21. tumbuh

138 24 8
                                    

"Kebaikan orang hanya sebagai pelindung untuk dirinya sendiri"













Happy Reading.

Mereka berdua bersembunyi di gang kecil, menunggu keadaan menjadi kondusif.

Setelah gadis itu bertanya kepada laki laki yang berada di depannya, sang lelaki pun menjawab dengan nafas yang masih tak beraturan. Pasalnya ia sudah lama tak berolahraga. Ia tak ingin naik sepeda jika tak ada teman dekatnya. Jeno.

"Justru gue yang nanya, ngapain lo malem malem gini di depan club sama Dejun?" tanya nya balik.

"Ya mana gue tau! Dia yang bawa gue kesini, katanya dia mau anterin gue pulang. Eh malah dibawa ke tempat ginian"

Ini ulah Hangyul, Jaemin yakin sekali. Walaupun dia tak cukup mengenal laki laki itu seperti Mark mengenalnya, tapi setidaknya ia tau sedikit karna laki-laki itu pernah berpacaran dengan gadis di depannya sekarang.

Tak cukup jika berbicara hanya segini, karna setelah gadis itu memberikan alasannya ia disini, suasana menjadi hening. Jaemin lebih memilih untuk mengajak Minjae ke sebuah tempat makan agar bisa mengobrol lebih nyaman.

Jaemin tidak membawa kendaraan apapun. Saat Minjae tadi sedang melakukan perlawanan kepada laki laki itu, Jaemin tampak berjalan dengan tangan yang menenteng sebuah plastik belanja.

Sepertinya niat Jaemin adalah pulang sehabis pergi untuk membeli keperluannya di supermarket. Dan tak sengaja ia melihat teman perempuan nya dalam bahaya.

Dan berakhir lah mereka berjalan di bawah langit malam yang dihiasi terangnya bintang dan bulan.

Tapi astaga, Minjae lupa mengabari ibunya. Atau setidaknya kakak sulungnya.

Dengan cepat dia membuka ponsel yang sejak tadi ia matikan notifikasi nya.

Betapa paniknya saat melihat sederet panggilan tak terbalas dari ponsel nya. Itu dari kakak nya, ibu, dan Renjun—

Tunggu, Renjun?

Mengapa ia juga menelfon?

Gadis itu lebih memilih menghubungi Renjun dahulu sebelum melapor kepada keluarganya.

Calling Renjun...

"Halo njun? Kenapa telfon?"

Jaemin yang berjalan di sebelah itu langsung menoleh saat mendengar Minjae sedang melakukan panggilan suara.

"Kemana aja nggak diangkat? Udah malem gini kamu nggak angkat, bikin aku khawatir. Tau nggak sih aku sampe mau ke rumah kamu. Udah pulang kan?"

Minjae yang mendengar lelakinya mengoceh, tertawa kecil.

"Belom njun, lagi sama Jaemin—"

"Hah?! Ngapain malem malem gini sama Jaemin??"

"Astaga njun jangan teriak, kupingku sakit nih"

"Maaf"

Singkat tapi entah mengapa sebuah senyuman terlukis di wajah perempuan cantik itu.

"Nape lo telpon Minjae? Tenang nggak gue apa- apain cewe lo, aman-aman. Bahkan gue tadi nyelamatin—"

Dengan cepat Minjae memukul lengan Jaemin agar tidak memberi tau Renjun kejadian tadi.

"Hah?! Nyelamatin dari apa?"

Tentu Jaemin tak dapat dengar, karna Minjae tidak menjadikan panggilan itu mode pengeras suara.

"Njun udah dulu ya! Kita lagi makan nih, kamu tidur juga besok sekolah. Inget besok surat buat study tour bakal aku bagiin!"

Unhappy 'Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang