Chapter 24

3.7K 148 6
                                    

Pria paruh baya menatap seseorang yang sedang duduk bersamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria paruh baya menatap seseorang yang sedang duduk bersamanya. Pria itu sangat marah karena mendengar bahwa mereka gagal mendapatkan berkas infomasi dari musuh mereka. Pria paruh baya itu bahkan memaki mereka yang tak becus menjalankan perintah nya.

"Sudah aku katakan, kau harus bersungguh sungguh menjalankan ini semua Samuel!" bentak Ricko kepada Samuel yang hanya terdiam menerima kemarahan dari Ricko ayahnya. Ricko mendengus kasar lalu berdiri mendekati putranya yang hanya diam.

"Kau.. Harus mendapatkan informasi dari Savierro Corp untuk kita jatuhkan. Ingat tujuan kita kembali kesini Samuel." tekan Ricko jengah karena hasilnya yang belum memuaskan nya.

"Pastinya Ayah. Aku akan menjatuhkan mereka sampai mereka menderita dan tak mau hidup." Samuel berkata dengan janji matinya. Dendam sudah mengakar dihatinya sejak ayahnya menceritakan masa lalu yang membuatnya marah dan juga dendam kepada mereka semua.

"Singkirkan apa saja yang menghalangi mu kalau perlu beritahu ayah agar ayah menyingkir nya." sahur Ricko menepuk bahu anaknya lalu pergi meninggalkan apartemen anaknya itu.

Beberapa menit berlalu sebuah ketukan terdengar di telinga nya. Pria itu berjalan mendekati pintu dan membukanya. Seorang wanita tersenyum malu malu menatap Samuel yang terlihat tampan.

"Marsha, aku sudah menunggumu lama. Ayo masuk." ucap Samuel tersenyum dan menarik Marsha masuk. Samuel melingkar kan kedua tangannya di pinggang Marsha dan berbisik membuat Marsha merona.

Marsha mengangguk kan kepalanya membuat Samuel menyeringai dan membawa Marsha menuju ranjangnya. Akhirnya Marsha menyerahkan harta berharganya kepada Samuel pria yang ia cintai dan ia kira mencintainya juga.

*****

Setelah tahu bahwa Leana semakin dekat dengan Xavier membuat Bianca menjadi ketakutan karena ia masih belum tahu apakah suaminya sudah benar benar melupakan Leana atau tidak. Ingin bertanya tetapi Bianca tak berani, yang Bianca bisa lakukan hanya diam dan diam.

Seperti saat ini Bianca tak banyak berbicara kepada Xavier, ia hanya berkata seperlunya saja. Bianca marah, kesel dan kecewa karena suaminya tak memberitahu kan kepalanya bahwa Leana sepupu Elma dan menggantikan Elma yang sedang cuti.

Bianca tak habis pikir kenapa suaminya bisa menyembunyikan ini semua dari nya. Kalau saja Bianca tak datang kekantor Xavier, ia yakin takkan tahu bahwa Leana menjadi sekertaris suaminya.

"Ya Tuhan, hilangkan pikiran buruk ku ini." lirih Bianca sedih karena pikiran nya selalu saja buruk terhadap pertemuan Leana dengan suaminya.

Sampai akhirnya Bianca memutuskan untuk menemui Leana dan ingin berbicara empat mata dengannya saja. Maka dari itu Bianca malam malam saat mereka ingin tertidur, Bianca mengambil ponsel Xavier untuk melihat nomor Leana saat Xavier terlelap dengan pulas.

"Akhirnya..." gumam Bianca pelan lalu menjauh dari suaminya yang sudah mendengkur halus. Bianca semakin lega karena ponsel Xavier tidak menggunakan pengaman yang cukup rumit.

"Leana, Leana dimana nomornya." gumam Bianca pelan meneliti setiap nama sampai akhirnya ia menemukan nama Lea tertera di sana. Entah kenapa hati Bianca berdenyut sakit karena suaminya menuliskan nama Lea nama panggilan yang terdengar akrab sekali.

Bianca menuliskan nomor Leana dengan segera karena ia takut Xavier akan terbangun dan menyadari bahwa ia tidak di samping nya. Setelah selesai menyalin nomor Leana, Bianca menaruh ponsel Xavier dengan di nakas dengan hati hati.

Bianca bernafas lega setelah menaruh ponsel itu nakas, samping suaminya sampai sebuah dering masuk kedalam ponsel Xavier.

Siapa yang malam malam menelfon?

Bianca mengernyit heran karena tak biasanya Xavier menyalakan suara ponselnya. Pria itu selalu mematikan suara ponselnya dimalam hari karena tak mau ada yang menganggu tidurnya.

"Apa aku harus melihatnya?" gumam Bianca bimbang antara mengambil ponsel Xavier kembali dan melihat siapa orang yang menelfon suaminya tengah malam begini.

Dering ponsel terus berbunyi meski dengan suara yang cukup kecil tetapi berhasil menganggu Bianca yang belum terlelap."Mungkin saja penting." sambungnya ingin mengambil ponsel Xavier tetapi tiba tiba saja ponsel suaminya itu langsung terdiam.

"Eh.." Bianca tak jadi mengambil ponsel suaminya lalu menguap karena mengantuk. Bianca memeluk Xavier yang terasa nyaman untuknya dan mengecup pipi suaminya dengan sayang.

Good Night My Husband...

*****

Seorang wanita dengan raut kesalnya karena pria yang ia telfon tak kunjung diangkat. Entah sedang apa kekasihnya saat ini karena tak kunjung diangkat juga. Apa dia sedang bersama istrinya? Bermesraan.

"Arghhh, aku bisa gila kalau begini." pekik Leana yang sudah bosan menelfon Xavier. Memang setiap malam mereka selalu bertelfonan atau sekedar mengirim pesan.

"Apa dia sedang bermesraan dengan Bianca? Tidak, tidak mungkin." Leana berkata dengan ketakutan yang tercetak jelas.

"Tentu saja dia bisa bermesraan dengan Bianca Lea karena Bianca istrinya." cibir Elma yang muncul tiba tiba membuat Leana berdecak kesal. Bukannya membelanya Elma justru membela wanita yang merebut Xavier.

"Ckk, harusnya kau mendukungku! Kau kan sepupu ku." kesal Leana semakin bertambah karena ucapan Elma. Sedangkan Elma hanya tersenyum miring melihat sepupunya yang terlihat frustasi.

"Iya kau sepupuku tetapi kau bodoh sekali." Elma masih mencibir Leana membuat wanita itu melemparkan bantal kearah Elma.

"Hei! Kau yang dari awal membujukku untuk kembali bersama Xavier tetapi sekarang? Kau malah menghinaku." geram Leana tak habis pikir jalan pikiran sepupunya.

"Karena aku sepupumu, maka dari itu aku mengatakan ini semua." Elma duduk di ranjang Leana dengan seringai nya. Leana terdiam sejenak karena belum mengerti.

"Kau, harus semakin menguasai Xavier entah waktu, cinta dan hidupnya Lea. Buat Xavier tak bisa lepas darimu Lea. Kau tahu apa maksudku." Elma berkata dengan senyum miringnya menatap Leana yang mulai mengerti arah pembicaraan Elma.

"Apa harus?" gumam Leana masih didengar Elma yang berdecak kesal.

"Tentu harus Lea. Itu akan membuat Xavier tidak bisa menjauh darimu bahkan tidak akan lepas dari tanganmu." lanjut Elma seketika membuat Leana terdiam memikirkan ini semua.

"Tidak. Ada. Cara lain." tekan Elma di setiap perkataannya."hanya cara itu Lea, cara itu."

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Samuel ada masalh apa ya?

Kalau Bianca lihat siapa telfon tapi sayang ya ga diambil.

Rencana apa lagi nih Elma sama Lea.

Tunggu ya guys.

Vote komen dan follow ya...

11.09.2020.
18.42 wib

Wanita Kedua (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang