Note : entah kenapa Thick and Thin dari Mas-Mas Lany ini cocok sih dengan hubungan Nara - Sheila. Sheila tought that their relationship would be thru thick and thin aka together fight the hurdle. But, Nara left her. Will they thread the needle together, in the end?
Setelah arrange interview candidate dengan klien, gue hanya dapat cemas dan menunggu hasil review dari klien.
Gue kembali melihat jam di handphone sudah 40 menit berlalu dari jam interview. Seharusnya sudah selesai, saat gue mencoba untuk menelfon klien, Nara langsung menghubungi gue via WA.
I did bad, idk if I fit the criteria, they want senior manager. I'm still in managerial level, lets grab lunch together.
Elah, baru kali ini gue nemu kandidat demen banget ngajak makan siang, tapi karena penasaran dan ini project besar juga untuk gue yah gue ayoin aja.
Gue juga udah hubungin klien tapi barusan dibales kalo ybs lagi meeting dan nanti akan kabarin lagi.
"Jadi gimana Nar tadi pas interview?" Tanya gue saat bertemu Nara yang baru aja sampai di Le Burger, Alila tempat janjian kita ketemu.
"Yah, mereka expect gue untuk di posisi senior manager. Gue gatau sih apakah gue cocok dengan kriteria senior manager di mereka."
"Hm, gue sih udah liat portofolio lo dan kriteria dari klien, menurut gue pribadi lo bisa sih masuk ke list. Karena pengalaman lo juga udah luas ga cuman di Indonesia property tapi Southeast Asia juga karena lo kerja di Spore. Btw lo mau pesan apa? Gue belom pesen makanan nih."
"Gue truffle burger double sama french fries aja. Lo mau apa?
"Gue juga truffle burger single sama salad with balsamic dressing aja." Jawab gue ke Nara. Nara hanya tersenyum tipis, tapi senyum kayak mencemooh atau mengejek gitu loh.
"Kenapa?" Tanya gue
"Ngerasa berdosa ya makan burger terus biar ga merasa bersalah pesen salad juga buat side dishnya"
Eh alamak, tau aja ini orang. Pikir gue dalem hati.
"Enggak sih, kalo makannya happy its zero calories, you know." Jawab gue membela diri.
"Hahaha, mana ada sih neng."
"Ada." Jawab gue singkat dan Nara hanya tertawa yang makin membuat gue bete, karena he can see me through
Setelah memesan pesanan, gue dan nara pun mengobrol ngalor ngidul.
Kalo diinget lagi sih gue jadi tahu kenapa dulu suka sama Nara. Karena Nara sesantai dan se simpel itu orangnya. Kalau sama Nara di Jakarta gue merasa kalau waktu gue dan dia ga bergerak. Seakan-akan kita balik lagi ke jaman sekolah. Bedanya sekarang udah lebih tua dan ada duitnya aja. Kalo dulu masih SMA sih minta uang emak bapak kalo mau ngedate.
Pernah gaksih kalian ngobrol sama seseorang dan merasa nyambung banget? Ngerasa seneng aja dengan obrolannya yang ngalor ngidul kemana-mana tapi tetap aja seru. Itulah yang gue rasakan ke Nara sekarang dan dulu.
Makanan pun datang dan memotong pembicaraan kita.
"Makasih" ucap gue ke pelayan dan Nara pun melakukan hal yang sama.
Saat gue akan menyantap makanannya tiba-tiba aja Nara ngomong "Kenapa dulu pake putus sih kita?"
"Hah?"
"Kalau kita ga putus dulu, sekarang masih pacaran gak ya?" Tanya Nara sambil melihat ke burgernya yang dibagi dua untuk memudahkan dia memakannya.
Gue gabisa jawab. Karena saat awal-awal putus pun dan saat gue masih college di US gue memikirkan hal yang sama. Di saat gue lagi kangen Indonesia, saat gue mengerjakan tugas bahkan saat gue liat orang pacaran pun kadang mikir ke Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceEccedentesiast is derived from Latin ecce, 'I present to you,' dentes, 'teeth,' and -iast, 'performer.' An eccedentesiast is therefore someone who "performs by showing teeth," or smiling. *** Are you sure that men and women can only be friend withou...