"Lain kali jangan keluar malam terlalu larut, itu tidak baik bagimu. Apalagi kau adalah seorang gadis."
Aku berdiri tepat di balkon kamar apartement milikku. Ku pandangi gemerlapnya bintang diantara gelapnya langit malam. Aku berada di apartement sendirian. Bahkan Namjoon oppa entah pergi kemana dari tadi siang.
Aku rasa dari pada merenung di apartement sendirian, sepertinya lebih baik aku keluar untuk mencari udara segar di luar. Aku pun beranjak menuju kamar ku dan mengambil coat hitam milikku untuk menutupi piyama yang tengah aku kenakan.
Tanpa sadar aku menjalankan kaki jenjangku menuju Sungai Han. Ku eratkan coat hitam yang tengah aku kenakan dan kumasukkan kedua tangan ku ke dalam saku coat milikku.
Aku berjalan memutari kawasan Sungai Han. Bahkan aku tak jarang menjumpai beberapa orang yang tengah menghabiskan waktu malamnya bersama teman atau kekasihnya di pinggir Sungai Han walau hanya sekedar duduk dan berbincang.
Hingga atensi ku beralih pada dua orang pria yang tampak tengah bertengkar. Aku menyipitkan indra penglihatan ku. Aku sepertinya mengenal baik mereka berdua.
'Bukankah itu Jimin dan Dokter Jung', Batinku.
Lalu untuk apa mereka berdua bertengkar malam-malam begini. Apa mereka berdua sudah saling mengenal satu sama lain sedekat itu?. Sembari dengan pertanyaan yang terus mengelilingi isi otak ku, aku pun berjalan mendekat untuk menghampiri keduanya.
Namun karena atensi ku yang tak lepas menatap kedua orang di depan sana pun aku tak menyadari jika ternyata dari arah berlawanan ada orang lain yang tengah berjalan terburu-buru kearah ku.
Brukk
Aku dan orang itu sama-sama jatuh tersungkur. Aku memegangi lutut kaki ku yang sedikit memar karena beradu dengan kerasnya tanah bebatuan. Sedangkan orang itu juga tampak memegangi pergelangan siku tangannya yang sedikit lecet.
Aku pun segera berdiri dan menundukkan kepalaku ke arahnya.
"Aku minta maaf tuan."
Pria itu tampak mengalihkan atensi nya pada pergelangan siku tanganya dan beralih menatap diriku.
"Aku juga minta maaf nona, karena tadi aku tidak melihatmu."
Aku mengangguk dan menatap punggung tegap pria dengan lengan kekar yang begitu kontras dibandingkan dengan wajah tampan nan baby face nya itu yang berjalan menjauh sembari memegangi pergelangan siku tangannya.
Aku jadi merasa bersalah. Lalu setelahnya aku pun segera kembali mengalihkan atensi ku pada tujuan ku sebelumnya. Namun ketika manik mata ku kembali menatap salah satu bangku yang menjadi saksi bisu tempat bertengkar nya kedua pria tadi tampak kosong.
Aku mengedarkan pandanganku pada seluruh penjuru Sungai Han dengan kepalaku yang celingukan kesana kemari. Namun aku tak kunjung menemukan kedua orang tadi. Aku pun menghela nafas ku perlahan dan berbalik berjalan pergi menuju apartement ku.
Ketika memasuki lift apartement, ku lirik seorang pria yang berdiri tepat disampingku dengan pakaian tertutup serba hitam miliknya seperti biasa. Mataku menyipit guna memastikan jika dia memang orang yang meninggalkan ku pergi dari siang tadi.
"Namjoon oppa?"
Pria berhodie sekaligus dengan masker hitam yang menutupi mulutnya itu tampak melirik ke arahku dengan sorot mata yang menjawab 'kenapa'. Sedangkan aku hanya menggeleng kan kepalaku.
Ting
Pintu lift terbuka dan kami keluar bersama menuju kamar apartement milikku. Tanganku menekan beberapa passcode dan dengan ajaibnya pintu apartement langsung terbuka. Namjoon oppa mengekori diriku memasuki apartement.
Seketika kami berdua sama-sama mendudukkan tubuh kami di sofa yang terletak di depan televisi seperti biasanya. Namjoon oppa mulai melepas masker, topi, dan hodie yang dia kenakan. Sedangkan mata ku tampak menyipit mengamati pergerakan tangan kekarnya yang juga tampak melepas sepatu pantofel hitam dan kaus kaki hitam miliknya.
"Bukankah tadi siang kau pergi dengan tidak menggunakan pakaian seperti itu oppa?"
Namjoon oppa melirik diriku dengan mata sipitnya.
"Aku pergi ke kantor polisi tadi."
Aku mengangguk kan kepalaku sekali lagi.
"Bukankah kau mengatakan padaku jika kau sedang cuti, jadi kenapa datang ke kantor polisi? Hingga pulang larut malam pula."
Namjoon oppa meletakkan sepatu hitam berpantofel nya dan beralih menatap diriku dari atas hingga bawah.
"Aku ada urusan sebentar dengan atasanku. Dan untuk pulang malam, aku baru saja kembali menyelidiki kasus ku yang belum selesai."
Aku membuka mulutku dan membentuk huruf 'o' sebagai jawaban.
"Kau baru saja mencari ku?"
Namjoon oppa kembali menatapku. Aku pun yang menyadari jika aku masih mengenakan coat hitam dengan piyama di dalamnya pun menggeleng pelan.
"Aku baru saja keluar sebentar untuk mencari udara segar oppa."
Namjoon oppa mengangguk.
"Selarut ini?"
Aku melirik jam dinding dengan jarum pendek yang sudah menunjukkan angka sepuluh.
"Moonbyul-ah, lain kali jangan keluar malam terlalu larut, itu tidak baik bagimu. Apalagi kau adalah seorang gadis."
"Aku hanya keluar sebentar menuju Sungai Han tadi oppa."
Namjoon oppa tampak membulatkan kedua mata sipitnya.
"Apa kau sudah gila?"
"Aku bosan di apartement sendirian oppa, maka dari itu aku keluar untuk sekedar berjalan-jalan."
"Tapi tidak sejauh itu juga Shin Moonbyul."
Namjoon oppa tampak memukul keningnya pelan.
"Jimin sudah pulang?"
Aku menoleh menatap dirinya dan mengangguk.
"Dia sudah pulang sedari sore tadi."
Namjoon oppa mengangguk dan beranjak dari sofa menuju kamarnya. Aku pun juga beranjak dari sofa dan lekas pergi menuju kamar milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMERALDO✓ (PJM) || [Completed]
FanficShin Moonbyul tau betul jika Park Jimin adalah definisi dari sebuah kemungkinan yang tak akan pernah bisa untuk ia genggam. Sebuah luka yang begitu indah untuk diselami dan sebuah kebahagiaan yang begitu membuai. Shin Moonbyul hanyut begitu saja pad...