“Willy.”
“Lei.”
•••
20.23PM
“Assalamu'alaikum.”
“Huam, Wa'alaikumussalam ... I-ini siapa, ya? Gue gak kenal, kelihatannya salah sambung. Udah, ya? Gue tidur dulu, ngantuk banget. Dadah~”
“Oh, iya. Sori, gue salah nomor. Kirain ini nomor Dinda. Ya udah, gue tutup aja, ya.”
“Heh! Pacar, lo ngomong apa barusan?!”
“Loh? Tadi katanya gak kenal?”
“Sekarang kenal, udah inget. Tadi bangun tidur, nyawa gue belum kumpul.”
“Alesan, bilang aja lo takut gue tanyain apa kekurangan gue karena sebenernya lo belum tau kekurangan gue.”
“Duh, gue baru sadar kalo ternyata punya pacar pinter itu susah.”
“Susah apa?”
“Gak bisa dikibulin.”
“Kibulin? Apaan, sih?”
“Ditipu, lo gak bisa ditipu.”
“Masa, sih? Padahal gue bisaan banget kalo lo tipu.”
“Misalnya?”
“Gue selalu percaya sama omongan lo, meski kadang gak masuk akal. Ralat, selalu gak masuk akal.”
“Misalnya?”
“Tadi."
“Tadi apa?”
“Gue percaya, pas lo bilang kalo gue salah sambung. Padahal itu gak masuk akal, karena jelas-jelas di hp lo—nama kontak gue 'calon suami'. Tapi, gue tetep percaya 'kan?"
“Iya juga, ya?”
“Iya.”
“Eh, bentar. Lo tau dari mana nama kontak lo di hp gue?”
“Gue tanya dulu, lo udah tau kekurangan gue belum?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Talkzone
Teen Fiction"Lo terlalu sempurna, Pacar." "Gak ada manusia yang sempurna." "Pacar, tiba-tiba gue takut kehilangan lo." "Kenapa?" "Lo terlalu 'wah' buat gue yang terlanjur 'yah'." "Apaan, sih? Diajari siapa gombal gitu? Jelek tau." "Pacar, jujur sama gue. Pasti...