Maafku mungkin sudah terlambat, waktu mungkin sudah tidak tepat, namun aku yakin hubungan kita akan terus sampai akhir hayat - Nisa
- - - - - - - - - - - - - - -
Suasana kembali hening, kedua insan itu sama-sama diam setelah Nisa melontarkan kata yang cukup membuat Davi mati kutu.
"Pak Davi ini Kak Razan, kan?" tanya Nisa setelah cukup lama terdiam menunggu Davi angkat bicara.
"Aku mohon untuk Bapak bisa jujur, kalau sebenarnya memang iya," ucap Nisa. Nadanya terdengar lelah memaksa Davi untuk jujur.
"Kak Razan siapa sih, Nisa? Kamu tau nama saya Davi, bukan Razan yang kamu sebut-sebut itu." Davi bersikukuh dengan pendiriannya.
"Lalu, ini nama siapa yang tertulis di surat yang pernah Kak Razan kasih ke Nisa sebelum menghilang entah ke mana?!" sudut Nisa. Kini Davi sudah kehilangan akal. Surat yang disodorkan Nisa tertulis jelas nama lengkapnya.
Davi memejam sebentar, lalu membuka matanya perlahan. Menatap dan menerobos pandangan Nisa yang sudah sendu.
"Jadi, sekarang kamu sudah tau semuanya?" tanya Davi perlahan.
Entah mengapa tiba-tiba air mata Nisa mengalir begitu saja.
"Enggak usah nangis," ucap David seketika melihat air itu terus mengalir.
"Enggak ada yang perlu ditangisi saat ini," lanjutnya.
"Bener, kan, Bapak ini Kak Razan?" tanya Nisa sekian kalinya. Nada sesenggukan masih terdengar.
David menghela napas kasar.
"Iya saya Razan." Satu kali ucapan itu membuat Nisa semakin Menangis tersedu, hingga pengunjung beralih fokus padanya.
"Nisa, Nisa. Sudah jangan menangis lagi, kamu hanya akan mengundang fokus mereka," ucap Davi seketika sembari melirik para pengunjung yang menatapnya dengan tatapan intimidasi.
"Kenapa Bapak tidak jujur saja dari dulu?!" tanya Nisa meninggikan nada bicaranya.
"Awalnya begitu, namun kebahagiaan kamu dengan dia sudah menjadi jawaban saya untuk tidak memberi tahu yang sebenarnya. Itu sudah cukup membuat saya bahagia untukmu, Nis," balas Davi.
Nisa memejam, air mata semakin keluar tanpa henti pipinya mulai memerah. Benar-benar seperti Nisa yang sedang hancur-hancurnya.
Nisa merasa kecewa karena terlambat mengetahui hal yang paling ia sayangkan.
Dua tahun lalu, sebelum dirinya masuk S2. Gadis itu masih berharap bisa bertemu dengan pria yang pernah ia cari selama tiga tahu berturut-turut. Pria yang berjanji akan kembali, namun ujungnya meninggalkannya hampir 13 tahun lamanya.
"Kak, emm maaf. Pak-"
"Panggil 'Kak' saja, saya lebih senang," potong Davi. Nisa berusaha menenangkan diri sendiri.
"Kakak tau. Tiga tahun aku cari kakak. Tapi enggak pernah ada setitik kemudahan buat aku nemuin kakak. Sampai pada titik aku nyerah, dan ketemu sama Addin di tahun yang sama," jelas Nisa. Davi memahami perasaan Nisa. Ia juga salah sudah terlambat memberi tahu yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta Pria Populer
RomansaRevisi alur #1 in Sunrise (140421) Sebuah perasaan selalu mencari rumah untuk pulang. Memeluk kehangatan serta kenyamanan pada seseorang. Begitupun dengan Nisa, mahasiswi strata 2 yang tengah mencari arah pulang dari perasaannya yang menggebu pada...