6

437 31 0
                                    

うんめい の あかい いと

Ilna berusaha mencerna bagaimana air wajah wanita yang duduk di samping laki-laki bernama Jeonghan itu sedikit banyak berubah menjadi cemas. Sedang, Jeonghan perlahan menggenggam tangannya, memberikan senyuman secerah bunga matahari.

Netra Ilna beralih kepada tuan polisi yang duduk di hadapannya. Alisnya menukik tanda tidak setuju, entah perasaan negatif apa ini.

Jeonghan berusaha mengumpulkan fokusnya, meletakkan mugnya ke meja. Menatap netra Ilna lekat-lekat.

"Sejauh apa kau mengenal Seungcheol?" tanya Jeonghan, nadanya begitu memberat. Ada sekelumit perasaan Ilna yang selalu merasa terintimidasi semenjak menjejakkan kaki keluar dari rumah Seungcheol.

"Seungcheol? Kau mengenal kakakku?"

Jeonghan tersenyum tipis, lalu wanita disisinya menepuk bahunya perlahan.

"Kau harus memotong benang merahmu dengan Seungcheol."

Ilna mengerjap, segelitik titik di perutnya bergetar hebat hendak meledak menjadi suatu tawa. Titik itu naik, hingga ke kerongkongan sampai Dokyeom bersuara.

"Terdengar tidak masuk akal bukan? Pernah dengar legenda benang merah?"

Ilna mendengus, "Ini sudah abad 21 dan kalian berusaha menipuku atas semua itu?"

Jeonghan menggerakkan tangannya untuk saling disatukan. Helaan napas panjangnya terdengar sampai ke telinga Ilna.

"Potong takdirmu dengan Seungcheol jika kau ingin masih hidup."







Hari berlalu menjadi sore, polisi bernama Dokyeom itu sudah pamit undur diri sejak beberapa jam yang lalu.

Ilna disini, sendirian menatap kolam ikan yang berada di halaman belakang rumah Jeonghan dengan Helen. Nama wanita yang sedari tadi bersama Jeonghan.

"Sudah tau soal legenda itu?" tanya Helen, berusaha memulai pembicaraan. Kedua tangannya saling menggosok lengannya sendiri, memberikan sensasi hangat.

Ilna mengangguk, kemudian menggeleng.
"Aku tidak mengerti."

"Apa yang tidak kau mengerti?" Helen menoleh menatap sisi kiri wajah Ilna. Matanya masih sembab bekas tangis pilu yang enggan Ilna tunjukkan pada siapapun.

"Kenapa Dokyeom harus repot menghilangkan jejakku?" sudah tak ada lagi binar mata kebahagiaan pada pandangan Ilna.

Sekelumit bayangan yang terjadi beberapa jam ke belakang sangat mempengaruhi mentalnya. Apa Ilna bukan sosok yang diinginkan hidup oleh orang-orang?

"Ilna, aku ingin mengatakan alasannya. Tapi, itu bukan wilayahku. Karena aku juga bukan orang yang tepat untuk mengatakannya." Helen menghembuskan nafasnya berat, ada rasa bersalah.

Ilna mengusap wajahnya kasar, berusaha meniti kembali serpihan pertanyaan-pertanyaan yang semestinya terjawab. Tapi, menguap begitu saja karena selalu berujung pada keabu-abuan.

"Kau dan Jeonghan, saling menikah?" tanya Ilna berusaha mengalihkan topik. Biar saja semua akan terjawab dengan sendiri nantinya.

Helen tersenyum, "Kami akan menikah tanggal 1 Juli, jika bisa."

Ilna mengernyit mendengar jawaban Helen, "kenapa kau terdengar ragu?"

Helen lagi-lagi tersenyum, "Aku sedang dalam masa guarigione. Jika aku bisa menahannya hingga 1 Juli, aku akan terbebas."

"Maaf, apa? Guariㅡ"

"Ah! Guarigione, penyembuhan maksudku."

Ilna mengangguk, sebenarnya Ilna tidak benar-benar ingin mengetahuinya. Hanya saja, wanita di sampingnya ini tadi telah menyediakan makanan. Bukan hal buruk bukan untuk saling berkomunikasi?















Pada akhirnya, Ilna akan menghabiskan malamnya disini. Imajinasinya untuk menghabiskan malam bersama Sua sudah terbang menjadi kenangan tak terlupakan dengan kejutan paling menyedihkan yang sedang Tuhan goreskan dalam kisah hidupnya.

"Nikmati malammu, selamat tidur." ujar Jeonghan bersama Helen dari ambang pintu, sembari menutupnya.

"Jeonghan?"

Jeonghan menahan menutup pintu, menatap Ilna yang sudah berbaring di atas kasur.

"Bisakah kau memberitahuku siapa Seungcheol? Apa hubunganku dengannya?" Ilna mendecit, tapi ia yakin Jeonghan mendengarnya.

Jeonghan tersenyum, mengangguk. "Besok kukatakan, sekarang tidurlah."

Ilna mengangguk, menutup kedua kelopak matanya bersamaan. Menghembuskan napasnya tenang, tanpa sadar bahwa ia seharusnya tidak boleh merasa tenang dan nyaman disini.

delicate: scoupsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang