[siapa yang kangen book ini? :p]
"Kumohon beri aku kesempatan lagi. Aku benar-benar mencintaimu."
Mengerang pelan, Jennie lantas menenggak bir kaleng di tangannya berkali-kali. Membuat dirinya mabuk adalah opsi yang tepat saat ini. Ada yang bilang jika mabuk adalah jalan satu-satunya untuk membuat dirimu melupakan segala beban yang kau punya walau itu hanya sesaat.
Kondisi hati dan pikirannya benar-benar buruk. Suara-suara di masa lalu juga kini terus menerus bersahut-sahutan. Membuatnya pening tak berkesudahan.
Mengapa bayang masa lalunya itu selalu mengusiknya?
Dia sungguh tidak mengerti itu.
Melihat Jimin terus memohon dan mengatakan omong kosong itu membuatnya marah sekaligus muak. Pria itu memposisikan dirinya seolah ia yang mengakhiri hubungan itu dulu. Seolah ia yang bersikap kejam dan mencampakkannya. Bukan sebaliknya.
Lalu apa ia bisa mempercayai semua ungkapan cinta dari pria itu?
Mustahil.
Mendecih lirih, Jennie lalu kembali membuka kaleng bir baru dan langsung menenggaknya begitu saja. Kontan matanya menyipit saat merasakan alkohol itu mengalir dengan panas melewati tenggorokannya. Bersamaan dengan itu terdengar suara deru mobil yang memasuki halaman kediaman orang tuanya. Jennie yang memang tengah duduk di bangku taman menoleh ke arah sumber suara itu sembari memicingkan kembali matanya kala sorot lampu sen mobil itu mengenai tempatnya berada.
Tak lama kemudian lampu mobil itu mati seiringan seseorang nampak turun dari sana.
Dan Jennie yang mungkin sudah betulan mabuk tak bisa melihat dengan jelas siapa seseorang itu yang kini terlihat menghampirinya perlahan. Semuanya tampak berbayang.
"Ahgassi?"
Seseorang itu ialah Jeon Jungkook.
Jungkook tercengang. "Apa yang Nona lakukan di luar malam-malam begini?"
Ah, Jennie ingat suara ini.
Ini adalah suara pengawal Ayahnya yang menyebalkan.
Jennie lantas cengengesan seraya mengangkat kaleng bir ditangannya. "Kau mau bergabung?"
Jungkook lantas sedikit merendahkan dirinya. Untuk meneliti wajah wanita itu yang kini terlihat memerah karena mabuk berat. Ah, dia sungguh mabuk. Menghela napas sejenak, Jungkook segera merebut kaleng bir itu dari tangan Jennie yang tampak merengut protes.
"Hei, berikan itu padaku!" Jennie menggapai-gapai angin dengan tubuh oleng.
"Tidak." Lantas dengan satu tarikkan, Jungkook mencekal lengan Jennie lalu membawanya mendekat. "Nona, disini dingin. Ayo masuk." bisiknya.
Jennie mengerjap.
Tak mendengar balasan dari Jennie, dengan cepat Jungkook meraih tubuh mungil wanita itu lalu mengangkatnya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Alhasil tindakannya itu membuat Jennie memberontak di sepanjang jalan. Meracau dan menangis secara bersamaan. Jungkook meringis. Untung saja, ini sudah sangat malam. Dan kebetulan Nyonya Park dan Pimpinan Kim tengah pergi ke Seoul untuk urusan bisnis dan baru pulang keesokan harinya.
Namun disela-sela racauan itu, Jungkook sesaat tertegun mendengar wanita itu berbicara lirih.
Dengan perlahan Jungkook membaringkan tubuh dingin Jennie di atas ranjang lalu menutupinya dengan selimut. Wanita itu tampak memejamkan matanya meski bibirnya terus berucap;
KAMU SEDANG MEMBACA
The World Of The Married (TAERENENNIE)
Fanfiction[M] 18+ "Ayo kita bercerai!" "Apa salahnya jika aku jatuh cinta kembali?!" "Aku tidak pernah berharap banyak padamu. Pergilah pada istrimu, kembali. Lupakan aku." #3 on Taennie (22-06-2020) #6 on Taennie (28-12-2020) #22 on Taennie (21...