21 - Katarina

3.2K 576 39
                                    

Katarina mengira bayangan cermin mengelabuinya. Wanita di pantulan itu tampak memesona. Untuk pertama kalinya, sepanjang hidupnya, Katarina benar-benar melihat dirinya. Semenjak perlakuan buruk dari ibunya, Katarina berusaha menghindari cermin dan permukaan yang memantulkan penampilannya. Ia terlalu takut mengakui kebenaran dari cemoohan ibunya, bibinya, dan semua orang di sekitarnya. Dan ketika ia terpaksa menghadap bayangannya, ia tidak pernah melihat dirinya. Selama ini kaca selalu memantulkan sosok anak tiga belas tahun yang tidak percaya diri, tidak menarik, seseorang yang dibenci ibunya.

Ia tahu bahwa matanya serta rambutnya cokelat. Tetapi, ia tidak menyadari bentuk matanya yang besar atau kejernihan di permukaannya. Ia juga tidak menyadari gelap rambutnya berkilau diterpa cahaya. Bentuk wajahnya merupa hati kecil, membuat topeng yang menyembunyikan bagian atas wajahnya tampak sedikit kebesaran. Bibirnya berbeda dengan milik Dominica yang pink, tipis, dan manis. Bibirnya—seperti sebuah dosa, ranum, penuh, dan merekah merah oleh gincu.

 Bibirnya—seperti sebuah dosa, ranum, penuh, dan merekah merah oleh gincu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaunnya adalah hamparan galaksi. Murid Lady Xander merancangnya. Sutra biru gelap yang dilapisi kain transparan dengan taburan pernak-pernik keemasan, memerangkap bintang di tubuhnya. Gaun itu memamerkan pundak, tulang selangka, serta leher jenjangnya. Lady Coleridge meminjamkannya kalung untuk melengkapi penampilannya malam itu, tetapi Katarina menolaknya. Ia mengenakan cincin ayahnya seperti sebuah kebanggaan. Memberikan jaminan bahwasanya semua akan baik apa adanya.

Para dayang sudah berkumpul terlebih dahulu di aula utama Kastil Gemma, tempat dilaksanakannya Pesta Topeng. Berdiri di salah satu balkon, memandangi tamu-tamu bercengkerama, euforia mengawan hingga ke langit-langit. Para lelaki mengenakan setelan sama, tuksedo hitam putih, sukar membedakan siapa dari siapa. Sementara, kebalikannya, para wanita mengenakan kain dan warna beragam, menonjolkan identitas mereka tanpa berusaha. Di sisi aula yang lain, pemusik sedang mempersiapkan diri sembari menanti datangnya sang raja dan ratu ke aula. Setelah sejurus kericuhan berikutnya, prajurit membunyikan terompet. Pintu aula terbuka lebar, menampakkan sang ratu dalam gaun keemasannya, menjajah perhatian orang-orang. Di sebelahnya, sang raja tersenyum layaknya pria paling beruntung di dunia.

"Yang Mulia Raja dan Ratu memasuki ruangan." Suara penjaga pintu berkumandang. Sekejap, semua orang berdiri nyaris khusyuk, menghormati kedatangan dua pemimpin Reibeart.

Raja dan ratu kemudian menuruni tangga aula satu per satu, diikuti oleh anak-anaknya. Tepat di belakang sang ratu, Caiden menggandeng tangan adiknya, Dominica. Ia mengenakan seragam formal kerajaan Reibeart, biru gelap dan epolet emas. Tetapi, kali ini dilengkapi dengan jubah keagungannya, merah marun. Membuat semua orang bergidik akan kekuasaan yang kelak dimilikinya. Kecantikan Dominica di sampingnya, alih-alih meredup, semakin terpancar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KATARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang