Bab 1(15)

6 1 0
                                    

Bukan harus, mereka menggunakan bahasa inggris dan bahasa lain yang seharusnya aku tidak bisa ucapkan. Dengan tidak sadar, aku bisa mengerti bahasa yang dipakai orang lain. Aku dari dulu tidak bisa berbahasa inggris. Fumiko, mengapa aku bisa berbicara bahasa yang aku tidak bisa?

[Its a blessing to me for you]

Blessing? Some sort of power you've given to me?

[せかい (benar)]

Oi, pakai satu bahasa saja.

[No.] 

Blessing ini memudahkan hidup sekali. Aku tidak perlu belajar bahasa mereka, aku malas sekali kalau harus belajar bahasa orang lain. Aku pikir-pikir lagi, mengapa ada berbagai macam orang yang menggunakan bahasa di kota atau negara ini? Mungkin perdagangan antar negara. Ngomong-ngomong penginapan yang dibicarakan Josephine sepertinya "agak" jauh. Kami berjalan kira-kira 30 menit, kami ini tersesat atau Josephine yang lupa jalan? Tidak mungkin kan dia lupa jalan. 

"Penginapannya masih jauh?"

"Sepertinya, sebentar lagi kita sampai. Kemungkinan tiga belokan dari sini."

Hmm, lumayan dekat. 

Kami jalan melalui gang-gang yang cukup mencurigakan. Ada orang miskin sedang duduk dan tampak tidak ada harapan, tikus mati di tengah gang, dan bau yang tidak enak di hidung. Gang ini sangat kontras dengan apa yang aku lihat tadi setalah memasuki kota. Tampak dari luar, kota ini sangat berwarna dan kebahagiaan dimana-mana tapi setelah jalan 30 menit ke dalam gang, ternyata ada bagian kota yang sangat kotor seperti gang ini. Ini bukan gang biasa, kiri dan kanan gang ini adalah tempat tinggal. Mengapa Josephine membawa kami ke tempat yang seperti ini?

"Akhirnya kita sampai di penginapan. Selamat datang di 'The Merciful Traveler Inn'!" Ucap Josephine sambil menunjukan papan nama penginapan.

"Kamu ngapain?"

"Menyambut kamu."

"Hah?"

"Masuk saja biar kamu lebih tahu."

Kami masuk ke dalam penginapan. Setelah membuka penginapan aku melihat resepsionis yang sedang duduk di mejanya. Resepsionis wanita ini lalu melihat kami, dia melihatku terlebih dahulu setelah itu melihat Josephine. Wajahnya tampak terkejut. Apakah Josephine langganan tempat ini? Dia kan putri raja, mana mungkin ia menginap di tempat seperti ini.

Resepsionis berdiri dengan cepat dengan wajahnya yang masih terkejut.

"Tuan putri?"

"Ya, saya masih hidup. Bagaimana kondisi penginapan setelah aku pergi?"

"Tunggu-tunggu. anda benar-benar Tuan Putri?"

"Tentu saja."

"Tapi bagaima-"

"Nanti saja kita bahas, aku dan dia lelah, siapkan kamar untuk kami berdua."

"Em.. siap, Tuan Putri! Saya akan menunjukan kamar untuk kalian, ikuti saya!"

Kami mengikuti resepsionis ini ke lantai dua. Kamar kami terpisah, kan? Semoga saja terpisah, aku tidak mau satu kamar dengan wanita, canggung rasanya. 

"Ini kamar untuk kalian berdua, nikmati masa tinggal anda!"

"Tunggu tunggu tunggu, aku tidur satu kamar dengan Josephine?"

"Kamu ngomong apa? Tentu saja kamu satu kamar denganku."

Kenapa? Kenapa? Malam ini pasti akan menjadi canggung. AAAAAAAAAAAAA

"Apa yang kamu tunggu? Ayo kita masuk."

"Ah, em."

Aku membuka pintu lalu masuk ke dalam kamar, aku melihat satu kasur besar untuk dua orang. Oh tidak, tolong tuhan, aku tidak kuat. Aku melepas ikat pinggang katanaku dan menaruh katanaku di atas meja dengan perasaan yang canggung. Para pria pasti sangat bergembira jika berada di situasi ini tapi aku tidak bergembira di situasi ini. Aku tidak tahu harus berbuat apa jika berduaan dengan wanita, terlihatnya aku biasa saja dengan wanita tapi kenyataannya tidak. Mengesampingkan itu, sepertinya aku butuh pelindung badan seperti armor dan baju sehari-hari. Oh, jangan lupa aku harus mandi.

"Em.. Josephine, di penginapan ini ada kamar mandi?"

"Kamar mandi? Tidak ada, hanya ada pemandian air panas. Kamu mau berendam?"

"Ya, badanku sudah bau dan kotor seperti ini harus mandi tentunya."

"Heee... Kamu seperti perempuan saja."

"Ha? Bukannya normal manusia untuk mandi?"

"Tentunya normal, aku hanya mengolok-olok kamu."

Perempuan ini ternyata bisa bercanda juga, hanya saja tidak lucu candaannya. 

"Jadi, dimana pemandian air panas ini?"

"Tanyakan saja kepada resepsionis penginapan ini, kalau kamu bingung tentang kota ini atau yang lain, tanyakan saja ke dia. Aku ingin istirahat sebentar, aku lelah tidak tahu kenapa."

"Oh, begitu. Kamu lemah, ya? Seperti yang diharapkan oleh seorang wanita."

"Berisik kamu! Dah sana, mandi."

Itu yang kamu dapatkan setelah mengolok-olok diriku.

I Live in a Parallel World, Is It Worth It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang