"Telat lagi? Bagus ya makin lama kamu makin susah di atur" marah lelaki setengah baya itu pada Aliya yang terlihat baru masuk rumah
"Papah juga makin lama makin gak sayang sama aku" balas Aliya berani
"Ngomong apa kamu? Udah berani ngelawan kamu ya, siapa yang ajarin?" Marah nya lagi
"PAPAH! AKU BELAJAR SEMUA DARI PAPAH" jerit Aliya yang berusaha menaha air matanya
Plakk...
Sebuah tamparan melayang dari tangan lelaki itu. Kini air mata tak bisa lagi Aliya bendungan, semua orang tau jika gadis itu adalah gadis kuat tapi jika masalahnya tentang keluarganya beda lagi cerita. Aliya selalu tampak ceria di depan teman-temannya, gadis itu juga tak pernah memperlihatkan kebiasaannya menyakiti diri sendiri, bahkan teman-temannya juga tak tahu tentang penyakit Aliya selain Ziddan.
Keseharian yang Aliya jalani layaknya buku kosong yang bisa orang lain gunakan semuanya. Kini semua halaman buku itu telah tercoret dan juga sobek oleh orang tuanya sendiri. Gadis itu sekarang hanya butuh seseorang untuk menjadi selotipnya untuk kembali menyatukan bagiannya yang sobek atau seseorang yang mau membantu menghapus semua coretan di kertasnya.
"Ada apa ini pah?" tanya Lisa menghampiri Aliya dan Raka dari dapur
"PAH, AKU BUKAN LAGI ALIYA YANG DULU PAPAH KENAL. AKU BERUBAH KARENA DIA, MAMAH PERGI GARA-GARA PAPAH, DAN ASAL PAPAH TAU AKU GAK PERNAH MAU KAYA GINI, SEMUA KELAKUAN AKU SEKARANG ITU SEMUA GARA-GARA PAPAH DAN JUGA DIA!" Aliya marah dengan dirinya sendiri, gadis itu tak henti menunjuk Lisa sebagai biang dari permasalahannya dan sontak membuat Raka semakin marah.
Walaupun Aliya sempat akur dengan Lisa, tapi tidak menutup kemungkinan jika rasa tidak sukanya pada mama tirinya itu tak bisa hilang dari hati kecilnya. Karena menurutnya semua masalah, rasa kurangnya kasih sayang, dan ke egoisan berasal dari Lisa, Aliya benci jika harus mengingat papanya selalu mengiming-imingkan seorang adik untuk Aliya agar bisa merestui pernikahannya saat itu.
Setelah mengeluarkan isi hatinya Aliya berlari keluar dari rumah, menghiraukan Lisa dan juga Raka yang memanggilnya untuk kembali. Gadis itu merasa kacau malam ini, ia merasa hatinya benar-benar di buat rusak. Namun di lain sisi ia sedikit merasa lega akan ucapannya yang selama ini ia simpan dalam-dalam, walaupun Aliya tau itu bukan kelakuan baik yang harusnya ia hindari, namun hatinya tak bisa menahannya lagi untuk lebih lama.
"Kak Axal?" keget Aliya saat ia baru saja membuka pintu gerbang dan melihat Axal yang duduk di motor nya dengan ekspresi tak terbaca
"Al lo kenapa?" tanya Axal yang juga kaget melihat Aliya yang keluar dengan keadaan menangis
"Kakak belum pulang?" Aliya menghapus air mata yang masih turun dari matanya itu dengan cepat
"G-gue tad-di mau pulang kok" balas Axal terbata-bata karena ia tak bisa mengelak
Setelah kejadian di depan mini maret beberapa waktu lalu Axal mengantar Aliya pulang sampai depan rumah, namun entah kenapa perasaan lelaki itu ingin menunggu lebih lama setelah Aliya masuk ke rumah. Ada sedikit rasa khawatir di dirinya setelah Aliya masuk, jadi Axal memilih untuk menunggu lebih lama di depan rumah takutnya ada apa-apa. Dan benar saja feelingnya tak salah Aliya keluar dengan keadaan menangis dan pipi yang memerah.
"Lo kenapa?" tanya Axal turun dari motornya kemudian berjalan mendekati Aliya
"Gak papa kok, ini udah malem kakak gak mau pulang?" balas Aliya membelokkan
"Berantem lagi?" Axal kembali bertanya, nada bicaranya terdengar rendah dan lembut membuat Aliya kembali menetesakan air matanya
"Gak usah nangis lagi, lo jelek kalau nangis" canda Axal, tangannya terulur menghapus sisa air mata di wajah Aliya
![](https://img.wattpad.com/cover/231798592-288-k22898.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WARRIOR
Teen FictionSetiap orang punya hidupnya masing-masing, namun bagaimana jika kita mencoba masuk dalam dunia yang jauh dari kebiasaan kita sehari-hari??? ☀️ ☠️ 🌙 "Ngapain lo ngikutin gue terus sih, kalo lo mau mati tunggu aja penyakit lo tambah parah gak usah ny...