Chapter 10

205 34 19
                                    

"Selain bisa merusak kesehatan fisik, Alkohol juga bisa merusak jalan pikiranmu secara mental."





Namjoon oppa menatap diriku dengan mata sipit miliknya dan menghela nafasnya secara perlahan.

"Untuk kasus yang ini cukup sulit Moonbyul-ah. Asal kau tau saja, atasanku bilang jika ayah tirinya juga terlibat dalam peristiwa itu dan yang lebih sulitnya lagi ayah tiri dari atasanku termasuk salah satu orang yang berpengaruh dalam bidang bisnis di Korea, sehingga ayah tirinya itu mengirimkan orang suruhan nya untuk menghilangkan semua jejak bukti yang ada."

Aku mengernyit mendengar penjelasan Namjoon oppa.

"Untuk apa ayah tiri dari atasanmu menghilangkan nyawa adiknya?"

"Aku juga tidak tau, tapi atasanku bilang padaku jika ayah tirinya begitu membenci adiknya."

Aku hanya mengangguk paham. Lantas aku pun beranjak dari sofa dan merenggangkan otot-otot persendian ku yang sedikit kaku.

"Baiklah oppa...kalau begitu tidurlah. Apartement ini punya tiga kamar. Kau bisa tidur di kamar yang berada di sebelah kanan dapur, sedangkan di sudut kiri dapur adalah kamar ku."

Namjoon oppa mengangguk mengerti dan beranjak pergi menuju kamar yang akan dia tempati untuk sementara waktu. Lantas, aku pun juga beranjak pergi menuju kamarku untuk mengistirahatkan pikiranku.








~~~SMERALDO~~~








Hari ini adalah hari Weekend yang artinya aku tidak akan ada jadwal konsultasi untuk hari ini. Setelah membersihkan diri, aku pun bergegas keluar kamar bermaksud untuk menyiapkan sarapan pagi ini.

Aku membuka pintu kulkas. Hanya ada roti dan selai. Sepertinya bahan persediaan makanan ku sudah habis. Aku pun menepuk kening ku pelan. Seharusnya kemarin lusa aku pergi untuk membeli stok bahan makanan bukanya malah menghabiskan waktu seharian bersama dengan Jimin.

Aku pun memasuki kamarku dan segera mengambil coat hitam milikku. Aku pun pergi keluar apartement dengan berjalan kaki seraya menghirup udara pagi yang segar menuju mini market terdekat untuk membeli beberapa bahan makanan.

Aku memasuki salah satu mini market yang sudah buka dan bergegas memilih beberapa sayuran. Atensi ku tampak mengabsen satu persatu deretan rak yang bersisi berbagai jenis sayuran dan daging untuk dimasukkan kedalam troli yang tengah aku dorong.

Aku pun meneliti satu persatu bahan makanan yang sudah berada di dalam troli. Aku rasa semuanya sudah cukup. Hingga aku teringat jika Namjoon oppa juga akan tinggal bersamaku untuk satu minggu kedepan. Aku pun berjalan menuju tempat minuman kaleng, karena aku tau jika Namjoon oppa suka sekali meminum minuman bersoda.

Setelah menemukan apa yang aku cari aku pun meraih salah satu merk minuman itu hingga tiba-tiba sebuah tangan putih pucat juga meraih minuman tersebut.

"Eoh...maaf untuk mu saja."

Pria dengan kulit putih pucat itu melepaskan kaleng minuman itu dan menatap ku.

"Terima kasih tuan."

Dia hanya tersenyum singkat lalu beranjak pergi menggeser tubuh jakungnya menuju deretan rak dengan berbagai macam merk minuman soju yang terpampang disana. Aku menjadi merasa bersalah. Mungkin jika dia mengambil minuman kaleng bersoda yang berada di tanganku sekarang, dia tidak akan meminum minuman beralkohol.

Aku pun lantas pergi menuju kerahnya dan menepuk bahu nya pelan.

"Untuk mu saja tuan."

Pria itu menoleh kepadaku dan menyatukan kedua alisnya.

"Kau yang lebih dulu mengambilnya nona."

Lantas tangan putih pucatnya mengambil salah satu botol soju dengan tingkat kadar alkohol yang cukup tinggi. Apa pria ini ingin mabuk-mabukan dan melukai dirinya sendiri?. Aku pun dengan nekat merebut botol soju ditanganya dan menyodorkan kaleng minuman bersoda yang berada di tanganku.

"Aku lihat kau yang lebih membutuhkannya. Dan ingat, selain bisa merusak kesehatan fisik alkohol juga bisa merusak jalan pikiranmu secara mental tuan."

Aku menarik tangan putih pucatnya dan meletakkan minuman bersoda secara paksa di genggamannya. Ku lihat ekspresi terkejut terpampang jelas di wajah tampannya atas perilaku tiba-tiba yang aku lakukan padanya.

Aku pun mengangkat kedua bahu ku acuh dan memutar badan ku hendak berjalan pergi hingga tiba-tiba tangan putih pucatnya memegang pergelangan tangan milikku.

"Bagaimana jika kita minum kopi sebentar di cafe seberang mini market? Anggap saja sebagai tanda terima kasih ku karena kau sudah mau mengalah untukku nona."

"Tidak us-"

"Aku tidak menerima penolakan."

Aku hanya mengangguk pasrah mendengar ajakannya yang terkesan seperti memaksa. Kami pun berjalan bersama menuju kasir untuk membayar barang yang sudah kami beli lalu pergi menyebrang menuju cafe yang berada di seberang mini market tadi.

Ku lihat pria itu tampak mengedarkan pandangannya hingga berjalan menuju salah satu meja yang sudah tersedia di sudut ruangan. Aku pun hanya mengikuti pria itu dan ikut mendudukkan diriku di seberang meja didepan nya. Lalu seorang waiters tampak menghampiri kami.

"Tolong dua americano!"

Waiters itu tampak mengangguk mendengar pesanan pria yang berada di hadapan ku.

"Min Yoongi..."

Aku yang sedari tadi hanya diam memandangi kuku-kuku jari milikku karena suasana dengan atmosfer dingin yang begitu mendominasi pun kini mengalihkan atensi ku menatap pria dihadapan ku.

"Shin Moonbyul..."

Tak lama kemudian seorang waiters tampak datang membawa nampan berisi dua cup americano di atasnya.

Pria bernama Min Yoongi itu langsung menyesap sesaat americano yang tampak masih mengepul itu lalu kembali mengalihkan atensi nya padaku.

"Senang bertemu dengan mu Shin Moonbyul-ssi."

"Aku juga Min Yoongi-ssi."

Kami terdiam cukup lama dengan hanya suara tiupan yang berasal dari bibir tipis pria itu yang tengah meniupi americano yang masih mengepul miliknya.

"Aku Min Yoongi, seorang kepala kepolisian sekaligus pemilik kantor kepolisian utama Seoul."

Aku cukup terkejut dengan pernyataan yang keluar dari bibir tipis pria bernama Yoongi itu. Aku tak menyangka jika dilihat dari usianya yang bahkan bisa dibilang cukup muda, dia sudah bisa menjadi seorang kepala kepolisian.

"Aku Shin Moonbyul, seorang dokter psikiater yang bekerja di rumah sakit Seoul Hospital."

Ku lihat Yoongi tampak terdiam sejenak dan mengalihkan tatapannya menuju kaca besar cafe yang menampilkan padatnya jalan raya Seoul seraya menyesap perlahan americano yang berada ditanganya.

SMERALDO✓ (PJM) || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang