"Mana calon istri kamu?" tanya Geraldi pada Ali, keluarga kecil itu sedang menikmati makan malam bersama di sebuah restauran dekat kediaman Geraldi di pusat kota Sydney.
Ali hanya mengangkat kedua bahunya "entahlah Pa"
"ada apa? ada masalah?"
"kemungkinan rencana kami batal"
Geraldi dan Almira saling tatap satu sama lain dan terlihat kebingungan atas ucapan putra mereka.
"Why?" tanya Almira dengan nada kecewanya.
"She doesn't love me" jawab Ali pelan.
Geraldi terdiam "then why you asked her for married?"
Ali hanya mengangkat kedua bahunya, Geraldi dan Almira pun ikut terdiam dan melanjutkan makan malam mereka dalam keheningan.
Seusai makan malam, Ali memilih untuk berjalan sebentar disuatu taman kota dekat rumahnya, sedangkan orang tuanya sudah lebih dulu kembali kerumah. Ia merasa sangat suntuk dan seketika ia lupa sejak siang tadi saat menginjakkan kakinya di Sydney ia sama sekali belum mengaktifkan handphone nya.
Ali duduk di sebuah bangku taman kemudian mengeluarkan benda pipih itu dan menghidupkannya, sesaat belum ada notif apapun terlihat sampai akhirnya 10 menit kemudian handphone Ali dibanjiri oleh panggilan Whatsapp tidak terjawab dan itu semua dari Prilly.
Lelaki itu tersenyum kecil, harusnya mereka berdua sedang sibuk menyiapkan sesuatu sekarang. Entah bertengkar memilih backdrop dekorasi atau warna gaun resepsi, namun apa daya semua itu saat ini hanya ilusi bagi Ali.
Yang ia tau saat ini bahwa Ali sudah kehilangan lagi untuk yg ke dua kalinya.
***
Sudah tiga hari sejak kabar kecelakaan Petter terjadi, akhirnya lelaki itu sudah sadar 30 menit yg lalu namun Prilly masih terdiam di tempatnya, di kursi tunggu diluar ruang rawat Petter. sejak saat Petter koma, Prilly leluasa keluar masuk ruangan itu, namun sejak ia melihat tangan Petter mulai bergerak kecil tadi, ia tau sebentar lagi kakaknya akan sadar dan setelah memanggil dokter bahkan sampai dokter mengabarkan pada Prilly bahwa Petter sudah sadar pun gadis itu tak kunjung masuk kedalam.
Kakinya mendadak berat dan fikirannya kemana-mana bahkan terbesit keinginan untuk meninggalkan rumah sakit ini karena Petter sudah baik baik saja, tapi hatinya tetap menahan Prilly untuk tetap tinggal dan merasa ada sesuatu yg memang harus ia selesaikan. entah berakhir baik atau buruk.
Prilly :
Rel, Petter udah sadar.
Verrel :
Perbaiki apa yg perlu lo perbaiki, kerjaan aman sama gue.
Good luck!Setelah membaca pesan itu, rasa ragu masih menguar di dada Prilly, entah keputusan macam apa yg harus ia ambil. tiba-tiba terdengar suara seperti benda berat ambruk dari dalam kamar dan Prilly sontak berlari gusar kearah ruang rawat Petter dan terkejut saat meliahat Petter sudah terkulai lemas di lantai dekat ranjangnya. lelaki itu seperti ingin turun dari ranjang entah apa yg ia akan lakukan.
"Kakak!" seru Prilly kemudian membopong Petter untuk kembali keatas ranjang dan tertidur.
"kalau masih lemes jangan banyak gerak dulu!" omel Prilly sambil memperbaiki posisi tidur Petter agar lebih nyaman.
"P-prilly" lirih Petter pelan seakan tidak percaya bahwa yg ada dihadapannya ini adalah Prilly, adiknya yg begitu ia rindukan sejak beberapa tahun lalu akhirnya ada dihadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KOMOREBI
Fanfiction"Sunlight that filters through the leaves or trees" Bagaimana cahaya cahaya dari mentari yg bangkit malu malu dari peristirahatannya menyusup diantara celah celah dedaunan dan pohon rindang. Menciptakan gradasi indah karya Tuhan di kesempatan hidup...