Hallo! Apa kabar? Sehat-sehat ya kalian~
Jangan lupa kasih bintang dan commentnya ya🤍 Selamat membaca~———
Akibat larut malam begadang menyelesaikan editing cerita, pagi ini tubuh dan mata-nya terasa sangat lelah. Memiliki dua pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga benar-benar menguras energinya. Walau begitu, Beatrice menjalaninya dengan senang. Semua lelah rasanya langsung hilang ketika bertemu dan menghabiskan waktu bersama Minjun.
Kalau boleh bilang, sebenarnya Beatrice senang dengan banyaknya kegiatan yang ia punya. Tanpa perlu diet, tubuhnya sudah seideal yang ia inginkan. Padahal, kalau dipikir-pikir nafsu makan Beatrice hanya berkurang sedikit. Dia masih suka makan, mengemil dan terakhir meminum kopi.
"Iya sayang, nanti Mommy usahain ikut makan siang bareng sama kamu." Dengan nada lembut Beatrice menjawab rengekan Minjun.
"Beneran ya Mommy? Soalnya Papa ga bisa temenin Minjun, jadinya Minjun disuruh makan sama Om Leon. Minjun ga mau, Om Leon nakal." Protesnya panjang.
Beatrice tertawa menanggapi-nya.
Antriannya tiba, barista mulai bertanya pesanan Beatrice, tapi Beatrice masih sibuk menjawab Minjun.
"Iya sayang, Mommy nanti istira—" Jawaban Beatrice terhenti tepat barista kembali bertanya.
Baru Beatrice akan menjawab pertanyaan barista, suata Minjun kembali menyela, "Gimana Mommy?"
"Sebentar sayang. Nanti Mommy telfon lagi, okay?"
"Okay Mommy." Setelah itu, sambungan telfon terputus.
Barista di depan Beatrice masih setia tersenyum. Dia kembali menanyakan pesanan Beatrice. Ketika baru akan berucap, seseorang dengan parfum yang dangat Beatrice kenali berdiri di sampingnya. Mata Dan tubuh Beatrice menegang. Kini dada-nya kembali sesak.
"1 Long black coffee with almond milk without sugar and normal ice. 1 Passion fruit with machiatto."
Lidahnya kelu ketika pria itu menolehkan pandangan pada-nya. Beatrice berkedip berharap apa yang ia lihat dan dengar bukanlah kenyataan. Namun, di kedipan ketika, Beatrice masih melihat pria itu dengan jelas. Rahangnya yang tegas, bibirnya yang tipis menyunggingkan senyum dan matanya yang mungil.
Dia, Lee Taeyong.
"Pesananmu masih sama-kan?"
Seperti kedai yang dicocok hidungnya, Beatrice hanya bisa mengangguk. Dia mundur satu langkah berharap mengurangi efek parfum pria itu. Tubuhnya masih bereaksi sama persis ketika mereka pertama kali bertemu, dulu.
Seharusnya, Beatrice menolak kebaikan itu. Seharusnya, Beatrice tidak terpesona pada senyuman itu. Seharusnya, Beatrice tidak lagi bereaksi bodoh seperti ini lagi.
Pantasnya, dia menjauh dari Taeyong. Pantasnya, dia tidak lagi berurusan ataupun membiarkan dirinya berbicara dengan Taeyong. Pantasnya, Beatrice membenci Taeyong setelab apa yang pria itu lakukan.
Kalau begini, perkataan Taeyong dan ayah Beatrice benar adanya. Beatrice adalah wanita murahan, sampah.
"Jangan," Tangan Beatrice menghentikan gerakan Taeyong. "Aku bayar sendiri saja." Kata Beatrice menambahkan.
Taeyong menggeleng dan memberikan blackcard-nya pada barista.
Okay, kali ini saja aku akan mengalah, batin Beatrice.
"Silahkan," Barista lain memberikan pesanan mereka.
Cepat-cepat Beatrice mengambil kopi-nya yang membuat Taeyong sedikit terusik. Beatrice terlihat berusaha menghindari kontak mata dengannya. Ketika tangannya mencoba mengambil pesanan, Beatrice mundur satu langkah dari-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistakes
Fanfiction"Aku mencintaimu," lirih tapi Beatrice masih bisa mendengarnya dengan baik. Senyum kebangganya merekah, Beatrice berkedip seolah sedang meyakinkan diri-nya sendiri. Dia tidak sedang bermimpi, ini benar-benar nyata dan Beatrice masih tidak mempercaya...