かぜIlna mengerjap, menemukan air wajah Joshua yang sulit tertebak. Sosok Joshua tidak terlalu mengintimidasi seperti Seungcheol, tapi juga tidak setenang Jeonghan. Ilna barusaja paham, tentu saja. Joshua adalah sosok penghubung di antara pertemanan 3 sekawan tersebut.
Ilna menghembuskan napas perlahan, menggeleng tak lama kemudian. "Aku tidak mengerti. Mengapa aku harus melarikan diri, aku tidak membunuh Sua."
Kini bergantian Joshua menghembuskan napasnya berat, meletakkan garpu di samping piringnya. Kedua tangannya saling bertaut, "Kamu memang tidak membunuh temanmu, tapi kamu menjadi salah satu alasan mengapa temanmu terbunuh."
Ilna terlonjak, kakinya reflek berdiri. Kursi yang ia duduki terjatuh begitu saja menciptakan suara gaduh bertemunya kursi besi dengan lantai granit. Ada perasaan menyangkal di dalam hati Ilna ketika ia dihadapkan pada kenyataan tersebut.
"Aku tidak mengerti, jelaskan padaku sedari awal."
"Menurutmu, kenapa Seungcheol tidak pernah mengizinkanmu pergi menginap dan keluar malam sepanjang kalian hidup bersama? Karena hanya rumah Seungcheol yang aman dari segala perburuan yang dilakukan oleh Tuan Muda. Mereka tidak akan membunuhmu memang, setidaknya sampai usiamu menjadi 20."
Otak Ilna rasanya seperti berputar, seluruh informasi yang disampaikan oleh Joshua seperti kebohongan berganda yang terlapis tak bisa ditembus dengan peluru laser panas sekalipun. Ada banyak hal yang Ilna tidak mengerti dari setiap kata yang terlontar dari mulut Joshua.
"Karena Seungcheol ingin meminimalisir jumlah korban yang harus mati sia-sia karena keberadaanmu." penjelasan terakhir dari untaian kata-kata Joshua sedikit membuat akal Ilna bekerja, meresapi kenyataan bahwa kematian Sua karena mereka sempat menghabiskan waktu bersama.
Mata Joshua seolah memerintah, menyuruh Ilna agar duduk kembali ketempatnya semula. Tatapannya tidak Ilna mengerti, tapi ada sarat ketenangan juga. Sosok Joshua jauh lebih kompleks dibandingkan Seungcheol.
"Kenapa aku diburu? Kenapa seolah kematian mengincar leherku, dan mengapa ini semua selalu ada kaitannya dengan Seungcheol? Dia telah membuangku, aku sudah tak berarti apapun baginya!" Ilna terpukul tentu saja, kenangan yang baginya begitu manis bersama kakaknya kembali terlintas dalam imajinasinya. Buliran air matanya siap tumpah kapan saja. Tidak, sudah cukup air mata yang terbuang. Tidak ada lagi perasaan runtuh yang tersisa untuk dirinya maupun yang lain.
"Seungcheol berencana mengakhiri kontraknya dengan Tuan Muda sebelum terlambat. Seungcheol adalah ujung benang merahmu, kau adalah ujung benang merah Seungcheol. Kalian terhubung, menjadi ikatan yang tidak semestinya terjalin." Joshua mendorong piring yang masih berisi pasta tersebut menjauh dari pandangannya. Ketara sekali nafsu makannya sudah hilang karena pembicaraan ini.
Benang merah? Benang merah yang Jeonghan sebutkan tempo hari? Benang merah, Ilna pernah dengar tentu saja. Legenda yang mengikat dua manusia masing-masing di jari kelingkingnya, takdir yang tidak bisa diputus oleh manusia. Takdir yang menyatukan dua hal yang paling mustahil, menjadi mungkin.
Ilna menatap kedua netra Joshua, berusaha menemukan kebohongan atas semua yang ia ucapkan sebelumnya. Tapi, Joshua seolah menampik, netranya terpejam enggan menjelaskan ulang makna yang terucap. "Bagaimana aku bisa memercayai ucapanmu?"
Joshua mengangkat kedua bahunya, "Itu terserah padamu, aku hanya mengucapkan apa yang tidak bisa Seungcheol dan Helen ucapkan."
Ilna kian tak mengerti, kenapa semua orang terhubung. "Kau mengenal Helen?"
"Ayolah, tentu saja. Helen adalah ujung benang merah Jeonghan, temanku."
Joshua hendak bangkit, ketika langkahnya terhenti untuk mengatakan sesuatu. "Lekas pergi dari sini, aku juga tidak ingin mati di tangan anak buah Tuan Muda."
Itu dia!
"Siapa Tuan Muda?"Joshua menggeleng, perasaannya negatif kala akan menceritakan sosok Tuan Muda. "Aku tidak punya hak menjelaskan sosok Tuan Muda. Sebaiknya kau tidak mencari tahu."
Ilna melangkahkan kakinya keluar dari rumah Joshua. Tangannya menyeret koper yang sempat terpisah dari dirinya selama beberapa hari.
Tak ada ucapan perpisahan, tak ada lagi sapaan untuk saling menguatkan. Ilna pergi begitu saja dari kediaman Joshua, membawa lebih banyak pertanyaan dibanding sebelumnya.
Baik Joshua dan Seungcheol sama saja, sama-sama membuangnya. Beribu kali dipikir, Ilna memang bukan prioritas dalam hidup orang-orang disekitarnya. Bahkan, orang tua kandungnya sekalipun. Awalnya Ilna berpikir, setidaknya dirinya bersama Seungcheol, rasa sakit saat ditinggalkan tidak terasa seberat itu. Tapi, semua berubah ketika pengakuan Seungcheol siang itu, semua harapan dan asa Ilna runtuh seketika.
Ilna tidak tahu harus pergi kemana lagi. Tidak, Ilna tidak menyalahkan Joshua yang tidak mau menampungnya. Jika ia berada di posisi Joshua, Ilna juga akan melakukan hal yang sama.
Hubungan antara Seungcheol dengan dirinya terlalu rumit jika Ilna coba jabarkan dalam pikirannya. Jauh selain itu semua, Ilna ingin meyakini bahwa keduanya terhubung menjalin suatu hubungan. Kemelut pikirannya berkecamuk, berusaha menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi pada Seungcheol.
Langkah Ilna terhenti, menyadari satu hal. Jika sampai detik ini muara pertanyaan selalu berujung kepada Seungcheol mengapa tidak Ilna tanyakan langsung kepada Seungcheol? Ilna mungkin memang diusir sebagai adik. Tetapi, datang sebagai tamu bukan masalah, 'kan?
Ilna berbalik, melangkahkan kakinya menuju halte bus terdekat. Kenapa tidak pernah terpikirkan oleh Ilna jika ia bisa bertanya langsung kepada Seungcheol? Masa bodoh dengan gengsi dan harga dirinya, Ilna hanya butuh jawaban jelas atas segala keputusan Seungcheol yang begitu menyakitkan.
Terik matahari membakar kulit Ilna, membuatnya menjadi kemerahan parah. Halte bus ini tidak benar-benar melindungi dari tancapan-tancapan sinar surya.
Suasana halte tidak begitu ramai, hanya beberapa orang termasuk Ilna. Ilna membetulkan tali pakaian yang menggantung di bahu kanannya. Telapak tangannya merasakan satu kejanggalan yang baru ia sadari.
Kemana semua luka perbuatan Helen kala itu?
。
KAMU SEDANG MEMBACA
delicate: scoups
FanfictionPerburuan itu dimulai ketika Ilna menyadari bahwa selama ini Seungcheol bukanlah kakak kandungnya. Tidak, Seungcheol tidak berbahaya. Tapi, selalu ada titik hitam yang Seungcheol coba sembunyikan dari Ilna sepanjang hidupnya. Lalu, mengapa di usiany...