23 - Katarina [21+]

7.4K 587 108
                                    

Karena saya lagi seneng bangett atas banyaknya komentar di bab bab sebelumnyaa, saya memutuskan untuk kasih bonus upload chapter hari ini hehehehhe~ dimohon dukungannya sekali lagi <3

Karena saya lagi seneng bangett atas banyaknya komentar di bab bab sebelumnyaa, saya memutuskan untuk kasih bonus upload chapter hari ini hehehehhe~ dimohon dukungannya sekali lagi <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setengah jalan mengikuti jejak kesedihan Katarina, Caiden menyadari seseorang mengekorinya. Caiden diam di tempat, menanti penguntitnya. Pegangannya mengambang pada belati yang tersampir di balik jubahnya, siap menebas siapapun. Tetapi, sosok itu diam ketika Caiden diam dan bergerak saat ia melangkah. Ia membaur dalam bayangan bagai terlahir dari kegelapan, menjaga jarak aman bersembunyi di balik pilar koridor. Gerak-geriknya seperti napas, sunyi dan tenang.

Caiden menahan udara dalam paru-parunya, memikirkan seribu langkah menghadapi lawannya. Caiden dilatih secara pribadi oleh pamannya, intelijen terbaik Reibeart. Caiden tahu ketika seseorang mengikutinya dan apa yang harus ia lakukan. Buat lawan cukup tersiksa untuk membeberkan kebenaran sebelum mengoyak leher mereka. Pelatihan itu dilakukan sembunyi-sembunyi, sebagai bentuk perlawanan terhadap bahaya yang mengancam pangeran mahkota sebuah kerajaan.

Caiden perlahan menelanjangi bilah belati dari sarungnya, siap menghampiri si penguntit. Tapi, semua itu dipatahkan samar isak tangis Katarina. Belati itu berdenting halus kembali ke sarungnya, Caiden melangkah tergopoh-gopoh ke arah sumber suara. Caiden harus segera membawa Katarina pergi, terutama dengan kehadiran si penguntit yang mengancam.

Menyisiri koridor, akhirnya, ia menemukan Katarina ambruk, bahunya menempel pada pilar yang menghadap taman utama. Caiden menangkap seberkas merah lecet di kakinya, akibat berlari mengenakan sepatu hak. Tangisnya tidak berhenti mengucur sehingga Caiden berjongkok di sampingnya, melepas ikatan topeng di balik kepalanya. Dan pemandangan di hadapan Caiden ialah suatu yang terlampau sakit untuk hatinya menerima.

Jika pertengkaran dengan bibinya merusak sebelah sayapnya, maka kali ini, malaikatnya kehilangan dua sayapnya. Ia tidak bisa kembali ke surga, terjebak di dunia fana dengan segala kejahatan yang ada.

Bulan penuh belas kasih, menyinari sebagian wajah cantik Katarina. Bawah mata Katarina sembab oleh tangis, merah dan bengkak. Dari antara bibirnya, keluar isak yang membuat hati Caiden sesak. Hidungnya tidak bisa bernapas tepat, mulutnya kesulitan menangkap udara di sela isakannya. Suaranya parau seakan ditelan kesedihan. Dimakan lara. "Y-Yang Mulia—"

Caiden meletakkan jari telunjuk di permukaan bibirnya. "Ssh, Angel." Menenangkan tangis yang berkumpul di kedua matanya sekaligus menerka gerak-gerik penguntit, semakin dekat dengan malaikatnya.

Membopong berat tubuh Katarina di lengannya, Caiden menyadari betapa mungil Katarina dibandingkan dirinya. "Aku akan mengobati kakimu." Hanya ada satu tempat aman bagi mereka sekarang. Sedikit tidak pantas, namun aman. Caiden membayangkan penjagaan ketat sayap kamar keluarga kerajaan. Hingga saat ini, tiada satu orang pun yang mampu menembusnya. Saat Caiden mulai berjalan, bayangan hitam itu musnah.

***

Seorang wanita baik-baik tidak akan memasuki kamar pria sembarangan. Tetapi, Katarina tidak menolak saat Caiden membopongnya ke kamarnya. Ia membutuhkan tempat bebas dari tatapan tajam orang-orang. Tempat sunyi dari desis pedas bisikan mereka. Tragedi bergulir menimpanya satu per satu, selalu mengundang penghakiman dan semuanya tidak pernah berakhir baik.

KATARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang