🌼 Kotak Kenangan

321 41 0
                                    

Cukup tau bagaimana kabarmu, dan maaf untuk janji yang pernah lalu yang mungkin tak akan pernah ku tepati
- Nisa

- - - - - - - - - - - - - - - -

Tubuhku masih menegang, kepalaku penuh dengan pikiran-pikiran tentang siapa sebenarnya sosok Davi.

"Pak, putar balik! Tujuan kita ganti ke Jakarta!" titahku tiba-tiba. Zeeya dan Pak Indro selalu supir begitu terkejut. Keputusanku yang tiba-tiba ini memang belum kuutarakan sebelumnya. Namanya juga tiba-tiba.

"Lo, mau pulang?" tanya Zeeya.

Aku mengangguk. Jujur, entah mengapa aku segara ingin sampai rumah. Mengambil sesuatu yang sudah lama ku simpan, setelah lebih dari sepuluh tahun tidak kubuka.

"Aku mau pastiin kalau Pak Davi bukan orang yang kumaksud," balasku.

"Maksudnya?"

"Aku punya temen semasa kecil, Zee. Kita berpisah belasan tahun yang lalu. Aku mau pastiin kalau dia bukan orang yang sama," terangku.

"Memangnya kenapa kalau dia orang yang sama? Harusnya Lo seneng dong?" balas Zeeya. Aku menggeleng cepat.

"Ini akan jadi bahaya. Argh, pokoknya kamu harus ikut aku pulang dulu." Dia mengangguk ragu, wajahnya terlihat bingung.

Tanpa membawa perlengkapan seperti baju ganti, dll. Hanya beberapa file yang kami bawa untuk bimbingan tadi, kami melesat menuju Jakarta. Tepatnya rumah yang menyimpan banyak kenanganku sejak kecil.

Berjam-jam aku dan Zeeya berada di mobil ini. Pak Indro memang sopir pribadiku selama di Jogja. Beliau adalah orang kepercayaanku sejak kecil, dan beberapa tahun lalu dia berhenti bekerja dengan Papa.

Namun diam-diam aku mencarinya lagi setelah aku kembali dari rumah Zeeya satu minggu lalu, dan aku berhasil menemukannya. Selama ini rupanya dia tinggal di Klaten, kota yang dekat dengan Jogja. Aku membujuknya lagi untuk menjadi sopir pribadiku di kota ini.

Begitulah cerita singkatnya. Meski awalnya tak mau, namun dengan bujukan yang tak pernah berhenti selama tiga hari, akhirnya dia menerima tawaran ku.

Kembali lagi pada keresahanku saat ini. Seperti yang kubilang, sejak keberangkatan tadi pikiranku penuh dengan pertanyaan, "Di mana kotak itu berada?"

Ya, kotak yang tak pernah kubuka selama lebih dari sebelas tahun. Entah isinya masih utuh atau bahkan sudah dimakan rayap. Aku harus mencari kebenaran dari rumor itu. Berharap semua ini hanya berita bohongan yang sengaja dibuat untuk menghancurkan hubunganku dengan Addin.

Sejak hubunganku dengan Addin tersebar, hampir sepuluh berita di lambe kampus hanya berisi tentangku. Entah itu rumor buruk, atau berita baik yang mendukung hubunganku.

Aku bahkan tidak bisa menerkanya.

Ting

Sebuah notifikasi muncul di ponselku. Sebuah bubble chat yang mengambang di layar utama menampakkan foto Addin.

Aku membukanya.

[Sekarang kamu di mana, Tiara?]

Argh! Pasti pria itu tengah marah besar padaku. Dia tak akan memanggilku dengan sebutan itu jika tak marah.

Tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung membuat panggilan untuk pria itu. Aku harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Assalamu'alaikum, Addin." Dia membalas salamku. Nadanya terdengar begitu dingin.

Terjebak Cinta Pria PopulerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang