💥Conflict

3.3K 466 107
                                    

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Hari ini hari minggu yang berarti hari libur bagi kita semua. Ryujin lagi asik nonton film di laptop saat pintu kamar nya terbuka.

Hyunjin masuk lalu menguncinya.

Ryujin sendiri karena Kim lagi di dapur bikin apaan tau. Dia mah tinggal minta aja.

Saat menyadari siapa yang datang kamar nya, Ryujin refleks terbangun. "Ngapain lo?"

Tidak seperti biasanya, Hyunjin sama Ryujin belum baikan setelah ribut di hokben waktu itu. Biasanya selang 1-2 hari udah balik lagi kaya biasa, tapi sekarang engga. Entah tidak ada keinginan untuk berbaikan atau memang sedang menikmati waktu sendiri.

"Ada yang harus diselesaiin. Ayo ngobrol." kata Hyunjin tegas.

Ryujin tidak membantah. Ia mematikan laptop dan menatap Hyunjin yang duduk di kursi belajar nya. Sementara ia tetap di kasur.

Setelah diam beberapa menit, Hyunjin mulai berbicara. "Nyadar ga sih hubungan kita akhir-akhir ini tuh-

Namun tidak selesai karena Ryujin menyelak nya. "Sampah."

"Iya. Dan kita juga bawa dampak buruk buat satu sama lain." Hyunjin tidak segan melanjutkannya.

"Nyadar banget. Kan lo pemicunya." serang Ryujin lebih dulu. Kali ini berbeda, Hyunjin tidak emosi dan berpikir lebih rasional. "Gausah salah-salahan. Yang jalanin hubungan ini kita berdua, bukan gua doang. Kita punya salah masing-masing."

Ryujin terdiam.

"Gua gabakal bahas siapa yang paling salah. Gua mau nya bahas kelanjutan hubungan kita." lanjut Hyunjin. "Segini doang?" cecar nya. "Gua gamau kita tetep pacaran dengan alasan hubungan ini udah lama,"

Kali ini, Ryujin buka suara. "Lo selalu bilang sebesar apa pun masalahnya jangan sampe kita mikir atau bahas tentang selesai."

"Tapi sekarang? Masalah lain bisa lewat yang ini juga pasti bisa." tambah Ryujin. Sangat terlihat bahwa ia tidak ingin pisah. Tentu, Ryujin masih sayang sama Hyunjin.

"Situasi ini beda, kita udah terlalu sering berantem karena hal sepele. Gua cape. Lo juga pasti cape. Ada yang harus diperbaiki Shin Ryujin."

"Memperbaiki bukan berarti harus separate kan?"

Hyunjin frustasi. "Oke. Jujur, gua bosen sama hubungan kita."

"Itu wajar! Gue juga! Tapi harus begini kah penyelesaiannya?" balas Ryujin sengit.

"Gua butuh waktu sendiri. Gua butuh waktu introspeksi." aku Hyunjin.

Ryujin tidak menampik bahwa ia juga membutuhkan itu. Namun ia berpikir, apa perilaku tersebut dapat dikatakan egois?

"Gue sayang sama lo." Ryujin menyerah pada akhirnya. Memberi pernyataan yang sedari tadi menahannya untuk menyetujui usulan Hyunjin. Membiarkan air matanya mulai turun. Biasanya kalo Ryujin nangis, Hyunjin langsung meluk dan menenangkan. Tapi sekarang engga.

Hyunjin tetap pada tempat nya. "Gua juga. Tapi ini demi kita Jin."

"Demi kita apa demi lo?"

"Kita." jawab Hyunjin yakin.

"Jadi ini akhir hubungan kita?" tanya Ryujin sesenggukan.

Hyunjin menggeleng. "Kata siapa berakhir?"

"Mau lo apa sih?" sahut Ryujin kesal. Daritadi dia kira Hyunjin tuh mau putus. Tapi kenapa pas Ryujin bahas itu malah ngelak.

"Gua mau kita break."

"Break?"

Hyunjin mengangguk lalu menjelaskan. "Iya. Break. Kita instropeksi diri sendiri. Pikirin hubungan ini sebaiknya dilanjutin apa engga. Nikmatin waktu sendiri. Jangan senggol atau ganggu satu sama lain. Kalo bisa gausah interaksi dulu."

Specta MillenialsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang