"Aku mencoba bertahan sedikit lebih lama, tapi bisakah aku mempercayai penyesalan itu"
Pria bergigi kelinci itu terlihat bergegas pergi setelah mendapat maaf dari gadisnya. Suara mobil hitamnya terdengar melaju meninggalkan halaman depan rumah Mari.
"Bagaimana aku bisa membencimu, jika kau seperti ini" setetes air mata membasahi pipi ranumnya.
Malam semakin gelap hingga tampak bulan yang ditemani taburan bintang mempercantik langit malam.
Tok.. Tokk.. Took..
Suara seseorang tengah mengetuk pintu rumahnya. Dengan cepat Mari mengusap air matanya. Langkah kecilnya berjalan mendekati pintu berwarna coklat itu. Dan perlahan membuka knop pintu itu.
Tidak ada seorangpun di luar, namun ia menemukan sepucuk kertas yang tergeletak di depan pintunya. Satu tangannya meraih kertas itu dan perlahan membukanya.
Betapa terkejutnya ia saat melihat sebuah tulisan ancaman tertuang disana. Dengan tinta merah yang mungkin lebih mirip seperti darah.
"Jauhi Jungkook atau aku tidak akan segan menyakitimu" isi tulisan itu
Reflek Mari melempar kasar kertas itu. Tulisan itu membuatnya membeku untuk beberapa detik, jantung nya berdebar tanpa aturan. Angin malam yang dingin membuat bulu kuduknya semakin merinding
Brakkk,,,Dengan cepat ia menutup pintu rumahnya. Gadis itu membelakangi pintu kayu itu seraya memegang dadanya yang terus bergemuruh tanpa jeda.
Siapa orang yang mengetahui hubungannya dengan Jeon Jungkook. Apa selama ini ada orang yang terus mengikutinya. Sasaeng?
__
Crip,, cripp...
Kicauan burung itu membangunkan gadis cantik yang masih terlelap dalam tidurnya. Sepertinya ia menderita insomnia akibat kejadian semalam.
Perlahan Mari beranjak dari tempat tidurnya dan berniat untuk mengambil segelas air. Namun, seorang pria terlihat di dapurnya. Dari belakang ia sudah bisa menebak siapa pemilik punggung itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" ucap Mari saat melihat kehadiran Jeon Jungkook.
"Selamat pagi, tidurmu nyenyak?" tanya Jungkook seraya tersenyum dengan senyuman khasnya.
"Aku bertanya sedang apa kau disini?"
Gadis itu mendekati Jungkook yang terlihat sibuk mendidihkan semangkuk soup."Aku sedang memanaskan sup untukmu" jawab Jungkook.
"Jungkook~a"
"Iya sayang?"
Gadis itu terdiam sembari menatap kedua manik hitam milik pria tampan itu.
"Kau sakit?" tanya Jungkook khawatir seraya memegang dahi gadis itu.
Gadis itu menggeleng pelan.
"Tidak" jawabnya lirih.
"Kenapa kau lakukan ini? Kau tidak takut jika seseorang mengetahui hubungan ini?" ucap Mari khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still With You
Fanfiction"Aku pernah memiliki hatinya, namun hanya untuk sementara"