Hallo! Jane disini mempersembahkan fanfiction pertama yang benar-benar baru Jane selesaikan hehe. Jadi, cerita ini benar-benar udah selesai aku tulis sampai Epilog. Tapi, aku ga akan publish semua-nya langsung karena aku mau lihat antusias dari kalian gimana.
So, kalau gitu tanpa bertele-tele... Yuk baca yak hehe. JANGAN LUPA, comment dan vote biar aku tahu ke-antusias-an kalian pada ceritaku ini. Karena semakin banyak kalian menujukannya semakin cepat aku akan update hehe✨
Selamat membaca✨
————
"Jadi, kamu menolak kesempatan ini?"
Beatrice mengangguk tegas. Dia sudah meyakinkan diri-nya berkali-kali.
"Kenapa?" Pria yang duduk di kursi kebesarannya masih belum menyerah.
"Saya memang butuh uang banyak tanpa meninggalkan Minjun, Pak." Pria berpotongan pendek itu sedikit menegang mendengar jawaban tegas Beatrice.
Masih belum menyerah pria itu kembali menawarkan kembali, "Tapi ini gaji yang di tawarkan cukup besar, Beatrice." Dan, Beatrice menolakknya lagi dengan gelengan.Leon Herardi menghela napasnya sembari tubuhnya melemas. Dia menunduk sejenak dengan jari saling berkaitan. Kepala sedikit pening sekarang karena menghadapi pegawainya sendiri.
Memikirkan cara untuk membantu Beatrice terasa seperti menjawab teka-teki yang sulit. Memusingkan. Kalau saja ini bukan permintaan kekasihnya yang notabene adalah sahabat Beatrice, dia akan mau membuang waktu untuk memikirkan ini.
"Lalu, kamu mau proyek apa Beatrice?" Leon menatap Beatrice dengan tatapan putus asa.
"Aku sedang membantumu, tapi kamu menolak 3 proyek besar."
Sebelum Beatrice menemukan jawaban yang tepat, dia hanya mampu menghendikkan bahunya.
"Saya tidak meminta Bapak untuk membantu saya."Leon memutar bola matanya jengah, dia menggulung lengan kerja sampai siku dan bangkit berdiri. Pria berdarah setengah Jerman itu berjalan memutari meja kerja dan mengambil duduk di sofa abu-abunya. Sambil memijat pangkal hidung dan memejamkan mata dia kembali menghela napas.
Pria beralis tebal itu sulit mengerti bagaimana kakak dan kekasihnya bisa berhubungan baik dengan Beatrice. Karena, menurut Leon, Beatrice itu rumit dan terlalu banyak peraturan. Merepotkan sekali.
"Ya sudah, aku akan mengabarimu kalau aku sudah menemukan proyek tanpa harus membuatmu jauh dari Minjun, tidak ada liputan tempat massa konflik dan terakhir tidak ada kerja subuh dan pulang lembur."
Beatrice mengangguk cepat dan tersenyum senang. Bos-nya benar-benar pengertian.
"Terimakasih atas toleransi-nya Pak."
"Ya, ya, sudah sana balik ke bilikmu." Leon mengibaskan tangannya tanpa sama sekali membuka mata.
Terkekeh pelan, Beatrice membungkuk setengah badan pada-nya.Sebenarnya, bukan keinginannya menambah proyek lain, di saat proyek pertama-nya belum selesai bukanlah keinginan Beatrice. Semua karena keadaan dan kebutuhannya untuk Minjun. Kalau di hitung lebih teliti, gaji-nya memang belum cukup untuk menghidupi dua orang. Maka dari itu, dia memang berpikiran untuk menambah pekerjaannya. Kalau bekerja part-time rasanya tidak mungkin. Beatrice tidak yakin diri-nya mampu bekerja di dua tempat berbeda.
Dan, sebenarnya Beatrice tidak memaksa Leon untuk mencarikan pekerjaan tambahan untuknya. Sejak seminggu yang lalu, Leon tidak henti memanggil Beatrice untuk ke ruangannya hampir setiap hari. Leon terus menawarkan banyak job liputan berita yang cukup besar. Well, tentu saja gaji dari job itu memang cukup besar. Kalau di pikir-pikir hampir 2 kali lipat dari gaji-nya sebagai Editor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistakes
Fanfiction"Aku mencintaimu," lirih tapi Beatrice masih bisa mendengarnya dengan baik. Senyum kebangganya merekah, Beatrice berkedip seolah sedang meyakinkan diri-nya sendiri. Dia tidak sedang bermimpi, ini benar-benar nyata dan Beatrice masih tidak mempercaya...