Sesuatu yang dulu kuanggap mimpi, sekarang hadir. Kamu yang pernah jadi bunga tidur, sekarang menjadi bunga hati.
- Diary Nisa -
- - - - - - - - - - - - - - -
Angin berembus pelan. Sore ini menjadi sore terbaik untuk dua insan yang sedang bersemi itu.
Sejak hari di mana Nisa dilamar di depan kafe Glamory, mereka memutuskan untuk dekat saja. Gadis itu menolak untuk berpacaran, dan menerima kesepakatan dari Addin untuk melakukan prosesi lamaran bulan Januari nanti.
Sebuah alas berukuran 80 x 80 cm itu digelar di atas padang rumput yang memperlihatkan sungai yang tenang di depannya.
"Nis, kufotoin sini!" ucap Addin. Gadis yang tengah menikmati syahdunya angin serta pantulan air dari bebatuan, kini beranjak menghampiri pria itu.
Addin sudah siap membidik kamera yang ia bawa. Mengambil spot terbaik dan mengarahkan Nisa untuk berpose di sana.
"Nah pas di sana," ucap Addin. Nisa mulai berpose ala selebgram yang biasa ia lihat di sosial media.
. . .
Sembari menikmati pemandangan serta camilan yang mereka bawa, Addin mulai membuka obrolan.
"Soal lamaran nanti, Mama sama Papa kamu sudah benar-benar setuju, kan?" tanya Addin.
"Iya, mereka setuju. Pun katanya lebih cepat lebih baik," balas Nisa.
"Nis, kamu serius enggak apa sama omongan luar? Yang gosipin tentang hubungan kita yang enggak pacaran tapi deket?" tanyanya lagi.
"Aku enggak apa, justru sebenarnya aku yang enggak enak sama kamu. Karena ngerasa kayak gantungin kamu, Din." Balasan Nisa membuat pria itu tersenyum. Sembari mengamati beberapa bidikan foto tadi, Addin membalas perkataan Nisa.
"Soal itu, aku ngerasa malu sama kamu, Nis. Aku malah ajak kamu jalin hubungan yang enggak halal. Ya, meski kita masih deket-deketan gini," ucap Addin.
Percakapan mereka terus berjalan. Tak banyak juga membicarakan tentang kisah mereka. Satu hal yang baru Addin tahu, gadis di sampingnya itu rupanya memiliki teman kecil yang sebenarnya masih ia cari selama ini.
Daffa, pria yang pernah menjadi teman kecil Nisa. Orang yang masih Nisa cari untuk sekedar mengucapkan banyak terimakasih karena telah menyelamatkannya dari pembullyan saat kecil.
- - -
"Seru amat, Bu, mainnya. Sampe maghrib pula." Perkataan Zeeya mengejutkan Nisa yang baru saja masuk kamar.
Nisa hanya nyengir tanpa dosa.
"Aku mau balik ke Bogor malam ini," ucap Zeeya.
"Hah?! Kok gitu? Ini malem lho, Zee," protes Nisa.
"Iya, tante udah perjalanan ke sini buat jemput," balas Zeeya.
"Enggak bisa tahun baruan bareng dong."
"Iya, bestie. Kamu diem-diem ya di sini. Jangan nakal, lusa aku balik," ingat Zeeya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta Pria Populer
Roman d'amourRevisi alur #1 in Sunrise (140421) Sebuah perasaan selalu mencari rumah untuk pulang. Memeluk kehangatan serta kenyamanan pada seseorang. Begitupun dengan Nisa, mahasiswi strata 2 yang tengah mencari arah pulang dari perasaannya yang menggebu pada...