one, who?

3.4K 444 31
                                    


———

Pagi ini, disebuah supermarket yang terletak tak jauh dari apartmentnya, felix sedang bingung memilih butter yang bagus untuk digunakan dalam bahan percobaannya kali ini.

Baru satu minggu menginjak Paris, felix masih terlalu buta dengan kota tersebut. Berulang kali ia melihat google maps sebagai panduan, berulang kali pula ia berakhir tersesat.

Tapi, tidak dengan pagi ini, dia sudah lumayan familiar dengan daerah sekitar tempat tinggalnya—walaupun tetap menggunakan google maps. Oleh karena itu, ia cukup berani untuk mengunjungi supermarket yang berkelang jarak 1 km itu.

"Mana sih butter nya? Katanya ada di supermarket ini."

Sudah lebih dari 1 jam felix mengelilingi supermarket tersebut hanya untuk mencari, butter. Salahkan felix yang terlalu malu untuk bertanya.

"Kayaknya ini deh butternya."

Felix menghidupkan ponselnya lagi, dan memeriksa apakah butter itulah yang ia cari.

Namun sepertinya, tangan kecil felix kalah cepat untuk mengambil butter sialan yang sudah dua jam ia cari.

"Excuse me, sir. That butter is mine."

"But, I took this butter first. And now it's mine."

"Sorry, sir. This butter is mine. I just forgot to put this butter in my troly."

"So? It's your fault."

Sialan ngajak kelahi ni orang.

"Please, I need this butter." Felix dengan jurus mata kucingnya pun mulai beraksi.

Orang asing tersebut pun memberikan butter tersebut kepada felix.

Hampir saja felix berteriak, namun dia tau diri dan hanya tersenyum kepada pria asing tadi.

"Thank you, sir."

Felix mulai berjalan melewati pria tadi, sampai akhirnya kakinya berhenti ketika pria itu mengatakan

"Untung masih bocah, kalo ga dah gue rebut tuh butter."

Felix berbalik.

"Are you asian?"

"Lo pikir apa? Gue parisian? Muka korea tulen ini lo sangka parisian?"

"Anjir ketemu sesama asian dong. Gue juga asian nih btw. Dan orang korea juga gue tuuuh." Balas felix dengan senyum sumringah di bibirnya.

"Ga nanya."

Dan orang asing tadi pergi ninggalin felix sendiri.

"Dih, banyak gaya banget kayaknya tuh orang."

Dan, felix kembali melanjutkan aktifitasnya untuk membayar belanjaannya itu dikasir.

Setelah membayar, felix dengan satu kantong besar berisi bahan-bahan pokok untuk dirinya seminggu kedepan berjalan pulang.

Dijalan, ia bertemu lagi dengan pria asian yang disupermarket tadi.

"Hei, asian!" Pekik felix dari jauh.

Orang tadi menoleh ke felix sebentar, dan melanjutkan lagi jalannya.

Karena merasa tak dihiraukan. Felix berlari mengejar orang asing tersebut.

"Gue felix."

"Gue ga nanya."

Sialan.

Mereka berjalan dalam keheningan. Felix dibelakang, sedangkan orang tadi berjarak dua meter didepan felix.

"Kayaknya anaknya susah diajak temenan ya. Gue mau punya temen."

Felix berjalan sambil menundukan kepalanya.

Memikirkan banyak cara bagaimana mengajak orang didepannya berteman.  Mulai dari percakapan sederhana tentang lo tinggal dimana sampai percakapan sulit tentang tujuan lo hidup didunia ini apa.

Tanpa disangka felix sudah didepan bangunan apartmentnya. Sedangkan pria tadi berjalan ke sebelah bangunan apartmentnya yang felix pikir itu juga pasti apartment.

"Gue changbin. Seo Changbin."

Dan pria bernama changbin tersebut langsung masuk keapartment tempat tinggal.

Felix tersenyum cerah, bersamaan dengan cuaca paris yang tadinya mendung, menjadi ikut cerah.

"Hai, seo changbin. Salam kenal."

———


Halo, ini fluffyseo. Terimakasih yang sudah mampir di chapter pertama book ini. Please, give me a feedbackㅠㅠ. This is my first book in this account. Jadi, feedback dari para readers sangat membantu aku.

PARIS -Changlix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang