———
Lebih dari dua jam felix menunggu didepan gerbang, changbin belum menampakkan hilalnya.
Iya, setengah tahun berlalu felix mulai menjalani aktivitasnya dikampus begitupula changbin yang mulai melanjutkan kerjanya disalah satu agensi sebagai produser tetap.
Dua bulan yang lalu, changbin membeli mobil bermerk BMW i8 Protonic Dark Silver Edition dengan hasil kerja kerasnya dua tahun silam tak lupa dibantu oleh orang tuanya yang memang tergolong kaya.
Karena semakin dekat, changbin merasa bertanggung jawab atas felix. Mengantar dan menjemput felix sudah menjadi prioritas utamanya sekarang. Sebelumnya felix juga ingin membeli kendaraan, paling tidak sepeda motor. Tapi changbin tidak memperbolehkannya.
Dan disinilah ia sekarang, berdiri didepan gerbang yang untungnya lumayan teduh menunggu changbin yang tak kunjung datang.
Berbagai sumpah serapah sudah felix ucapkan, pasalnya changbin tidak bisa dihubungi sedari satu jam yang lalu. Terakhir changbin hanya bilang 'tunggu sebentar'.
"Mending beli motor sendiri kalo gini mah. Liat aja dah Seo Changbin kalo belum datang juga gue naik bus."
Kaki dihentak-hentakkan dan bibir yang sedikit maju karena kesal. Felix untung saja mahasiswa sudah banyak yang pulang, takutnya nanti diculik loh karena kelewat gemas.
"Anjirrr haus banget lagi. Sialan Seo Changbin emang menyiksa banget." Umpat felix, lagi.
Melihat didepan sana ada supermarket, felix mencoba menyembrang jalan. Tapi, langkahnya terhenti ketika changbin dengan mobilnya berhenti tepat sebelum ia menyembrang. Untung saja tidak terserempet, yang ada tambah mengamuk kesayangan changbin.
"Udah lama nunggu, princess?"
Felix memutar bola matanya.
"Princess kepala lo!"
Changbin turun dari mobilnya dan membuka pintu dihadapan felix.
"Galak bener. Udah masuk dulu yuk."
Felix tanpa menghiraukan changbin langsung masuk kedalam mobil dan melipat kedua tangan didadanya.
Changbin masuk dan mulai menjalankan mobilnya.
"Fel, kata orang kalo bibirnya maju terus bisa dower loh!"
"Suka-suka gue dah." Felix masih melihat keluar jendela. Ia sekarang sudah sangat tidak mood untuk meladeni changbin.
"Yaudah ayok makan." Ajak changbin.
Felix tidak menjawab.
"Mau makan apa?"
"Terserah."
"Sushi?"
"Terserah."
"Ayam?"
"Terserah."
"Daging?"
"Tck. Gue bilang terserah."
Felix beneran ngambek ternyata.
Changbin berpikir sebentar.
"Makan direstoran china aja ya. Ada yang dekat kok dari sini."
Felix tetap tidak menjawab changbin.
Changbin melajukan mobilnya dengan keadaan yang sangat canggung. Sesekali melirik felix yang masih mengerutkan keningnya dan tangan yang dilipat didada. Changbin sudah hilang akal untuk membujuk felix. Siapa tau dengan makanan nanti bisa sedikit mengembalikan senyumnya.
Sesampai direstoran china, felix turun lebih dulu dan masuk lebih dulu. Changbin yang melihatnya hamya menghembuskan napas kasar.
Felix duduk dikursi sofa private untuk dua orang. Changbin mulai memesan setelah pegawai restoran datang menghampiri mereka.
"We order hotpot, sweet and sour pork, and dumplings."
"Any other, sir?"
"Do you have wine?"
"Yes, we have sir."
Felix membulatkan matanya. Dia tidak cukup tuli untuk mendengar kata wine.
"Kak!"
Changbin menoleh kearah felix setelah ia memesan 1 botol wine dan beberapa dessert.
"Banyak banget mesannya! Terus apa coba, wine? Masih terlalu siang buat minum wine!"
"Udah diem aja."
Sesaat kemudian, pesanan mereka sampai. Felix membulatkan matanya lagi. Changbin dapat uang darimana bisa memesan makanan yang hampir saja memenuhi meja mereka. Ingin sekali felix memukul kepala changbin sekarang karena sangat boros.
"Boros banget!"
"Tapi bilang terserah."
"Iya kan ga harus sebanyak ini."
"Udah makan aja dulu, fel."
———
Benar kata changbin, setelah makan mood felix akhirnya kembali. Ia mulai tersenyum dan bernyanyi bersama musik yang diputar diradio mobil.
Changbin akhirnya lega.
"Kak, masih mau ke agensi?"
Changbin menganggukkan kepalanya. Melirik kearah felix, ternyata felix sedang memajukan bibirnya.
"Kenapa, fel?"
Felix menoleh. Melihat changbin yang menyetir namun sesekali meliriknya.
"Banyak pr. Temenin." Masih mempoutkan bibirnya.
Changbin terkekeh pelan dan mencubit pipi felix yang sedikit menggembung itu.
"Gemessss"
"Kakk!!!" Felix mengaduh.
"Nanti gue pulang agak maleman, jam 9 deh kayaknya."
Felix menampakkan raut sedihnya.
"Fel, gue kerjaa loh!"
"Iya-iya yang sibuk kerja."
"Nanti gue keapart deh habis pulang. Biar nemenin lo ngerjain pr."
"Beneran?"
Changbin menganggukkan kepalanya. Ia tidak tahan akan kegemasan felix yang makin hari makin menggemaskan.
Lihat sekarang, felix sedang memelukkan karena kesenangan. Tebak siapa tadi yang mengumpat changbin karena datang terlalu lama. Iya, mereka orang yang sama.
"Jangann lupa ya kak!"
Felix yang sudah berada didepan gerbang apartmentnya mengingatkan changbin akan janjinya sebelum changbin pergi lagi keagensi.
"Iyaaa sayang!!"
Felix membolakan matanya. Sedangkan changbin sudah melajukan mobilnya sedetik setelah mengucapkan kata keramat itu.
"Seo changbin hari ini bener-bener orang yang beda deh. Kenapa ya?" Monolog felix sebelum memasuki apartmentnya.
———
Hai, ini fluffyseo! Jadi part ini mereka bisa dibilang sangat dekat. Felix juga mulai merasakan hal yang sama kayak changbin. Jadi tinggal tunggu changbin aja yang ngomong ini mah. Btw, segini dulu ya! Makasihh lagi buat yang tetap baca ff ini, soalnya ff ini datar bangett😭😭 makasihh banget ya yang masih mau baca❤❤❤ I lovee youu, guys❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
PARIS -Changlix ✔
Fanfiction"I thought we were match." "Who told you that we didn't macth? We are perfect, honey." hi, there! welcome to changlix. ©Fluffyseo, 2020. [HIGHEST RANK] #4 Changlix - 081020