Sekarang udah di tahap terakhir, as expected Nara passed the interview with user , karena posisi ini untuk senior Manager, masih ada satu tahap terakhir yaitu interview dengan managing director REBC Indonesia.
Setelah per-dramaan Nara, kali ini gue dihadapain dengan dramanya Bagas. Beberapa kali ketemu sama Bagas di rumah Dimas buat balikin piring si Bagas kayak menghindar gitu loh. Mana tuh yang katanya "we are not teen anymore" "don't push me away" ish kebanyakan nonton teen drama di netlflix sih gue rasa.
Dimas sendiri udah balik ke Singapore, sebelum balik aneh juga dia. Kita tuh ga pernah touchy clingy gitu tapi kali ini dia meluk duluan pas ditanya kenapa malah bilang "lets just stay for this for a while."
Kalo itu bukan Dimas pasti gue tendang sih tiba-tiba asal meluk.
"Sheil? Udah arrange interview sama bossnya REBC?" Tanya Dhani
"Udah"
"Berarti, sekarang lo udah lanjut ke posisi selanjutnya kan?"
Gawat. Gue lupa kalo di REBC gue pegang ekslusif posisi lainnya bareng Dhani dan Friska.
"Udahlah, ini lagi cari-cari kandidat nih buat posisi financial controller-nya." Jawab gue sambil ngeles.
"Itukan gue yang pegang." Jawab Dhani sinis.
Shoot, salah nyeplos.
"Eh salah, maksudnya tuh gue lagi cari-cari kandidat buat posisi Senior Account Manager Asset Management bidang office and retail." Jawab gue sambil baca ulang catatan pembagian tugas.
Dhani ga bales hanya menaikan alisnya seakan berkata "Oh ya?"
Gue hanya cengengesan.
"Sheil, kerjaan ini individual dan teamwork disaat bersamaan, gue harap lo ingat itu. Satu lagi, lo disini ekslusif dari US office untuk handle REBC, your kind of the account manager for this client. Semua mata tuh ngeliatin kita, berusaha buat mangsa kita disaat-saat kita lengah. Well, maybe you don't feel it because you are from state office that got assigned in here, so you don't know the politics for Indonesian office but my career and Friska's in on the stake."
"Sorry." Jawab gue. Dhani sendiri lebih tua 4 tahun dari gue dan dari portofolio-nya dia emang udah lama 2 tahun kerja disini. Wajar aja kalau project ini menentukan career path untuk Dhani menjadi manager. Friska sendiri juga pasti udah di tahap untuk promosi ke associate manager.
Kayaknya, gue sendiri yang terlalu berleha-leha dan santai. I forgot that I'm here to work not for reunion. Setelah tersadar gue pun mensibukan diri untuk focus ke posisi selanjutnya.
***
"Jadi, gimana bu?" tanya gue ke HR REBC untuk follow up hasil interview dari Nara.
"oke, bisa lanjut ke tahap offering. Kita coba dengan plan A, kalau kandidat oke, kita langsung process on board."
Hectic banget hari ini, setelah I got my sense back, follow up dan screening candidate yang dibantu Friska juga untuk department Asset Management, gue sampai lupa waktu kalau sekarang udah jam setengah 7, baru sadar saat AC Utama dimatikan dari gedung. Gue liat sekeliling dan hanya tinggal beberapa, Dhani udah pulang dari tadi. Friska baru aja pulang.
Tiba-tiba aja handphone gue berbunyi, membuyarkan lamunan gue. Oh mama-nya Dimas nelfon, tumben banget.
"Hallo Tan, kenapa?"
"Kamu udah dijalan? Hari ini pulang rumah atau apartment?"
"hari ini kayaknya balik apartment aja deh Tan, masih di kantor juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceEccedentesiast is derived from Latin ecce, 'I present to you,' dentes, 'teeth,' and -iast, 'performer.' An eccedentesiast is therefore someone who "performs by showing teeth," or smiling. *** Are you sure that men and women can only be friend withou...