“Willy.”
“Lei.”
•••
16.07PM
“Halo? Pacar?”
“Assalamu'alaikum, ya ahli kubur.”
“Wa'alaikumussalam.”
“Biasain salam, dong. Masa dari dulu lupa terus, sih? Ponakan gue aja kalo ketemu gak pernah absen salam.”
“Ya udah, gue usahain. Tapi, ponakan gue juga kalo ketemu gak pernah absen nyium gue.”
“Terus lo mau gue cium?”
“Gak, gue cuma mau kasih tau kalo tiap keponakan itu kebiasannya beda-beda.”
“Hahaha!”
“Pacar, gue harus apa biar lo gak akan suka sama Dinda? Gue takut nanti Dinda bikin iman lo runtuh.”
“Ngomong apa, sih? Ambigu, loh.”
“Kalo lo suka sama Dinda, gue suka sama siapa?”
“Sama gue."
“Kan lo suka sama Dinda, misalnya.”
“Gak ada misal-misal.”
“Bayangin aja. Lo gak bisa bayangin?”
“Gak."
“Serius, Pacaar!”
“Gue bilang sekali lagi sama lo, Gue gak akan pernah suka sama siapa pun selain lo. Gue harap, itu bisa bikin lo yakin.”
“Janji 'kan? Lo gak akan cinta sama siapa pun selain gue?”
“Selain keluarga gue juga.”
“Iya.”
“Selain Allah juga."
“Iya."
“Gue janji.”
“Lo udah janji, gue jadi lega. Soalnya gue tahu, lo gak akan main-main sama janji.”
“Tanpa gue janji, lo juga harusnya udah lega.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Talkzone
Teen Fiction"Lo terlalu sempurna, Pacar." "Gak ada manusia yang sempurna." "Pacar, tiba-tiba gue takut kehilangan lo." "Kenapa?" "Lo terlalu 'wah' buat gue yang terlanjur 'yah'." "Apaan, sih? Diajari siapa gombal gitu? Jelek tau." "Pacar, jujur sama gue. Pasti...