Shion

698 103 27
                                    

Massive Conscience

Disclaim : M. Kishimoto

Jalur masuk ruangan pesta tersebut berupa lorong pendek, membentuk dua belokan setelah pintu depan yang dijaga ketat. Hinata menjejakkan kakinya dengan gugup, tanpa pegangan apa pun karena ia berhasil meyakinkan suaminya agar tak bergandengan. Ia tak mau timbul anggapan macam-macam, meski sebetulnya tak perlu karena berjalan beriringan seperti itu nyatanya sudah pasti mengartikan mereka berdua adalah pasangan.

Di dalam ruangan yang tak seberapa luas tersebut, sudah banyak orang-orang duduk dan bercengkerama di kursi-kursi yang sudah ditata memutari meja. Satu meja dikelilingi delapan kursi, dan ada sedikitnya sepuluh meja yang berada di dalam ruangan tersebut. Meski banyak yang kosong, tapi suasananya nampak ramai nan berwarna.

Hinata pikir tempat tersebut berada di lantai teratas yang menyuguhkan pemandangan langit malam. Tapi kaca-kaca dinding justru buram kekuningan, berbingkai marmer mengkilap. Plafon tampak pendek dengan lampu-lampu putih, serta beberapa lampu gantung yang tak begitu terang, setidaknya tidak terkesan cukup untuk menerangi seisi ruangan—atau memang dibuat bernuansa redup. Tapi alih-alih membuat tak nyaman, justru menghadirkan kehangatan nan lembut.

Pesta itu tak bergaya barat mau pun tradisional, seolah sekedar kumpul-kumpul biasa tanpa keformalan apa pun selain setelan mereka tentunya. Tak ada pohon Natal, lampu warna-warni nan khas dalam acara yang harusnya disebut pesta Natal tersebut. Tapi orang-orang di dalam ruangan tampak menakjubkan, tampak mencolok dengan karakter masing-masing. Semua punya hawa kehadiran sendiri, yang mengisi setiap jengkal kekosongan dalam ruangan itu.

Hinata, sekalipun gugup, harus menutupi mulutnya sebentar sebagai reaksi takjubnya. Ia mengiringi langkah suaminya untuk menghampiri tempat Minato dan Kushina yang tampak paling mencolok, yang sudah memberikan tatapan dan senyuman sejak kehadiran mereka. Sebetulnya, semua pasang mata memperhatikan mereka sedari tadi.

"Selamat Natal, semuanya." Yang memberi salam adalah Naruto, istrinya hanya ikut membungkukkan badan di sampingnya. Ia langsung menarik kursi dan duduk untuk menghentikan tatapan orang-orang.

"Kau datang," Minato menyambut dengan senyum, basa-basi. Tentu saja ia tahu putra dan menantunya itu akan datang.

Di meja tersebut terdapat beberapa orang, jadi ketika Naruto mengatakan 'semuanya' memang bukan kesalahan. Seorang pria berambut perak dengan wajah malas ada di sebelah Minato, pengawal sekaligus tangan kanan sang pemimpin Uzu's tersebut, bernama Kakashi. Lalu di sebelah ibunya, seorang pria berambut merah agak panjang dengan wajah tegas tapi punya sorot mata lembut, bernama Nagato.

Lalu ada Yamato yang sebenarnya datang bersama mereka, tapi sampai lebih dulu—karena Naruto dan Hinata sempat berdebat sebelum masuk ke gedung. Niat awal Yamato hanya mengucapkan salam sebelum bergabung ke meja para pengawal keluarga Uzumaki, tapi ditahan Kushina sebagai jaminan sambil menunggu putranya. Sekarang sekalipun tuannya sudah datang ia tak bisa pergi tanpa ada perintah, jadi dengan terpaksa ikut bergabung.

Meski begitu, sebenarnya itu juga bukan pesta formal. Jadi tak ada pengaturan tempat-tempat khusus atau sejenisnya. Memang yang hadir cuma orang-orang, yang bisa dikatakan keluarga—karena yang benar-benar keluarga cuma hitungan jari—dan para eksekutif tertinggi perusahaan. Tapi, sekali lagi karena bukan pesta formal jadi tidak semua jajaran eksekutif hadir. Bisa dibilang semua orang tersebut adalah orang-orang dekat Minato, yang paling setia dan terpercaya. Jadi tak mungkin ada tindakan-tindakan yang tak sesuai dari sudut pandang pemimpin, semacam penjilat yang sengaja mendekatkan diri tanpa maksud atau omongan-omongan di belakang. Mereka adalah keluarga Uzu's Group yang sebenarnya, yang sampai daging dan tulang. Mereka mencair dengan status masing-masing di dalam pesta tersebut.

Massive ConscienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang