Hallo! Jane disini mempersembahkan fanfiction pertama yang benar-benar baru Jane selesaikan hehe. Jadi, cerita ini benar-benar udah selesai aku tulis sampai Epilog. Tapi, aku ga akan publish semua-nya langsung karena aku mau lihat antusias dari kalian gimana.
So, kalau gitu tanpa bertele-tele... Yuk baca yak hehe. JANGAN LUPA, comment dan vote biar aku tahu ke-antusias-an kalian pada ceritaku ini. Karena semakin banyak kalian menujukannya semakin cepat aku akan update hehe✨
Selamat membaca✨
———————
"Mommy tadi Papa nujukin Minjun koleksi minatur pesawat-nya loh."
Lee Min Jun namanya, bocah laki-laki tampan yang 1 bulan lagi berusia 4 tahun. Matanya sedikit sipit dengan iris kecokelatan dan berhias bulu mata yang lentik. Untuk anak seusiannya, Minjun terlihat sangat menojol karena memiliki garis wajah tegas yang membentuk wajah tampan.
Jujur, bagi Minjun memiliki wajah tampan memang sedikit mengesalkan. Salah satu contoh yang mengesalkan adalah para gadis di Daycare selalu berebut main bersama-nya. Dia tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena mereka semua baik pada Minjun. Tetapi, ketika mereka sudah berebut apalagi bertengkar, Minjun tidak suka.
"Makan siang bareng lagi eh?" sindir Karen.
Kebetulan yang sudah biasa terjadi, Karen menawarkan untuk pulang bersama. Well, sahabatnya itu memang sering mengunjungi kekasihnya di jam-jam akhir bekerja dan berakhir pulang bersama Beatrice dan Minjun.
Ya, Minjun. Sepulang dari makan siang, anak itu memang minta Beatrice ikut ke kantor dan tentu saja Teo izinkan. Sudah biasa Minjun merengek seperti itu dan seorang Teo tidak pernah mengatakan tidak untuk Minjun. Padahal menurut Beatrice, Teo justru seharusnya rugi karena Minjun hanya ingin mengacak-acak koleksi minatur dan replika milik Teo.
"Minjun ga ngerusak miniatur-nya kan?"
"Engga kok Mom. Kata Papa buat dapetin miniatur itu susah, kalau rusak Papa sedih."Beatrice dan Karen menahan tawa. Akhirnya, Teo tidak tahan dengan Minjun yang selalu merusak miniatur-nya.
"Pinter anak Mommy." Beatrice memberi kecupan hangat di seluruh wajah Minjun membuat anak itu terkekeh geli.
Karen tersenyum penuh syukur melihat kehangatan antara Beatrice dan Minjun. Perubahan besar dalam diri Beatrice benar-benar besar. Dulu, Beatrice yang ia kenal tidak sehangat saat ini. Dia selalu bersikap dingin pada setiap orang, terlebih laki-laki. Karen mengerti, semua karena masa lalu Beatrice.
Sejujurnya, mengingat bagaimana mereka dekat hingga menjadi sahabat sedikit membuat Karen geli. Pasalnya, waktu pertama kali ia bertemu dan mengenal Beatrice, wanita itu sangatlah dingin dan kaku. Dia selalu menyendiri di kampus dan menghindari percakapan yang akan membutuhkan waktu lama. Selain itu, Karen dan bahkan semua anak kampus tahu kalau Beatrice adalah gadis yang mandiri dan kuat. Perihal statusnya yang yatim piatu dan beasiswa bukan menjadi rahasia. Walau terkenal penyendiri dan dingin, orang-orang di kampus tahu bahwa Beatrice memiliki prestasi cukup banyak dalam bidang prestasi.
Menyanyi, menari dan bermain alat musik. Semua ia kuasai dengan baik. Karen iri dengan bakat Beatrice itu karena Karen sama sekali tidak bisa melakukannya.
"Tante Karen, Om Leon tadi kenapa marah-marah sih di kantor-nya Papa?"
"Marah-marah kenapa sayang?"
Minjun menghendikan bahunya, "Om Leon bilang, 'Pusing, gue ga tau kenapa kalian bisa bicara baik-baik sama Beatrice.' gitu tante."Mendengar jawaban Minjun, Karen melayangkan tatapan menuntut pada Beatrice. Wanita itu menbalas santai seolah dia tidak melakukan kesalahan apapun. Terjadi lagi dan terjadi lagi. Leon dan Beatrice selalu berselisih paham. Sudah Karen bilang, berbicara dengan Beatrice memang harus sabar. Dia sudah mengatakan itu pada Leon, tapi kekasihnya memang sulit untuk mengendalikan emosi-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistakes
Fanfiction"Aku mencintaimu," lirih tapi Beatrice masih bisa mendengarnya dengan baik. Senyum kebangganya merekah, Beatrice berkedip seolah sedang meyakinkan diri-nya sendiri. Dia tidak sedang bermimpi, ini benar-benar nyata dan Beatrice masih tidak mempercaya...