Bab 1 (5)

40 6 0
                                    

Kami bersama-sama menguliti beruang grizzly yang besar ini. Kemungkinan tingginya sekitar 2 m, aku perkirakan tingginya 2,5 m karena tingginya jauh melebihiku. Aku pertama kali membunuh beruang seumur hidupku, pada saat aku hidup di hutan, aku hanya memburu binatang-binatang yang biasanya dijadikan makanan manusia. Setiap kali aku bertemu beruang pada saat berburu, aku selalu lari terbirit-birit.

Setelah menguliti beruang, aku memotong dan mencincang tubuh beruang tersebut. Aku mengambil kayu yang tidak digunakan untuk api unggun untuk menusuk daging beruang. Kira-kira seperti apa rasa daging beruang? Semoga saja enak. Aku agak skeptikal karena daging beruang itu bau. 

Aku memegang kayu yang sudah ditusuk daging beruang mengarahkan ke api unggun. Aku tidak sabar memakan daging ini. Air liur mengalir dari mulut ke bibirku. Kemudian aku tersadar dan mengelap air liurku. Aku melihat Josephine Petterson yang tertawa kecil karena tingkahku.

"Apa?" tanya Josephine Petterson.

"Apa yang lucu?"

"Ah, tidak. Ngomong-ngomong terima kasih sudah menghapus kutukan ini."

"Ya, ya, lagipula siapa yang mengutuk kamu? Hanya orang gila yang mengutuk gadis cantik sepertimu."

Mukanya memerah setelah mendengar perkataanku. Dia menampar pipinya perlahan dengan kedua tangannya.

"Tidak usah memujiku seperti itu."

"Tapi itu memang benar, kau memang cantik, gadis cantik yang pertama kali kutemui."

Muka dia bertambah merah, dia menggigit bibir bawah dan mengepalkan tangannya di paha.

"Ce-ceritanya panjang, aku ceritakan dari awal. Aku adalah putri dari raja 'Kingdom Of Erendanyth', aku adalah pewaris takhta tersebut. Aku untuk menjadi ratu di kerajaan itu tidak harus mempunyai pasangan. Pemerintahan akan berjalan walaupun hanya ada ratu. Di kerajaan lain kalau mempunyai anak perempuan, mereka harus mencari pasangan yang sesuai dan menjadikan penguasa kerajaan. Kakakku benci aku karena aku yang menjadi penguasa selanjutnya, aku diubah menjadi werewolf  pada saat kami berjalan-jalan di hutan ini. Aku diajak oleh kakakku karena dia ingin memberiku hadiah yang sangat indah. Dia mengikat mataku dan kami keluar dari kereta untuk berjalan ke 'hadiah' tersebut. Pada saat ikat mataku dibuka, ada penyihir yang berdiri di depanku dan seketika mengubahku menjadi werewolf. Aku dibiarkan di hutan sendirian. Mungkin sekarang kakakku sudah menjadi penguasa selanjutnya."

Berat sekali bebannya. Apa yang harus aku lakukan? Aku akan menanyakan sedikit pertanyaan.

"Jadi, misalnya kamu pulang ke kerajaanmu, apa yang akan terjadi?"

"Mungkin kakakku akan mengusirku atau akan membunuhku."

Akan berbahaya jika aku pulangkan dia kerumahnya. Bagaimana ini? Tidak ada pilihan lain, aku akan mengajaknya dalam perjalanan ini. Aku akan mencari kekuatan untuk menjadi kuat, setelah menjadi kuat aku akan membunuh kakak gadis ini. Aku akan mencari tahu betapa kuatnya orang-orang di kerajaan itu.

"Apakah kamu mau ikut denganku?"

"Karena aku sudah tidak ada tempat tinggal, ya, aku mau."

"Tujuan pertama kita ada ke kerajaanmu."

"Untuk apa? Aku sudah member-"

"Tidak usah khawatir, aku tidak akan membiarkanmu mati."

"Jadi, bagaimana kita kesana? Aku akan ketahuan jika mukaku terlihat."

"Aku akan membuat topeng dan pakaian dalammu terlebih dahulu. Aku akan membuat topengnya dari kayu dan pakaian dalammu dari kulit beruang."

"Kamu bisa melakukan itu? Hebat sekali. Aku tidak pernah melihat laki-laki membuat pakaian."

"Hah? Apakah itu benar?"

"Ya, itu benar. Hanya perempuan yang bisa menggunakan skill untuk membuat pakaian."

Aku harus lebih banyak belajar tentang dunia ini tapi aku juga harus hati-hati pada saat bertanya, jika aku terlalu banyak bertanya dia akan curiga padaku. Aku harus bisa bercampur dengan orang-orang di dunia ini.

"Baiklah, Josephine Petterson-

"Panggil aku Josephine."

"Baiklah, Josephine. Kita akan beristirahat disini sementara, pada saat hari menjelang pagi, aku akan membuat topeng dan pakaiannya."

"Ok!"

"Oh, iya, bisakah kamu kumpulkan daun untuk alas tidur? Aku lelah sehabis berjalan-jalan di hutan ini."

"Serahkan kepadaku!"

Dia langsung berdiri dan berjalan mencari daun-daun untuk alas tidur. Sambil menunggu aku duduk santai bersandar di batang pohon yang rindang ini. Mataku mulai berat.

I Live in a Parallel World, Is It Worth It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang