Bab 1 (8)

27 4 0
                                    

Selagi mereka memakai pakaian, aku mengambil makanan yang ku tinggal. 

"Josephine, kamu jaga kereta ini, aku akan mengambil makanan."

"Ok!"

Dengan cepat aku lari menuju makananku, maksudku makanan "kami". Aku tidak tahu kenapa, sekarang kalau aku berlari atau melompat rasanya sangat ringan. Dan sekarang aku bisa berlari dengan cepat. Anehnya lagi, Josephine bisa menyaingi kecepatanku. Kecepatan lariku itu bukan kecepatan lari manusia biasa tapi kenapa Josephine bisa menyaingiku? Berpikir seperti ini membuatku tambah lapar sebaiknya nanti saja aku pikirkan.

Sesampainya aku di kereta, mereka ternyata sudah menungguku. Dua bersaudara kembar tersebut menyambut dengan senyum. Seperti yang diharapkan dari bangsawan, mereka memakai pakaian yang mewah. Mereka memakai gaun merah yang sama. Aku dan Josephine memperkenalkan diri ke dua bersaudara. Walaupun kembar aku tahu perbedaan mereka sesaat memandang mereka. Yang rambutnya diikat ponytail bernama Genoveffa Giordano sedangkan yang rambutnya diikat bun bernama Generosa Giordano.

"Senang bertemu dengan kalian berdua, Tadao dan Josephine." Ucap mereke berdua secara bersamaan.

"Ya, kalian juga. Ah iya, aku membawa makanan mentah karena aku belum makan daritadi pagi. Tidak apa-apa kan?"

"Sebenarnya, kami berdua ingin mengajak kalian makan di rumahku sebagai ucapan terima kasih. Jadi, tidak usah memasak bangkai itu," Ucap Genoveffa Giordano sambil tersenyum.

"Hey, ini bukan bangkai tapi ini makanan mentah. Masalahnya bukan makanan mentah kami melainkan bagaimana kita pergi ke rumah kalian? Kusirnya dibunuh oleh para bandit, aku tidak bisa mengendarai kereta."

"Kami sudah berbincang dan ternyata Josephine bisa mengendarai kereta ini," Ucap Genoveffa Giordano.

"Josephine, kamu bisa kesini sebentar? Aku ingin membisikkan sesuatu."

Josephine berjalan mendekatiku dengan heran.

"Apakah kamu memberitahu bahwa kamu adalah putri kerajaan kepada mereka?" tanyaku kepada Josephine sambil berbisik.

"Tentu saja tidak, aku tidak sesembrono yang kamu kira," Ucap Josephine sambil berbisik di telingaku.

Syukurlah, aku kira dia memberitahu mereka bahwa dia adalah putri kerajaan. Kalau dia memberitahu mereka bisa bahaya. Untungnya mereka tidak menanyakan lebih detail.

"Shall we go now?" Ucap Josephine sambil menaiki tempat duduk kusir.

"Aku duduk di depan bersama Joephine," Ucapku sambil menaiki tempat duduk kusir.

Kedua bersaudara tersebut masuk kedalam kereta satu per satu. Huh, ada yang aneh. Arah ke rumah mereka kemana? Tiba-tiba jendela dibelakangku terbuka dan kepalaku masuk ke dalam kereta. Kaget aku. 

"Oops, maafkan aku. Hehe," Ucap Generosa Giordano sambil tertawa kecil. "Kami lupa memberitahu, aku akan memberikan arahan melalu jendela ini," lanjut Generosa Giordano.

"Rumah kami tidak terlalu jauh dari sini, hanya jalan lurus saja dan ada jalan berbelok," Ucap Genoveffa Giordano.

Josephine langsung menjalankan kereta ini dengan dua kuda di depan kami ini. Akhirnya, perjalanan tanpa berjalan kaki.

kruk kruk

Josephine melihatku dengan muka yang khawatir. Aku menyuruh Josephine untuk tidak usah khawatir. Perutku sangat sakit sekali karena lapar. Aku belum pernah merasakan ini sepanjang hidupku meskipun aku tinggal di tempat yang miskin. Aku ingin sekali memakan daging mentah yang kupegang daritadi tapi ini mentah, aku tidak bisa memakan daging mentah. Aku harus menghilangkan rasa lapar ini tapi bagaimana caranya? Aku dulu punya teman yang mengatakan ini kepadaku, "Kalau kita lapar sebaiknya jangan terlalu dipikirkan, nanti lapar itu akan hilang sendiri jika kita tidak hiraukan.".

Aku mencoba tenang, menarik napas dalam-dalam lalu keluarkan. Aku melakukan itu selama perjalanan agar bisa mengurangkan rasa laparku. Tidak sadar kalau perjalanan sangat singkat. Kami sudah sampai di rumah dua bersaudara tersebut. Rumah ini tidak pantas disebut rumah tetapi mansion. Mansion ini sangat besar seperti sekolah. Halaman depannya saja sudah luas apalagi halaman belakangnya. Aku terkejut melihat semua ini sementara Josephine melihat ini sangat biasa seperti sering melihat pemandangan ini atau "mempunyai" bangunan seperti  ini.




I Live in a Parallel World, Is It Worth It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang