Seventeenth

2 1 0
                                    

“Willy.”

“Lei.”

•••

20.19PM

“Pacaaar!”

“Assalamu'alaikum.

“Wa'alaikumussalam, lupa.”

“Lupa salam apa lupa mau bilang apa?”

“Salaaam.”

“Kebiasaan, deh.”

“Pacar, hari ini gue seneng banget. Makasih banyak, ya? Ibu tanya, kapan lo main ke sini?”

Bilang, Willy gak dibolehin ke rumah sama Lei.”

“Eh? Kapan gak dibolehin?”

Inget-inget, tiap gue bilang kalo gue mau ke rumah—lo bilang gak usah.”

“Ya, soalnya lo bilang pas gue lagi marah.”

“Makanya jangan ngambek-ngambek.

“Siapa yang ngambek? Mau gue pukul?”

“Yang salah siapa?”

“Gu—eh, maksud gue ya lo lah! Masa gue.”

“Iya, deh.”

“Pacar.”

“Hm?”

“Tiba-tiba gue mikir—”

“Gak usah dipikir.”

“Gue belum ngomong, Pacar.”

“Yang lo pikirin pasti aneh-aneh.”

“Gaaaaak.”

“iyaaaaa.”

“Ih, jangan ikut-ikutan gitu nadanya!”

“Iya, iya. Lo tadi mau ngomong apa?”

“Tiba-tiba gue mikir, ternyata lo gak pernah manggil sayang, bebeb, cinta, pacar, terus—”

Emang harus?”

“Gak tau. Tapi, gue pengin aja dengernya.”

“Dengernya geli, Lei.”

“Jadi, kalo gue panggil pacar itu selama ini lo geli?”

“Gak. Tapi, kalo gue yang ngomong geli.”

“Bilang coba.”

Bilang apa?”

“Bilang sayang.

“... Gue bener-bener kaku.”

“Berasa pacaran sama tembok, ih.”

“Serius, gue geli dengernya.”

“Sayang.”

Lei, lo mending panggil pacar aja daripada gitu.”

“Geli?”

“Iya, geli. Merinding.”

“Sayaaaang!”

“Gue matiin loh, ya.”

“Sayang, bilang dulu. Saaaa-yaaang.”

“Cenayang.”

“Bukan Cenayang!”

Cenayang aja.

Cen-nya diilangin coba.”

Ayan-mm.”

“Kok ayam, ih?!”

Jangan suruh gue yang aneh-aneh, ya?”

“Manggil sayang aja aneh?”

“Gue geli, Astagfirullah.”

“Panggil aja, ih!”

“Gak mau.”

“Gue pukul, nih.”

“Pukul aja.

“Udah, lah. Kesel.”

•••

Sambungan Telepon Terputus ...

TalkzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang