4. kepribadian

226 42 4
                                    

"Berusaha menyimpan kepribadian memang tak mudah"







Happy Reading

"Loh? Renjun?" mataku melihat Renjun dari puncuk kepala hingga ujung kaki.

Ini benar benar Renjun yang kukenal di sekolah?

Penampilan dan segala nya lebih buruk dari yang disekolah.

"Nak Renjun? Baju dan badan kamu kenapa?"

"Hal—"

"Kamu ngga usah ngomong lagi nak, halmeoni tau kamu berusaha lari dari mama kamu lagi kan?" Renjun hanya menunduk dan berjalan menuju tempat aku dan nenek duduk.

Aku melihat seluruh tubuhnya. Terdapat bekas luka di bagian bibir, tangan, kaki, dan bagian belakang leher. Akh miris sekali!

Ingin sekali aku menanyakan apa yang terjadi. Tapi sebelum aku ingin membuka mulut, nenek sudah menyuruh ku untuk diam.

"Nak Renjun, kamu tau kan jika kamu ngga pulang, mama sama papa kamu makin menjadi" nenek menatap Renjun yang masih menunduk. "Halmeoni buatin kamu makanan dulu, abis itu tolong Minjae antar Renjun pulang ya? Karna nenek yakin Renjun kesini itu jalan kaki"

Apa? Jalan kaki?

Ya tuhan, jarak kota Seoul menuju desa ini jauh nya tak main main. Aku saja yang naik motor merasa lelah, bagaimana dengan Renjun yang berjalan sejauh itu dengan berbagai luka di tubuh nya?

Hendak nya aku ingin mengangguk, lagi lagi terpotong oleh Renjun yang bersuara.

"Ngga usah halmeoni, biar Renjun pulang sendiri nanti"

Aku masih menyimak perbincangan nenek dan Renjun.

Sepertinya akupun juga harus pulang, bunda pasti akan sangat marah jika lagi lagi aku kabur dari kota. Bunda tidak boleh tau kalau selama ini aku bersembunyi dan bermalam dirumah nenek. Bisa bisa aku tak boleh lagi kerumah ini.

Saat nenek hendak berdiri untuk membuatkan kami makanan, aku sudah mencegah nya terlebih dahulu.

"Ngga usah halmeoni, aku sama Renjun makan di jalan aja" nenek diam sebentar, dan menatap Renjun lalu aku secara bergantian. Kemudian ia mengangguk.

Aku dan Renjun pun salam kepada nenek, dan melambaikan tangan sambil berjalan menuju pintu keluar.

Nenek juga ikut keluar untuk mengantar kami.

Aku menaiki motor dan menyalakan nya, tapi Renjun tak kunjung naik. Akupun melihat kearah Renjun, dan ia menatap ku dengan ekspresi seakan menuntut.

"Biar aku yang bawa motor nya" ucap nya sambil menyuruhku turun dari motor.

Bola mata ku membesar, dan dengan cepat menolak keinginan nya.

Tapi dia tetap bersikeras untuk membawa motornya. Tentu tidak ku izinkan, luka nya saja belum sempat di obati.

"Ngga! Apaan si, orang kamu masih luka gitu"

"Minjae, aku malah malu kalo terus menerus di bonceng kamu. Seharusnya laki laki yang memboncengi perempuan, iya kan? Aku juga tak ingin terlihat lemah maupun pecundang di depan kamu"

Aku mematung, dan mau tak mau kuturuti kemauan nya.

Ia tersenyum lembut sebelum menaiki motor.

Laki laki ini, sangat berbeda sekali dengan pertama aku berjumpa dengan nya. Seperti memiliki 2 kepribadian.

Apa ini adalah sifat asli yang ia sembunyi kan? Mengapa ia lebih memilih untuk hidup seperti hantu seperti yang diucapkan Jaemin kemarin?

Renjun mulai menarik gas, dan keluar dari pelantaran rumah nenek.

🍁🍁🍁

Selama di perjalanan, Renjun kembali menjadi dirinya yang di sekolah.

Diam, sama sekali tak berkutip.

Kita sudah masuk wilayah perkotaan, dan sekarang sudah malam hari. Setidaknya masih sekitar jam 8 malam. Ini semua dikarenakan daerah kota yang sangat padat.

Oh iya! Kami belum makan sama sekali sejak berangkat.

Akupun berniat mengajak Renjun untuk istirahat, karna aku juga yakin bahwa dia sangat lelah. Belum lagi karna tubuh nya yang masih di penuhi luka.

"Njun, berenti buat makan dulu ya? Sama obatin luka kamu, tadi kan di rumah nenek ngga sempet.

Ia mengangguk dan menepikan motor di salah satu cafe.

Tempat ini cukup ramai, mungkin itupun karna hari sudah malam. Pasti tempat seperti ini ramai.

Awalnya Renjun ngga mau, katanya terlalu ramai. Dan dia berkata kalau ibunya tak membolehkan Renjun berinteraksi dengan manusia.

Ck pembohong! Buktinya dia telah berbicara padaku dan nenek.

Kupaksakan untuk tetap istirahat di cafe itu, karna kemana lagi selain ke cafe ini?

Luka Renjun pun juga harus segera di obati, bisa infeksi. Dan dari tadi pun kita belum makan.

Kita masuk kedalam cafe itu, aku menyuruh Renjun untuk mengangkat kepala nya, agar tidak malu dilihat orang.

"Kamu pesen dulu aja njun, aku mau pergi ke apotek bentar buat beli obat" ucapku saat kita sudah menemukan kursi kosong.

"Kamu sakit?"

Aku terkekeh sebentar, "kamu yang sakit". Kemudian aku berjalan keluar dan mencari apotek terdekat.














"Makasih ya" dengan cepat aku berlari menuju cafe tadi setelah membeli beberapa obat luka untuk Renjun.

Sesampai di cafe aku melihat Renjun dengan satu perempuan. Siapa itu? Pacar nya kah?

Aku masuk kedalam cafe itu.

"Njun?" ia menengok. "Eee itu siapa?" pandangan ku beralih melihat perempuan yang kini duduk satu meja dengan nya.

Perempuan itu berdiri dan menatap ku sebentar.

"Nanti jangan lupa chat aku ya"

Lalu dia berlalu meninggalkan kita berdua.

"Dasar centil, genit lagi"

"Dasar centil, genit lagi"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Unhappy - Huang Renjun|

To Be Continued














• • • • • • • •

Iya tau chapter ini bosenin:(
Ya maapp, ideku lagi buntung banget.

Unhappy 'Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang