24. bingung

138 28 0
                                    

"Sesuatu yang terlalu dipaksakan memang tidak baik"





Happy Reading.

Minjae Side.

"Kita pulang duluan ye"

Jaemin dan Mark keluar terlebih dahulu.

Kak Jungwoo? Saat dia mengantar Renjun sampai apartement, ia dapat panggilan dari kampus. Walaupun ia libur, dan kampus nya berada di Kanada, mungkin itu urusan yang mendesak sampai dirinya harus pulang.

Berakhirlah aku hanya berdua dengan Renjun, yang kini sedang berada di sofa sambil menonton kartun.

Baru tau Renjun menyukai kartun.

Ah tidak salah juga, Renjun saja pernah membual soal luka nya dulu terjadi karna dia ingin mengambil boneka moomin nya di selokan.

Dasar.

Aku berada di dapur, memanaskan bubur yang tadi sudah dibeli oleh Mark. Ini sudah jadi, hanya perlu dipanaskan, tenang aku bisa masak.

Setelah bubur selesai dipanaskan, aku membawanya menuju sofa menggunakan nampan.

"Sini makan, minum obat dulu tapi. Tadi abis bangun dari tidur kamu demam tau" aku menyodorkan nya segelas air putih dan pil yang sudah ku keluarkan.

Renjun tersenyum sebelum menerima obat dan gelas.

Dimasukan nya pil itu, lalu langsung di minum air putih yang aku berikan.

Ia menatapku, ah sial ini membuat jantungku berdetak tak karuan. Ditambah saat ini hanya ada kami berdua, jantungku berdetak lebih cepat.

"Kenapa?" tanya nya.

"Ah? Oh nggak" aku segera memalingkan wajah yang kuyakin kini sudah seperti kepiting rebus.

Renjun terkekeh, dasar.

Aku mendengus kesal dan mengambil alih buburnya.

"Kok malah kamu yang makan?"

"Laper!"

Lagi-lagi, ia tertawa.

"Keluar yuk?"

Ada-ada saja keluar saat cuaca dingin seperti ini.

"Ngapain? Dingin ih"

"Disini disediain mantel, kamu ambil aja satu"

Aku mengambil warna mantel kesukaan ku, coklat susu. Bagus.

"Sini aku yang pakein" Renjun mengambil mantelku dari belakang, "tangan nya" aku memasukkan tangan kanan terlebih dahulu, kemudian beralih ke tangan kiri.

Sudah seperti suami istri saja, ya semoga.

Aku berbalik badan, dan berpapasan langsung dengan Renjun yang sudah siap dengan mantel nya.

"Kenapa?" tanya nya saat aku menatap nya dalam.

"Eung? Nggak, ayok keluar!" refleks aku menarik tangannya keluar dari apartement.





















"Dingin juga"

"Dibilang," tadi dia mengajak untuk keluar, tapi sendirinya kedinginan. Salah satu gerobak yang membuat atensiku terpaku, aghh musim dingin seperti ini banyak sekali yang menjual makanan enak!

Lihat! Ada tteokbokki, eomuk, udon, dan banyak lagi!

Bagaimana aku bisa memilih?

Ah sudahlah, aku akan memakan semuanya.

Lagi-lagi aku menarik tangan Renjun, tapi kali ini ia merintih. Aku yang menyadari pun refleks berhenti dan menatap nya.

Bingung, lalu mataku melihat genggaman kita.

Oh astaga! Di bagian ini ada luka, aku merasa sangat bersalah.

"Eh? Maaf njun aku lupa!"

Dia malah terkekeh, "kamu mau itu kan?," dia menunjuk kearah gerobak besar yang isinya dipenuhi makanan lezat. Aku mengangguk, "kamu tunggu di kursi situ aja, nanti aku yang beli"

Ia menunjuk kursi panjang dekat pohon, tapi aku menolak. Takut akan terjadi hal buruk lagi.

Tapi ia tersenyum padaku.

Kutanya, sudah berapa kali dalam hari ini Renjun tersenyum dan tertawa?

Berbeda sekali dengan dirinya dulu.

"Nggak usah takut, nggak bakal terjadi apa-apa. Ya?"

"O-oke, aku tunggu disana ya"

Aku berjalan menunju tempat yang dimaksud, Renjun pergi kearah sebaliknya.

Dari kejauhan aku seperti mengawasi anak kecil yang takut hilang. Setakut itu aku, iya biarkan saja.

Drttt!

Ah sial mengapa harus sekarang?

Ponsel ku bergetar, menandakan ada yang menelfon. Dengan mata yang tak lepas dari pandangan Renjun, aku mengangkat telfon itu.

"Halo?"

"Halo dek? Lo dimana???"

Disebrang sana kak Jungwoo tampak berbisik.

"napa deh, gue kan lagi sama Renjun. Oh iya gue mau nginep—"

"Pulang sekarang bisa nggak??"

Aku makin dibuat bingung.

"Kenapa si??"

Kalimat selanjutnya membuatku berdiri dan berniat memberi tau Renjun bahwa aku ingin segera pulang sekarang.

Sialnya lagi, Renjun tidak ada!

Di tempat tadi, dia tak ada.

Aku menelfon Renjun, tidak aktif.

Kini aku bingung. Haruskah aku pulang, atau mencari Renjun.

"Aiishhh!!" tak ada pilihan lain, aku berlari dan memanggil taksi.

Maaf Renjun, maafkan aku. Tapi ini sangat penting, aku tak bisa melewatkan nya.

Jika kau memang hilang, percayalah bahwa aku akan mencarimu sampai maut datang sekalipun.

"Kenapa tiba-tiba papa pulang sih?!!"

"Kenapa tiba-tiba papa pulang sih?!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Unhappy - Huang Renjun|

To Be Continued.



—————————————
Vote nya yuk!
I

ya akhirnya uppp, tau kan klo tugas kian hari kian gak waras:)

Unhappy 'Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang