"Sepertinya cinta memang sudah membuat diriku tenggelam terlalu dalam dan berjalan sejauh ini untuk menyelami kehidupan milik pria itu."
Setelah aku dan Jimin menyelesaikan acara makan siang singkat kami di Cafetaria Rumah Sakit, aku pun langsung menarik pergelangan tangan Jimin menuju ruangan Dokter Jung.
Jimin hanya menurut dan sesekali menggerutu dengan kekehan kecilnya.
"Apa sebegitu terobsesi nya dirimu ingin melihat ku bertemu dengan Dokter Jung itu hingga menarik paksa pergelangan tangan ku seperti ini."
Aku memutar bola mata ku jengah menanggapi omongan Jimin yang lebih mirip terdengar seperti sebuah gerutuan itu.
"Aish...Aku yakin jika Dokter Jung nanti akan ada janji dengan pasien lain, maka dari itu kita harus cepat."
Setelah menemukan ruangan Dokter Jung aku pun lantas membuka knop pintu kaca ruangan tersebut. Lalu tiba-tiba bersamaan dengan itu aku melihat Professor Kim keluar dari ruangan Dokter Jung.
"Dokter Shin?"
"Eoh... Professor Kim."
"Ingin menemui Dokter Jung?"
Aku mengangguk. Lalu setelahnya ku lihat Professor Kim beralih menatap Jimin dengan lamatnya untuk yang kedua kali.
"Dokter Jung sedang berada di toilet kau tunggu saja, mungkin sebentar lagi dia akan keluar."
Lagi aku mengangguk. Hingga suara Professor Kim kembali mendominasi indra pendengaranku.
"Tidak salah lagi, aku pernah melihatmu Tuan. Bukankah kau-"
"Professor Kim!"
Kami serempak mengalihkan atensi pada Kim Jaehwan yang datang dengan tergesa-gesa. Bahkan tatapan Professor Kim yang awalnya menatap Jimin kini beralih pada Jaehwan.
"Ada apa Dokter Kim?"
"Ada korban kecelakaan beruntun yang harus segera ditangani. Sedangkan Dokter ahli bedah tidak ada di rumah sakit karena ada urusan keluarga mendadak."
"Baiklah ayo!"
Professor Kim berjalan pergi dengan cepat tanpa menyelesaikan kalimatnya yang terpotong. Aku yang penasaran dengan kalimat yang hendak diucapkan oleh Professor Kim pun harus menelan kenyataan pahit. Sepertinya nanti jika urusan ku dengan Jimin sudah selesai aku harus pergi menemui Professor Kim.
"Tidak jadi masuk?"
Aku pun menoleh ke arah Jimin dan kembali menarik pergelangan tangan nya memasuki ruangan Dokter Jung.
Cklek
Seketika semerbak aroma Mint yang menenangkan memasuki indra penciumanku. Aku mengedarkan pandangan ku mencari sang pemilik ruangan. Tapi sepertinya perkataan Professor Kim memang benar jika Dokter Jung sedang berada di kamar mandi.
Aku pun duduk di kursi yang telah di sediakan untuk konsultasi diikuti dengan Jimin yang duduk disampingku. Ku lihat Jimin tampak sedikit kebingungan dan mengedarkan seluruh atensi nya pada penjuru setiap sudut ruangan serba putih dengan aroma Mint ini.
"Aku seperti tampak familiar."
Aku menolehkan kepalaku pada Jimin.
"Maksudnya?"
"Eoh...tidak ada."
Aku menatap Jimin yang kembali terdiam seolah menutup mulutnya rapat-rapat untuk saat ini.
Cklek
Pintu toilet terbuka, menampilkan sosok seorang pria berhidung mancung dengan setelan jas putih yang dia kenakan. Dokter Jung tampak terkejut melihat aku dan Jimin.
"K-kau..."
Dokter Jung berjalan kearah ku dan Jimin dengan menatap lamat Jimin.
"P-park Jimin?"
Aku pun menoleh dan menatap bergantian keduanya yang tampak sudah saling mengenal satu sama lain.
"Kita bertemu lagi hyung."
Jimin tampak mengeluarkan smirk tipis dari sudut bibirnya. Sedangkan Dokter Jung hanya memutar bola matanya jengah.
"Sekarang ada apa lagi? Kenapa kau kemari? Bukankah waktu itu kau bilang padaku jika kau sudah menye-"
Tiba-tiba Jimin bangkit dari tempat duduknya dan merangkul bahu Dokter Jung dengan akrab.
"Hyung...aku merindukan mu."
Smirk yang awalnya dia tampilkan kini berubah menjadi senyuman lebar yang manis pada Dokter Jung. Jimin dan Dokter Jung tampak menatap satu sama lain seolah tengah mengisyaratkan sesuatu.
"Tapi aku tidak."
Dokter Jung mengalihkan tatapannya. Dirinya kembali memutar bola matanya jengah dan melepaskan rangkulan Jimin. Aku yang sedari tadi terdiam menyaksikan interaksi keduanya pun mulai bingung. Jadi Dokter Jung dan Jimin awalnya sudah saling mengenal?.
"Kalian...sudah saling mengenal?"
Jimin tampak gugup sedangkan Dokter Jung hanya terlihat santai.
"Dia temanku sewaktu kami berada di California. Benarkan hyung?"
Jimin dengan cepat menyahut dan menyenggol pergelangan tangan Dokter Jung.
"Hm..."
"Jadi kau pernah menetap di California Jim?"
Aku memusatkan atensi ku pada Jimin. Jimin tampak mengangguk. Lalu ku lihat keduanya kembali duduk. Kini atensi Dokter Jung sepenuhnya mengarah pada Jimin.
"Jadi ada apa Dokter Shin?"
"Aku ingin agar Park Jimin berkonsultasi denganmu Dokter Jung. Dan sepertinya kalian adalah teman akrab, jadi aku pikir ini akan terlihat lebih mudah."
Dokter Jung melirik Jimin sinis.
"Untuk apa dia berkonsultasi padaku?"
"Aku-"
"Moonbyul-ah seperti nya ada yang ingin aku bicarakan dengan Hoseok Hyung sebentar."
Jimin memotong ucapan ku dan langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Ayo Hyung!"
Dokter Jung lantas ikut beranjak dan pergi keluar meninggalkan ku sendiri. Tapi sepertinya memang ada yang aneh di antara mereka berdua. Melihat dari interaksi keduanya serta sikap gugup Jimin. Apa mereka pernah bermusuhan sebelumnya? ataukah ada hal lain yang tengah mereka sembunyikan?. Aku lantas memejamkan mataku sejenak dan merilekskan jalan pikiran ku. Sepertinya cinta memang sudah membuat diriku tenggelam terlalu dalam dan berjalan sejauh ini untuk menyelami kehidupan milik pria bermarga Park itu hingga hati kecil ku terus mendesak ku untuk mencari tau sebenarnya kisah seperti apa yang tengah Jimin simpan dengan rapat dalam benaknya hingga berhasil membuat jiwanya juga ikut terluka akan semua kisahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMERALDO✓ (PJM) || [Completed]
FanfictionShin Moonbyul tau betul jika Park Jimin adalah definisi dari sebuah kemungkinan yang tak akan pernah bisa untuk ia genggam. Sebuah luka yang begitu indah untuk diselami dan sebuah kebahagiaan yang begitu membuai. Shin Moonbyul hanyut begitu saja pad...