“Willy.”
“Lei.”
•••
12.37PM
“Pacaaar, lo di mana? Biasanya jam satu kurang dua lima lo chat gue.”
“Wa'alaikumussalam, di kampus.”
“Oh, iya. Assalamualaikum, Pacaar!”
“Gue baru sadar, ternyata gue ini cowok idaman banget 'kan? Cowok mana yang tetep sabar punya cewek posesif kayak lo. Bener-bener idaman.”
“Orang ganteng gak ngaku ganteng, pacarku sayang.”
“Idaman, bukan ganteng.”
“Sama aja 'kan? Idaman 'kan yang ganteng.”
“Oh, gitu.”
“Pacar kesel? Nadanya kok judes gitu?”
“Iya, kesel.”
“Hah? Kesel kenapa, Pacar?”
“Kriteria idaman menurut lo sesederhana itu?”
“....”
“Lei? Halo?”
“Kiri-kiri, gue turun ke kiri brengsek. Kelewatan itu, bang!”
“Lei, lo di mana? Ribut banget?”
“Hh ... A-apa tadi? Lo ngomong apa?”
“Lo di mana? Kenapa napas lo kayak abis dikejar mantan?”
“Emang gue punya mantan? Lo 'kan kandidat calonnya.”
“Astagfirullah, serius gue tanya lo di mana?”
“Tanjung perak ...”
“Hah?! Becanda?”
“Tepi laut. Siapa suka, boleh ikut.”
“Berisik, gak usah nyanyi dasar toa!”
“Tadi lo ngomong apa, pacar? Sederhana-sederhana apa?”
“Gue tanya, kriteria idaman lo sesederhana itu?”
“Sesederhana itu?”
“Iya, yang ganteng.”
“Woiya, jelas!”
“Kalo ada cowok yang lebih ganteng dari gue, lo bakal lebih pilih dia dong, ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Talkzone
Teen Fiction"Lo terlalu sempurna, Pacar." "Gak ada manusia yang sempurna." "Pacar, tiba-tiba gue takut kehilangan lo." "Kenapa?" "Lo terlalu 'wah' buat gue yang terlanjur 'yah'." "Apaan, sih? Diajari siapa gombal gitu? Jelek tau." "Pacar, jujur sama gue. Pasti...