14.

2.1K 337 6
                                    

Petter dan Ali kini sedang berada di sebuah caffe yg tak jauh dari tempat mereka meeting. Pertemuan itu sudah selesai dan masih ada waktu 2 jam sebelum meeting Ali selanjutnya jadi ia menyempatkan waktu untuk menepati janjinya bertemu Petter setelah meeting.

Kedua CEO muda itu sudah duduk berhadapan. Setelah memesan minuman masing masing, Petter menghembuskan nafasnya pelan sebelum mulai berucap

"Lo bos nya Prilly? CEO Khadar Comp? Tapi gue baru ketemu lo sekarang?"

Ali mengangguk "gue baru balik dari Perth 3 bulanan yg lalu dan langsung pegang perusahaan bokap yg di Indonesia, jadi ya baru bisa muncul sekarang"

"Terus Vigo?"

"Ah, Vigo pindah bantu bokap di Perth. Kinerja dia di butuhin sama papa, jadi gue tukeran tempat sama dia"

Petter mengangguk paham "gimana kinerja adik gue?"

Ali tersenyum kecil, senyum Prilly terlintas begitu saja dalam bayangannya "she's a hard worker. Gue suka cara dia yg begitu perfeksionis dalam tanggung jawabnya. Gue suka cara dia kerja, gue bahkan nggak perlu lagi meragukan soal kemampuan dia. Anyway, bulan depan dia naik jabatan jadi ketua divisi marketing"

"Seriously? Padahal dulu dia adik gue yg paling manja. Bahkan mau susu cokelat aja dia masih minta di bikinin padahal dia udah hampir SMA waktu itu"

Petter tertawa kecil mengingat bagaimana manjanya Prilly dulu. Bagaimana adiknya yg selalu ia jaga itu selalu membuat hidup Petter berwarna, bahkan ia rela menjadi apapun demi menjaga dan membahagiakan Prilly.

"Lo serius? Dia semanja itu?" Ali merasa tidak percaya kalau Prilly pernah semanja itu.

"Itu baru satu, masih ada lagi yg lain. Kaya ngiketin tali sepatu sekolahnya, nyisirin rambutnya, potongin kuku tangan nya, ngapusin make up nya, ya mungkin karena dia kurang lama di manja sama bunda jadi terpaksa gue yg jadi sasaran nya"

Ali ikut tertawa kecil mendengar penjelasan Petter "kalian cuma tinggal berdua aja?"

Petter mengangguk "berdua aja, sebelum kedua orang tua gue jadi sasaran rekan bisnisnya yg tega melakukan segala cara demi nyingkirin perusahaan ayah yg lagi naik daun di masa nya"

"So sorry to hear that. Tapi kalau lo memang nggak bisa cerita gak masalah"

Petter menggeleng "bukan perkara besar. Waktu Prilly sekolah SMP di Singapura, gue disini sama Bunda dan Ayah"

Sebuah mobil BMW putih memasuki halaman rumah megah milik keluarga Rauwnie. Seorang lelaki remaja berpakaian casual turun dari mobil dan melenggang masuk kedalam rumah namun detik itu juga hatinya mencelos jatuh kedasar jurang melihat keadaan rumanya yg berantakan.

"BUNDA! AYAH!" Panggilnya dengan nada berteriak, berharap ada jawaban namun hasilnya nihil.

Ia berlari menuju dapur dan melihat seorang asisten rumah tangganya sudah tergeletak bersimbah darah di atas lantai.

Kedua kakinya mulai bergetar hebat, namun dengan sekuat tenaga Petter kembali berlari ke ruang demi ruang yg lain yg ada di rumah dan hasilnya sama. Hanya barang barang yg pecah di lantai dan kesunyian yg ia temukan.

Petter belum menyerah, mencari petunjuk yg lain di semua sudut rumah ini namun tidak ada yg bisa membantunya. Dengan sisa tenaga yg ia miliki, Petter berlari ke taman belakang dan tepat ketika melihat ke arah kolam renang, tubuh kedua orang tuanya sudah mengapung dengan posisi tengkurap di atas air. Detik itu juga tak ada yg bisa Petter lakukan. Kedua otot kaki nya melemas, ia bersimpuh dan terkulai begitu saja di atas rumput. Kepalanya mendadak pening dan pandangannya berputar hebat, seperti bumi memang benar benar berputar seperti ban mobilnya dikala sedang melaju kencang.

KOMOREBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang