Hi! Apa kabar? Semoga kalian baik-baik aja di masa pandemi dan masa sulit ini ya😊
Maaf telat update :(
Sekarang kalian bisa baca kok hehe. But, aku minta apresiasinya yang banyakk yaa. Comment dan vote💛——————
Satu minggu berlalu, Beatrice menghadapi hari-hari kerjanya dengan baik. Dia melakukan semuanya dengan profesional. Tidak ada lagi pembicaraan antara Beatrice dengan pria itu. Kini, Beatrice berharap semuanya akan berjalan seperti itu saja sampai bulan depan. Begini saja Beatrice sudah cukup tenang walaupun kerap kali mata-nya harus tetap bertemu dengan pria itu.
Hari ini adalah hari paling tenang untuknya. Setengah hari dia habiskan waktu bersama Minjun di apartment sederhananya. Tidak ada rasa sesak di dada ketika matanya bertemu dengan mata yang persis dengan mata milik Minjun. Hanya ada Minjun dan dirinya, sudah cukup tenang dan bahagia. Tidak ada lagi hal lain yang ia inginkan selain itu.
"Mommy, Minjun ikut taekwondo boleh ga?" Ini memang sudah lama Minjun inginkan, tapi Beatrice masih saja khawatir.
"Minjun kenapa pengen banget ikut Taekwondo?"
Tanpa mengalihkan pandangannya dari lego yang ia bangun bersama Beatrice, Minjun tampak berpikir.
"Biar Minjun kuat Mommy, bisa mukulin orang jahat yang gangguin Mommy." Jawaban polos Minjun membuat Beatrice terenyuh.
Wanita duapuluhtujuh tahun itu meletakkan dua lego yang ia pegang di atas karpet. Kedua tangannya terulur depan memberi kode pada Minjun untuk masuk dalam dekapannya. Anak itu menurut, dia menyandarkan kepala di dada Beatrice dengan nyaman sambil memeluk Beatrice.
Air mata jatuh membasahi pipi-nya dengabn pelan. Di sela-sela usapan lembutnya pada Minjun, Beatrice mengusap air mata. Hati-nya benar-benar membuncah tiap kali dia memeluk Minjun. Anak-nya yang tampan adalah anugerah terindah yang ia dapatkan selama ia hidup. Minjun harta dan hidup Beatrice, siapapun yang menyentuh Beatrice akan langsung berhadapan dengannya. Beatrice tidak akan berani siapapun mengambil Minjun, terlebih Appa Minjun sendiri.
"Boleh ga Mommy?"
Pertanyaan Minjun membuat Beatrice cepat-cepat menghapus airmata-nya. Dia tidak akan pernah membiarkan Minjun tahu tentang kesedihannya.
"Boleh sayang. Minggu depan Mommy daftarkan ke dojang daerah sini, okay?"
Minjun melepaskan diri dari dekapan Beatrice. Dia berdiri di hadapan Beatrice, memberikan tatapan berbinar yang lucu.
"Beneran Mommy?"
"Beneran sayang, kapan Mommy pernah bohong sama kamu hm?"Pernah, mengenai Appamu, pikir Beatrice.
Bunyi bel pintu apartment mengejutkan mereka berdua. Minjun lebih dulu mengambil alih untuk membukanya. Biasanya, hari minggu begini orangtua Teo bertandang ke rumah mereka. Seringnya, berakhir dengan mengajak mereka jalan-jalan. Beatrice tahu, itu semua akal-akalan Mama Teo dan Teo untuk mendekatkannya dengan Teo. Kalau saja dia mengikuti ego-nya, dia akan menolak ajakan baik mereka. Namun, melihat Minjun selalu senang dengan ajakan mereka, dia menerima ajakan itu dengan baik.
"Kakek, Nenek!" Seru Minjun dengan riang.
Beatrice tertawa kecil sambil bangkit berdiri. Tidak ada suara hangat yang biasa hadir ketika mereka datang begitupula dengan suara ceria Minjun yang tiba-tiba hilang. Beatrice penasaran, dia ikut menyusul menghampiri Minjun.
"Sayang, k—Mark, Jhonny?"
Baru saja dia berucap hari ini adalah hari tenangnya. Kali ini dan detik ini juga, kedatangan Jhonny dan Mark benar-benar merusak segalanya. Bukan salah mereka, tapi salah Beatrice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistakes
Fanfiction"Aku mencintaimu," lirih tapi Beatrice masih bisa mendengarnya dengan baik. Senyum kebangganya merekah, Beatrice berkedip seolah sedang meyakinkan diri-nya sendiri. Dia tidak sedang bermimpi, ini benar-benar nyata dan Beatrice masih tidak mempercaya...