🌼 Lambe Kampus

372 42 0
                                    

Tak ada yang tau, bagaimana perasaan yang sebenarnya dari seseorang. Mulut bisa saja berkata tidak, namun hati belum tentu berkata hal yang sama.

- Diary Nisa -

Nisa pov

Aku berjalan menyusuri lorong kampus. Pagi ini aku kembali untuk beraktivitas menyelesaikan tugas akhirku. Sesekali aku memandangi cincin emas yang tersemat di jariku.

Aku merogoh saku, lalu membuat panggilan untuk gadis cerewet bernama Zeeya.

Semalam aku tak langsung pulang ke kos. Mama dan Papa mengajakku untuk menginap di hotel yang masih lumayan jauh dari kos. Setelah pagi mengantarku ke kampus, mereka melaju menuju Surabaya. Mereka akan menyambangi Ahza di pondok. Harusnya aku ikut saja, namun masih ada urusan yang harus kuselesaikan cepat.

Beberapa panggilan untuk Zeeya tak diangkat satu pun. Aku sampai bingung, tak biasanya dia seperti ini.

Baru saja aku melangkahkan kaki menuju gedung rektorat, seseorang memanggilku dengan napas tersengal-sengal.

"Nis, Lo lagi dalam masalah!" seru Reta, salah satu teman kampus yang satu kelompok penelitian denganku.

"Apa lagi?!"

"Gosip tentang Lo kesebar lagi di lambe kampus!"

"Aku buat salah apa lagi, sih? Seneng banget kalau harus ngomongin aku!"

"Rumornya, Pak Davi patah hati saat tau Lo dilamar Kak Addin, dan Zeeya menghilang sejak malam tadi." Ya Allah, kenapa lagi ini? Gadis itu.. Gadis itu pasti salah paham lagi.

Sejenak aku menghela napas panjang. Sebelum akhirnya berterimakasih pada Reta atas infonya. Aku sedikit mempercepat langkahku.

Niat hati akan menemui Pak Warek (Wakil Rektor) untuk mengurus sesuatu jadi tertunda. Aku mendatangi Pak Davi untuk menanyakan kebenaran berita itu terlebih dahulu. Aku yakin, berita ini sudah menyebar ke penjuru kampus. Apalagi berita ini langsung dari akun lambe kampus. Akun gosip paling terpercaya di kampus ini.

Setelah mengetuk pintu translucent itu, aku masuk dan langsung menghadap pria yang pernah menawariku pekerjaan menjadi asdosnya.

Kulihat pria itu sedikit terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba. Namun raut muka segera ia netral kan kembali.

"Pak, apa benar-" Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, dia sudah memotong terlebih dahulu.

"Kamu mau bimbingan, Nis? Silakan, sudah lama juga kamu tidak bimbingan." Aku menggeleng.

"Pak, apa benar berita tentang-"

"Bagaimana jika kamu duduk dulu? Saya yakin, kamu sedang kehabisan stok oksigen," potongnya.

"M-maksudnya?" tanyaku.

"Napasmu tersengal-sengal," balasnya. Aku segera mengambil napas panjang untuk menetralkan degup jantungku. Kali ini aku benar-benar panik. Aku takut, jika berita itu sampai di telinga Addin akan terjadi perang kampus.

Aku menarik kursi dan duduk di hadapannya. Saat ini aku benar-benar tidak punya malu untuk melabrak pria itu. Maksudnya untuk apa dia harus patah hati?!

Terjebak Cinta Pria PopulerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang