Dengan langkah gusar Han Mari berjalan menuju halte bus berniat untuk pergi bekerja. Meskipun ia tahu keadaan sangat tidak baik untuknya. Apalagi setelah berita kencannya dengan Jeon Jungkook tersebar. Semua mata akan mencoba membunuhnya jika tau gadis itu berada di dekat mereka.
Sungguh keberuntungan tidak berpihak padanya saat ini, bus nya telah dipenuhi oleh penumpang. Alhasil mau tidak mau ia harus bersedia untuk berdiri. Namun dirasanya seorang pelajar yang sedang duduk dihadapannya tengah menatapnya dengan tatapan seakan menelisik.
Dengan cepat tangannya menarik topi baseball yang melekat pada kepalanya. Serta menaikan sedikit masker putih yang menutupi wajah pucatnya. Hal yang menurutnya biasa sekarang menjadi sangat menakutkan untuknya. Seolah ia seperti seorang tersangka kejahatan hingga membuatnya takut berada diantara kerumunan.
__
Digedung InHit entertainment, pria tambun itu terlihat duduk dengan wajahnya yang menahan amarah.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" ucap pria itu menatap tajam kearah Jeon Jungkook yang sedang duduk dihadapannya.
"Tentu saja aku akan mengakuinya" jawabnya dengan penuh percaya diri.
"Kau gila, kau ingin menghancurkan semuanya. Cepat,, buatlah konferensi pers, dan katakan jika gadis itu adalah salah satu penguntit yang terus mengikutimu selama ini" bentak pria tambun itu.
"Sajangnim" Jungkook menaikan nada bicaranya.
"Turuti semua ucapanku Jeon Jungkook"
"Andwae, aku tidak bisa melakukan itu pada gadis yang aku cintai, maafkan aku" jelasnya yang kemudian beranjak dari tempat duduknya berniat untuk pergi.
"Turuti semua ucapanku, atau akan terjadi sesuatu dengan ibu mu" ancaman yang berhasil membuat pria bergigi kelinci itu terimidasi.
Jungkook memutar tubuhnya dan dengan kasar mencengkeram kasar kerah pria bertubuh tambun itu. Pria tambun itu menyeringai merasa kemenangan perlahan berada ditangannya.
"Jangan pernah sentuh dia sedikitpun, atau ,"
"Atau apa? (Dengan kasar pria tambun itu melepas cengkraman Jungkook) yakk,, cukup turuti apa kataku dan ibu mu akan baik-baik saja" kalimat itu terdengar sangat lembut namun cukup membuat amarah Jungkook semakin melonjak.
Kilatan amarah terlihat jelas pada pria bergigi kelinci itu. Mungkin terasa tidak sopan jika Jungkook bersikap seperti itu pada atasannya, apalagi bisa dibilang pria tambun itulah yang telah membesarkannya.
"Fikirkan baik-baik, ibu mu atau gadis itu. Cukup pilih salah satu dari mereka" lanjutnya dengan nada penuh kemenangan.
"Sekarang kau boleh keluar"
Nafas Jungkook terdengar semakin berat. Emosinya yang tertahan membuatnya semakin terasa sesak di sana. Dengan langkah kasarnya pria itu pergi meninggalkan ruangan atasannya.
__
Brakkk,,,
Suara lampu meja terjatuh atau mungkin lebih tepatnya Jungkook lah yang melempar properti itu. Semuanya ia lampiaskan pada barang-barang yang tidak berdosa itu.
"Jungkook~a" panggil managernim saat setelah mendengar suara gaduh yang berasal dari ruang latihan.Dan dilihatnya sudah berserakan barang-barang yang tadi tertata rapi di atas meja.
"Gwencana?" tanya pria itu sembari mendekati Jungkook dan memeriksa apakah terjadi sesuatu dengan artisnya.
"Hyung,," panggilan itu tidak lagi terdengar seperti Jungkook biasanya.
"Ne, sajangnim melakukan sesuatu padamu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Still With You
Hayran Kurgu"Aku pernah memiliki hatinya, namun hanya untuk sementara"