Flashback: Pernikahan

53 3 14
                                    

Present

"Selamat ya Sheila, semoga samawa. Sorry gabisa liat akadnya tadi" Kata Dhani yang menghadiri resepsi pernikahan dengan pasangan dan anaknya yang masih berumur 2 tahun.

"Gapapa, Thank you udah datang jauh-jauh." Jawab gue kembali sambil cipika-cipiki dengan Dhani dan pasangannya.

"Lah, laki lo mana? kok lo sendirian?"

"Tuh disana lagi sama bujang-bujangnya." Jawab gue sambil menunjuk ke arah suami yang sedang mengobrol dengan beberapa teman dan sepupunya.

"yang mana? gue liatnya Nara, mas-mas yang suka jemput lo sama cowok yang suka banget lo posting di IG." jawabnya dengan muka jail.

Gue balas dengan muka judes gue.

Ya, yang dimaksud dengan mas-mas itu adalah Bagas dan cowok yang suka ada di IG itu Dimas.

"Mas Dhani, jangan gitu." kata istrinya galak sambil menyikut Dhani.

Kami pun tertawa bersama-sama.

Masih antara percaya dan ga percaya kalau sekarang sudah sah menjadi seorang istri. Gue pikir gue bakalan tetap sendiri dan fokus ke karir. Tapi yah kalau sudah waktunya dan jodoh memang tidak bisa menentang takdir ya.

***

"Jadi maksudnya sabtu lo ngajak gue jadi your plus one?" tanya gue ditelfon. Kalo orangnya ada di sini dan liat ekspresi gue pasti kepala gue udah ditoyor karena muka gue pasti ngeselin banget.

"iyah." Jawab seseorang dengan nada lesu.

"Maya kemana emang, Mas?"

"Ya gitulah. Eh atau lo aja kali ya yang bujuk Maya?" jawabnya lagi dengan nada yang lebih bersemangat.

Omg, bayangan masa lalu seakan-akan kembali muncul. Gue gak mau bantuin apapun itu tapi kenapa gue penasaran ya?

"kenapa emang kalian?"

"Maya minta kita nunda lamarannya, karena dia mau lanjut lagi S2 di US."

Owalah, jadi si Dimas lagi ngambek gengs.

"Terus?" tanya gue.

"Gue ga masalah sih dia lanjut lagi sekolah disana atau bahkan kerja di sana pun gue gak apa-apa, asalkan gue dimasukan kedalam plannya itu."

Gue ngerti sih, disini Dimas bukannya ga suka dengan achievement Maya ataupun minder. Gak. Dimas bukan laki-laki yang 'wanita gausah sekolah tinggi-tinggi atau karir tinggi-tinggi." Dimas suportif banget tapi sepertinya menurut dia, si Maya ini planning her life without Dimas in her plan.

Kok bisa? Padahal mereka udah sampai mau lamaran? Ya bisa lah. Namanya juga manusia.

"Coba deh nanti gue tanya ke Maya. Tapi kan lo tetap bisa ngajak Maya ke kondangan, kalian ga berantem kan?" tanya gue balik

Tidak ada jawaban dari Dimas. Gue hanya dapat menghela nafas.

"Nikahannya siapa sih emang? Gue kenal gak?"

"Si Bang Nara, La dia kan..." belum selesai Dimas menyelesaikan kata-katanya sambungannya terputus karena koneksi yang buruk.

Damn. Si Dimas suka ga pake otak ngajak-ngajak orang. Kemarin udah buatin buket Bunga untuk tunangannya sekarang harus banget dateng ke nikahannya? Padahal orangnya sendiri gak ngajak gue padahal kita berhubungan, tadi siang aja sempat ngopi bareng ngomongin offering. Gila gaksih? Kan artinya gue ga diundang.

Ish Dimas gabisa dihubungin lagi. Duh internet rumah bapuk banget apa ya? 

***

Ga kerasa Jumat pun tiba dan hari ini udah janjian untuk ketemu sama Nara ngobrolin offering yang masih dia tolak dengan berbagai alasan. Gue pun harus bolak-balik ke klien untuk lebih tanya detail benefitnya yang akan didapat.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang