Bab 1 (16)

5 1 0
                                    

Saatnya berendam di pemandian air panas! Sudah lama aku tidak mandi di pemandian air panas. Hari sudah siang - hawa udara masih dingin - keadaaan ini pas sekali untuk mandi di pemandian air panas. Walaupun sudah siang hawanya masih dingin, menyegarkan sekali.  Aku turun dari lantai dua dan menanyakan dimana pemandian air panas ke resepsionis. Dia bilang pemandian air panasnya ada di lorong sebelah kiri kami setelah itu ikuti jalan lorong dan belok kanan. Huh, di kanan dan kiri lorong ini ada ruangan, kamar mungkin.

Aku melepas pakaianku dan menaruh pakaian di loke- ah bukan loker tetapi kayu yang mirip lemari. Lemari ini dibuat lubang kotak-kotak dan lubang ini dipakai untuk menaruh pakaian.
Ah, jangan lupa handuk. Aku mengambil handuk di dalam lemari lalu masuk ke dalam pemandian air panas berendam. Sebelum masuk berendam aku membersihkan badan dulu tentunya. Akhirnya, bisa berendam dan santai setelah sekian lama. 

10 menit kemudian

Biasanya setelah selesai berendam di pemandian air panas kita harus memakai "yukata" tetapi karena ini bukan jepang aku memakai pakaian yang tadi. Di jepang, pemandian air panas ada "ryokan" semacam penginapan di pemandian air panas dan kalau pengunjung pemandian air panas menginap di ryokan mereka akan memakai yukata. 

Aku penasaran dengan latar belakang Josephine dan juga kerajaan ini setelah dipimpin oleh saudaranya Josephine, walaupun dia sudah memberitahuku dia siapan dan kenapa dia dikutuk dan diusir, aku ingin tahu lebih banyak lagi. Aku mungkin tidak bisa melindungi semua orang tapi kerajaan ini harus diselamatkan. Jika kerajaan ini diselamatkan, orang-orang akan merasa tenang hidupnya. 

[Aku lihat-lihat, rakyat di kerajaan ini bahagia-bahagia saja.]

Itu benar, bisa saja mereka menyembunyikan rasa ketakutan terhadap orang yang memimpin kerajaan ini sekarang. 

[Aku rasa pemimpin kerajaan yang sekarang tidak melakukan hal yang jahat terhadap rakyat. Walaupun aku dewa, aku masih bisa merasakan kebahagiaan rakyat kerajaan ini dengan cara melihat saja.]

Itu yang aku bilang menyembunyikan atau yang lebih tepatnya memalsukan perasaan mereka. Manusia itu lebih licik daripada dewa-dewa seperti kalian. Kalian, para dewa, jika merasa kesal dengan dewa lain, kalian akan bertengkar sampai menghancurkan dunia. Tapi aku tidak berbicara tentang itu, maksudku itu kalian tidak licik karena kalian adalah dewa. Mungkin kalian bisa menjadi licik, mengadu adu domba dewa lain contohnya seperti yang dilakukan dewa-dewa di yunani. 

[Kamu benar tentang itu. Kami para dewa tidak bisa merasakan perasaan manusia karena kami bukan manusia. Tapi, kami kadang bersimpati kepada manusia yang sedang kesusahan, seperti kamu.]

Seperti aku?

[Benar. Akibatnya, kamu terlahir kembali dan aku akan membantumu mewujudkan cita-citamu. Melindungi semuanya, menyelamatkan semuanya, dan lawan orang yang kamu lindungi, bukan? Bagaimana aku tahu ini? Karena aku sudah mengamatimu cukup lama.]

Aku baru sadar kalau suaramu berubah, ada apa?

<Kamu lebih suka aku berbicara seperti ini?>

Aku lebih suka suaramu yang baru, lebih seperti dewa yang berbicara.

[Itu adalah alasanku mengubah suaraku, suaraku yang dulu tidak seperti dewa.]

Senang mendengarnya.

Percakapan ini sudah tidak nyambung. Tapi, aku merasa bahagia karena ada orang yang peduli denganku. Yah, "orang". Aku berjalan menuju meja resepsionis. Resepsionis sedang menulis-nulis sesuatu di mejanya. Dia melihatku dengan wajah yang terkejut dan berhenti menulis. Tangannya menutup kertas yang penuh tulisan. Aku tidak akan membicarakan itu tapi ini mencurigakan sekali. Aku mencoba memasang wajah tersenyum.

"Fiuhh, pemandian air panas disini sangat nyaman. Ngomong-ngomong, yang bekerja disini cuman kamu?"

"Tidak, yang lain sedang keluar sedang melakukan sesuatu."

"Aku ingin bertanya tentang Josephine dan kerajaan, ada waktu? Tapi kamu kelihatannya sibuk."

"Tidak, aku sedang tidak melakukan sesuatu," dia menaruh kertas-kertas penuh tulisan itu di laci meja.

Mencurigakan, dia bisa saja salah satu mata-mata kerajaan ini. Aku tidak akan menanyakan ini sampai waktu dan kondisi sesuai.

"Siapa itu Josephine? Mengapa kamu menyebut Josephine "Tuan Putri"? Setahu aku, Josephine diusir dari kerajaan ini dan Josephine secara otomatis bukan Tuan Putri lagi."

Aku tidak berbicara tentang kutukan karena kemungkinan kutukan ini tidak diberitahu oleh rakyat biasa dan bisa saja mereka membuat-buat cerita tentang Josephine diusir karena bla bla bla.


I Live in a Parallel World, Is It Worth It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang