangat wangi dan bersemangat hari ini. Memakai baju sweater baby pink dan celana jeans. Senyum terpatri diwajahnya.
Tapi, tak lama senyum itu lenyap. Sudah sekitar dua puluh menit ia berdiri didepan pintu apartment changbin, namun yang dikunjungi tak kunjung datang.
Felix menelpon changbin sudah lebih dari sepuluh kali. Tetap saja tidak diangkat-angkat. Karena capek berdiri, felix menggedor-gedor pintu apartment changbin dengan keras.
"Changbin!!! Kak Changbin!!"
Dih pasti belum bangun.
"Kakk!!!"
Untung saja jarak satu pintu apartment dengan pintu lainnya di batasi dengan dinding yang menjorok kedalam. Jadi, felix tidak terlalu takut kalau saja ia mengganggu tetangga changbin.
Sudah lebih dari lima menit menggedor-gedor pintu, akhirnya changbin keluar dengan mukanya yang masih berantakan. Rambutnya yang acak-acakan serta bajunya yang sedikit keangkat.
Felix memutarkan matanya. Pria didepannya ini benar-benar baru bangun.
"Ngapain lo, fel?" Dengan suara serak khas bangun tidur dan mata yang masih tertutup, felix yakin nyawa changbin belum sepenuhnya kembali.
"Mau bersih-bersih." Felix mendorong changbin dan masuk keapartmentnya.
Sepertinya malam selepas mereka pulang dari museum, changbin tidak langsung tidur. Buktinya, laptop dimeja kerjanya masih menyala dan beberapa kertas yang berserakan dilantai. Changbin sepertinya baru saja membuat sebuah lagu.
Felix mengambil kertas-kertas itu dan menyusunnya menjadi satu. Laptop yang masih menyala itu pun dimatikan olehnya dan ia mulai mengambil gagang sapu yang terletak disamping toilet apartment changbin.
Melihat felix bersih-bersih, changbin kembali menidurkan dirinya dikasurnya. Menarik selimut putih bersihnya itu dan memeluk guling berwarna abu kesayangannya.
"Beneran dijadiin babu gue disini."
Felix berjalan mendekati kasur changbin. Kalo dilihat changbin yang sedang tidur ini terlihat seperti anak laki-laki kecil berumur sepuluh tahun yang kelelahan habis bermain dengan teman-temannya.
Felix tersenyum lembut.
Tapi, setelahnya ia menendang kaki changbin. Dan dibalas tatapan tak suka dari yang punya kaki.
"Apasih tendang-tendang!" Serunya kesal.
"Tuan muda changbin, saya datang bukan untuk menjadi babu." Felix senyum dengan gigi yang disatukan seperti menahan amarah.
"BANGUN, SEO CHANGBIN."
"IYA INI BANGUN, LEE FELIX."
Changbin yang mendengar teriakan felix langsung duduk diujung kasurnya, walaupun kepalanya sesekali tertunduk karena masih capek dan ngantuk.
Felix berjalan menuju meja makan kecil didapur milik changbin. Mengambil segelas air mineral dan memberikannya kepada changbin.
"Minum dulu, habis itu mandi."
Changbin menyambut air mineral yang dibawakan felix. Setelah selesai meminumnya, gelasnya ia berikan lagi kepada felix. Ia berjalan mengambil handuk yang tergantung dekat lemarinya dan setelahnya memasuki toilet dengan muka kusut.
Felix yang sudah banyak melakukan kegiatan itu pun beranjak menjelajahi dapur changbin.
Ia melihat-lihat isi kulkas changbin yang hanya terdapat selai kacang, roti tawar, susu, telur satu butir dan wine dengan berbagai nama. Felix menghela napasnya.
"Pantesan selalu makan diluar." Felix menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berpikir sejenak. Ia dan changbin sama-sama belum sarapan. Sepertinya sarapan roti selai kacang sudah cukup.
Felix mengambil roti tawar tadi dan meletakkan selai kacang diatasnya. Sesekali mencicipi selai kacang tadi dengan jari telunjuknya. Menuangkan susu ke dua gelas kaca berukuran sedang. Sarapan sederhana mereka jadi.
Tak lama, changbin keluar kamar mandi dengan handuk yang hanya melingkari bagian pinggang kebawahnya. Tetesan air dari rambutnya yang basah mengalir melewati badan changbin yang atletis itu. Belum lagi bau mint yang berasal dari shampoo serta sabun mandinya menyeruak memenuhi ruangan.
"Cepetan pake bajunya!!" Pekik felix.
Changbin yang melihat felix heran, tanpa menghiraukannya. Ia mengambil baju kaos berwarna putih dengan motif kartun didepannya dan celana jeans hitam.
Setelah lengkap berpakaian, changbin datang menghampiri felix yang ada didapur dengan handuk yang ada dilehernya, untuk mengeringkan rambutnya yang masih cukup basah.
"Lo yang buat?"
Felix menganggukkan kepalanya.
Changbin duduk bersebrangan dengan felix dan mulai mengunyah roti yang tadi felix buat.
"Gaada yang lain ya? Masa susu?"
"Ya lo sadar aja sih, kulkas lo cuma isi wine dan susu. Yang memungkinkan ya cuma susu, mau lo minum wine pagi-pagi?"
"Ya ga wine juga kali fel. Kan air mineral ada."
"Udah sih, minum aja susunya."
Walaupun tadi protes, changbin tetap meminum susu yang ada didepannya.
"Lo ngapain kesini, fel?"
"Kalo lo lupa kita mau buat masakan korea yang lo minta kemaren!"
"Eh iya lupa gue." Changbin mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi google maps. Mencari supermarket yang menjual bahan-bahan masakan korea.
"Kita ke K-Mart 15. Lumayan dekat nih, 2,4 km dari sini."
Felix menyimak changbin yang sedang menatap ponselnya dengan mulut yang masih penuh dengan roti. Merasa ditatapi, changbin berhenti mengunyah padahal mulutnya masih penuh sama roti.
"Tenang kita naik bus kok."
Felix tertawa, sepertinya changbin mengira kalau felix akan merengek lagi.
———
Halo, ini fluffyseo! Part korean foods ada dua part ya. Aku mau bilang makasih buat yang mampir dan memberi jejak pada book yang flat ini. Sebenarnya book ini ga flat. Cuma, mereka kan baru dekat jadi nikmati kedekatan mereka dulu ya!! Salam hangat dari fluffyseo buat yang sudah mampir, jangan bosan ya😔❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
PARIS -Changlix ✔
Fanfiction"I thought we were match." "Who told you that we didn't macth? We are perfect, honey." hi, there! welcome to changlix. ©Fluffyseo, 2020. [HIGHEST RANK] #4 Changlix - 081020