Massive Conscience
Disclaim : M. Kishimoto
Pukul satu siang dia berjalan di koridor kampus yang tidak begitu panjang bernuansa bata merah, menghubungkan perpustakaan dengan gudang baru sebelum menuju aula depan. Hinata cukup hafal tempat dan jalur-jalur yang tidak banyak dilewati siswa, biasa ia gunakan untuk mengasingkan diri sepanjang waktu kuliah. Gadis itu menutup separuh wajahnya dengan syal untuk menghindari beberapa orang yang mengenalnya, sekalipun nyatanya hanya satu dua orang tapi Hinata tidak punya alasan untuk bersinggungan dengan mereka—malah ada lebih banyak alasan untuk menghindari orang-orang tersebut.
Sudah tiga hari sejak keberangkatan Naruto ke Cardiff, meninggalkan Hinata dalam ketidaklengkapan yg meresahkan. Dia merasa egois kalau menganggap kesepian dirinya adalah kesendirian, karena sudah dengan penuh kesadaran telah membuang perasaan itu bersama masa lalunya yang pahit. Jadi tidak lengkap adalah istilah yang cocok kalau pria itu tidak sedang di sisinya.
Selama tiga hari itu Hinata juga tidak sekalipun berkomunikasi dengan Naruto, dia cukup tahu diri untuk tidak mengganggu bos muda itu saat sedang dalam pekerjaan. Meski kenyataan memalukan yang terjadi padanya adalah, dia sangat merindukan sosok tersebut. Entah apa tepatnya yang ia rindu, kalau dipaksa menyebutkannya sudah pasti membuat Hinata terlihat bodoh karena banyak yang tidak masuk akal. Ia tidak mungkin berkata merindukan perdebatan mereka, karena jelas tahu alasan dan hasil dibalik perdebatan tersebut kebanyakan membuat emosinya bercampur aduk. Perlakuan pria itu pun lebih banyak membuatnya kesal, meski cukup masuk akal dijadikan alasan—namun lebih tepat dianggap tidak berdaya.
Hinata hanya ingin menatap figur rupawan seorang Naruto di hadapannya... Bagaimana wajah datar pria itu dalam berbagai situasi, yang terkadang ia dapat menebak emosi di baliknya lewat percakapan mereka. Mata biru yang keindahannya begitu ia sukai, sinar dan sorot yang mudah sekali membuat dirinya berdebar. Hinata hanya merindukan, melihat pria tersebut sebagaimana dia ingin menunjukkan kekaguman serta rasa terima kasih kepada penyelamat hidupnya. Karena cuma itu yang bisa ia lakukan dengan bebas tanpa harus memosisikan dirinya istimewa bagi Naruto, karena sebenarnya perasaan diistimewakan seperti itu cukup membuat Hinata terbebani andaikan dia sendiri kurang dalam menganggap sepesial seorang Naruto.
Dia belum sampai pada kondisi dapat membayangkan jika pria itu bisa menghilang kapan saja, sekalipun hari di mana tak ada Naruto sudah cukup menghantui sampai membuatnya khawatir—seperti sekarang. Karena sungguh dia pun tak punya kemampuan untuk menahan kehidupan seseorang, dia hanya manusia biasa dan lebih bukan apa-apa lagi jika disandingkan dengan pria luar biasa tersebut. Perasaan dirinya sebesar dan setulus apa pun tidak cukup membuat Hinata percaya diri jika harus dibandingkan dengan apa yang pria itu perjuangkan dan telah dimiliki selama ini, ia tidak mungkin senang kalau sampai menghancurkan semua itu.
Tapi dia tak mungkin pergi, walaupun seandainya bukan kehendak Naruto dia memang tidak ingin pergi ke mana pun. Dan kondisi tersebut membuat Hinata berada di posisi bahwa ia harus bisa memberikan sesuatu, minimal jangan pernah mengganggu apalagi merepotkan pria itu.
Hari ini seperti biasa ... dingin dan melelahkan setelah menyelesaikan sidang serta administrasi yang sebenarnya cukup singkat dibanding waktu ia sarjana dulu. Tapi dia memang tidak sedang mencurahkan perhatiannya pada kuliah, jadi normal kalau hari ini membuat letih.
"Lihatlah siapa yang datang,"
Hinata terkejut mendengar suara tersebut, merutuki dirinya yang bisa-bisanya melamun di tempat umum. Dia tidak menyadari di depan gudang baru ada beberapa orang berkumpul, yang sudah sangat ia tahu siapa orang-orang itu. Dia hanya menaikkan syalnya lebih tinggi sambil memeluk jaket abu hitam yang ia kenakan, berusaha mengabaikan dan berjalan normal meski dia sadar sudah sangat gemetar. Tidak mungkin dia kembali mengambil jalan koridor di sisi lain, terlalu jauh dan tidak menutup kemungkinan orang-orang ini akan tetap mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Massive Conscience
RomanceSetelah malam itu, segalanya berubah. Ketika bertemu dengan pria tersebut yang dalam segala aspek layak dicintai oleh Hinata ... ia tak pernah berhasil membayangkan seperti apa hidup selanjutnya. Uzumaki Naruto adalah seorang bos muda, seorang pria...