💥Accident

2.1K 313 31
                                    

"Yujin." panggil Eric tepat saat Yujin muncul dari tangga.

Keadaan mereka yang masih perang dingin membuat Yujin tidak menghiraukan panggilan itu. Eric kembali memanggil namun Yujin tetap bergeming dan meneruskan langkahnya menuju dapur. Karena itu, Eric menggunakan cara lain yaitu menahan lengan Yujin dengan gerakan gesit.

"Apa sih Ric?" sentak Yujin.

Eric menghembuskan nafas pelan. "Aku mau cerita."

Yujin refleks terdiam.

"Kamu bilang, kamu bakal ngomong sama aku kalo aku cerita tentang masalah apa yang lagi aku hadapin. Sekarang aku mau cerita, Jin." lanjut Eric yang efektif membuat tatapan Yujin melunak.

Yujin bukan ratu drama yang akan menolak penjelasan Eric dengan alasan-alasan berlebihan. Apalagi, waktu itu dia sendiri yang bilang kalo mereka bisa ngobrol lagi waktu Eric mau cerita.

Yujin melepaskan genggaman Eric di lengan nya. "Aku laper. Aku sensi kalo lagi laper. Mau makan dulu. Abis aku makan kita ngobrol di balkon. Kamu ke kamar aja soalnya aku mau makan sendirian."

Perintah yang keluar dari mulut Yujin terdengar mutlak dan tak terbantah. Maka dari itu, Eric menurut dengan kembali ke kamar. Ia pun memanfaatkan waktu untuk mematangkan apa saja yang ingin ia katakan.

Udah dua belas menit Eric di kamar. Dia hafal kalo Yujin bukan tipe orang yang makan nya lama jadi dia memutuskan untuk keluar buat ngecek dan bener aja, Yujin udah ngga ada di meja makan.

Menyadari itu, Eric segera melangkahkan kaki ke lantai atas. Saat membuka pintu balkon, pandangan nya disambut oleh punggung Yujin.

Tidak seperti biasa, siang itu cuacanya cukup mendung karena kumpulan awan menghalangi matahari dengan sempurna. Tapi enak, jadi ga panas.

Walaupun cucian hari ini ga akan kering sempurna.

"Ayo cerita." kata Yujin saat Eric baru saja duduk disamping nya. Mereka sama-sama menatap lurus ke depan sementara di tengah-tengah ada dua kaleng pepsi untuk membantu mendinginkan suasana.

"Sebelum cerita aku mau kamu janji dulu."

Yujin mengerutkan kening. "Janji apa?"

"Jangan potong aku sebelum aku bilang selesai. Kalo mau nanggepin, pas aku udah selesai cerita. Terus ditengah aku ngejelasin kamu jangan marah-marah dulu, inti nya dengerin dulu sampe abis." pinta Eric. Dengan berat hati, Yujin menyanggupi.

Gimana ya, kebiasaan ngomel, motong, dan bawel tuh udah bawaan lahir jadi susah nahan nya. Tapi Yujin akan berusaha.

"Jadi alesan aku sering ngerokok akhir-akhir ini karena papa." Eric memberi jeda sejenak. "Papa mau jodohin aku sama Oliv anak asrama sebelah."

Yujin udah mau buka mulut namun ia teringat perjanjian nya dengan Eric di awal pembicaraan.

"Papa nya Oliv ternyata dosen di fakultas hukum dan teman baik papa."

"Sekarang aku bingung gimana cara ngelawan papa karena kamu tau sendiri keras kepala nya papa. Aku udah cerita ke Jeno dan berusaha nyari jalan keluar bareng dia. Udah ada beberapa opsi yang masih direncanain. Selesai."

Yujin menghela nafas. "Ric, pasti ada alesan nya tiba-tiba papa mau jodohin kamu. Kenapa?"

"He knows about you and your family. I'm so sorry for my father behaviour, honey." Eric berusaha menjawab dengan hati-hati agar Yujin tidak tersinggung.

"Wkwkwkwk," Yujin terkekeh. "Aku udah ngira. Ga terlalu kaget sih. Papa kamu tau darimana ya?"

"Aku juga lagi nyari tau tentang itu." Eric menjawab seraya membuka kaleng pepsi. Bukan untuk dirinya, namun untuk Yujin. Yujin pun menerima sodoran kaleng pepsi seraya tersenyum. Setelah itu, baru Eric membuka pepsi untuk dirinya sendiri.

Specta MillenialsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang