Chapter 12

3.4K 162 1
                                    

Setelah merayakan ulang tahun Marsha. Xavier dan Bianca kembali pulang, wanita itu tak bisa berkata apa apa setelah mendengar kesedihan mamanya yang ingin memiliki cucu. Melirik sekilas kearah suaminya yang sendiri tadi diam tak mengatakan apapun juga. Bertanya Bianca tak berani.

"Aku lelah, aku tidur duluan." Xavier berkata seraya merebahkan tubuhnya. Bianca menatap sendu suaminya karena ia melihat raut kesedihan di mata nya itu. Entahlah Bianca sendiri tak tahu apakah benar suaminya itu mengharapkan ia hamil atau tidak terlebih situasi mereka yang seperti ini.

"Tidurlah, sudah larut malam." sambung Xavier masih memejamkan kedua matanya. Akhirnya Bianca ikut merebahkan tubuhnya dengan setitik air mata yang lolos dari kedua mata indahnya itu.

Besok paginya Bianca merasakan sikap Xavier yang berbeda karena semenjak bangun tidur tadi ia sudah tak menemukan suaminya itu. Bertanya kepada Lauren dan mengatakan bahwa suaminya itu sudah pergi pagi pagi sekali bahkan ia tidak sarapan.

Bianca sedih karena merasa sikap suaminya itu berkaitan dengan ia belum hamil juga meski setahun Xavier tidak menyentuh tetapi setelah itu ia dan Xavier berhubungan beberapa kali.

Mengurangi rasa sedihnya ia segera menelfon Julia untuk mengeluarkan keluh kesahnya itu. Setelah bertelfonan dengan Julia akhirnya ia bersiap siap untuk bertemu dengan sahabat nya itu di restoran tempat mereka selalu bertemu.

"Mama?" ucap Bianca saat membuka pintu rumahnya sudah ada mama mertuanya. Celine tersenyum tipis.

"Mama ingin mampir sebentar." setelah mengatakan itu Bianca mempersilakan mama mertuanya masuk dan mengabari Julia bahwa ia tak jadi datang dan mengubah jam pertemuan mereka berdua.

"Mama mau minum apa?" tanya Bianca duduk di samping mamanya. Celine menggelengkan kepalanya tanda menolak.

"Mama hanya sebentar disini. Mama hanya ingin melihat kondisi kau Nak, apakah baik baik saja?" tanya Celine menyelidik membuat Bianca bingung dengan pertanyaan mamanya itu.

"Bianca baik baik saja ma." balas Bianca membuat Celine menatap menantu nya itu cukup lama. Celine memberikan sesuatu untuk Bianca.

"Untukmu Nak, hemm mama harap kau rutin memakannya." Celine berkata sedikit ragu. Bianca langsung menerima bungkusan dari mamanya itu dan membukanya. Kedua mata Bianca terbelalak melihat isi dari bungkusan itu.

"Itu obat untuk menyuburkan. Hm, mama hanya ingin..." Celine berkata dengan tak enak. Bianca mencoba menguatkan hatinya saat ini.

"Bianca mengerti ma. Terima kasih." balas Bianca mencoba tersenyum meski hatinya merasa teriris karena ia tanda bahwa mereka berpikir ia yang bermasalah.

Celine langsung tersenyum cerah karena melihat tanggapan Bianca yang baik baik saja tanpa tersinggung."Mama harap kau rutin minumnya sayang. Supaya Xavier kecil segera datang. Kalau begitu mama pamit pulang dulu."

Celine langsung berpamitan kepada menantunya itu tanpa tahu bahwa setelah kepergiannya tangisan Bianca pecah karena mereka menyangka bahwa dirinyalah yang bermasalah karena belum memilik keturunan.

***

Xavier berdiri kaku seraya menatap anak kecil yang sedang bermain bersama adiknya itu. Entah kenapa tiba tiba saja hati kecilnya ingin sekali memiliki anak. Ia sendiri bingung kenapa Bianca tak kunjung hamil. Beberapa kali ia mencoba tetap saja tidak ada hasilnya sampai sebuah deheman menyadarkan nya.

"Mereka sangat mengemaskan pak." ucap Elma menatap bocah itu. Bocah bocah itu adalah anak dari karyawan yang sedang berkunjung di jam istirahat. Xavier hanya diam saja tanpa niatan untuk menjawab perkataan Elma.

"Sudah lama bapak menikah tetapi..." perkataan terpotong karena ucapan tajam dari Xavier.

"Tutup mulutmu kalau kau masih ingin bekerja disini."Xavier berkata dingin dengan sorot mata tajam nya karena akhir akhir ini ia begitu sensitif  saat membahas soal anak. Sedangkan Elma langsung terdiam karena tatapan tajam dari atasan nya itu.

*****

Entah kenapa seakan Tuhan sengaja menguji kesabaran Xavier, bagaimana tidak saat ini rekan bisnisnya mengajaknya makan bersama istri dan anak mereka yang mengemaskan itu. Hatinya merasa iri dan terbakar melihat bocah gemas itu yang bermanja-manja kepada rekan kerjanya itu.

Kapan ia bisa merasakan itu?

Kapan Bianca hamil?

Kapan dan kapan?

Saat ini itulah yang ada dibenak Xavier. Apakah dia harus lebih sering bermain? Kalau begitu nanti malam ia akan mencoba lagi.

"Pak Xavier apakah anda mendengar saya?" tanya Moreno kepada Xavier yang sendari tadi terdiam.

Xavier langsung menguasai dirinya dan berkata."Iya, saya baik baik saja." Morena dan Angel tersenyum kepada Xavier.

"Saya harap anda segera memiliki anak karena anak adalah pelengkap rumah tangga dan akan menjadi penerus untuk kita." Angel berkata seraya tersenyum lembut mengelus putranya yang berumur 4 tahun.

"Iya semoga saja." gumamnya dengan sorot mata penuh arti..

****
Bianca terduduk seraya menonton tv sampai tak menyadari kedatangan suaminya yang cukup tergesa gesa."Bianca..." panggil Xavier membuat Bianca terkejut karena kemunculan suaminya yang tiba tiba. Bianca langsung berdiri dan menghampiri suaminya yang sudah pulang bekerja.

"Maafkan aku karena tak menyadari kau sudah pulang." jawab Bianca mengambil tas kerja suaminya. Bianca ingin menaruh tasnya tetapi sebuah cekalan menghentikan langkah kakinya.

Bianca mengernyit heran menatap suaminya yang menahan ia untuk menaruh tasnya itu."Sudah lama kita tidak...." ucapan Xavier terhenti dan menatap Bianca penuh arti.

Awalnya Bianca tak mengerti arah pembicaraan dan tatapan Xavier tetapi ia mencoba mencerna semua nya sampai kedua matanya terbelalak menyadari itu semua. Xavier langsung mencium Bianca dan berbisik ditelinga istrinya itu.

"Sudah lama sekali. Kita harus memberikan mama papa cucu. Segera." ucapan itu berhasil membuat Bianca panik mencoba menghindari suaminya yang masih terus mencium nya.

"Tu-nggu.." Bianca mencoba menahan Xavier saat merasakan ia akan dibopong. Xavier melepaskan ciumannya dengan nafas memburu seakan bertanya kenapa dengan sorot mata tajam nya.

"An-u, aku.. Sebenarnya aku sedang datang bulan." beritahu Bianca menunduk tak berani menatap mata suaminya. Xavier langsung terkejut dan menatap kesal kepada istrinya itu.

"Sial! Kenapa kau tak mengatakan dari awal." kesalnya lalu pergi meninggalkan Bianca yang diam diam menitikkan air matanya.

Maaf...

*****Yuhuuu aku doble up guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****
Yuhuuu aku doble up guys.

Apakah nanti Xavier akan menjadi Devan kedua? Wkwkwk yang baca retak pasti tahu lah siapa Devan 😂

Elma cari celah buat ancurin rumah tangga mereka nih.

Bianca kenapa tuh?

Vote dan komen ya guys

01.09.2020.
17.18 wib

Wanita Kedua (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang