You're better than him

118 26 0
                                    

"Berhentilah mengatai noona-mu. Jeon Jungkook!" Tegas Jieun yang tidak tahan dengan makian banyak orang mengenai ibunya. 

"Sejak kapan aku menerimamu menjadi noonaku?" balas Jungkook. 

Jieun tidak percaya Jungkook mengatakan hal itu, jadi selama ini dirinya dianggap apa? Hanya sebuah boneka? Ternyata nenek dan cucu sama saja. Jieun akhirnya berdiri dan menatap lurus pada kedua manik mata yang sedang menatapnya. 

"Jeon Jungkook, kau boleh menghinaku. Tapi, menghina ibuku? Aku tidak akan diam. Berhenti mengataiku keluargaku!" 

"Kau yang memaksa masuk, dan ayahmu adalah keluarga Jeon bukan Lee. Berhenti seolah-olah kau diterima baik di keluargaku. Pergi saja dengan manusia Park itu dan jangan kembali." 

Sedetik kemudian Jieun benar-benar pergi dari hadapan Jungkook. Air mata yang terus mengalir membuat Jieun nampak kacau, manusia sepertinya mana bisa diterima seperti ini? Tidak mungkin. 

"Dasar brengsek kau Jeon, apa kau tidak bisa melihat lebih jelas? Siapa yang benar dan salah disini? Kenapa semua orang seperti itu eomma?! Mereka merendahkan dan mengucilkanmu! Kenapa kau tidak marah?!" teriaknya di taman itu. Sepi dan tidak ada yang menjawab, hanya Sang mentari yang melihatnya bersedih. 

Sebentar lagi gelap, tapi gadis itu tetap setia duduk di kursi yang kian mendingin. Ia takut untuk pulang ke villa milik Keluarga barunya itu, lebih baik ia berada di pesisir pantai dan tinggal dengan kakek neneknya dibanding di kota yang suram ini. 

"Sampai kapan kau akan seperti ini Lee Jieun?" tanya sosok pria yang kian mendekatinya, Kim Taehyung muncul dari balik bayangan hitam itu. 

"Oppa, kenapa kau disini?" tanya Jieun

"Hei, aku tahu tentangmu. Biasanya jika orang sedang dalam terpuruk mereka akan menyendiri, tapi bukan itu caranya Jieun-a." tutur pelan dari Taehyung. 

Taehyung duduk di samping Jieun yang nampak tidak mau memperlihatkan mata sembabnya, pria itu sadar akan kondisi sepupunya ini dan kejadian tadi siang pun ia melihatnya sendiri. Tangan pria itu menepuk bahu dan mengelus kepala gadis di sampingnya itu. 

"Kau tahu? Kau mengingatkanku pada adik perempuanku, sangat polos dan selalu cemberut jika aku tidak ada di sampingnya." 

"Apa dia secantik diriku?" canda Jieun yang mulai membuka hatinya untuk melihat kearah yang lebih baik. 

"Eoh, adikku jelek sekali! Aku bahkan sering menghinanya! Tapi aku tetap menyayanginya." tambah Taehyung membuat Jieun terdiam. 

"Jika kau kakakku, pasti aku akan lebih bahagia saat ini."

"Hei, kau tidak boleh seperti itu! Hidupmu itu sangat berharga! Kau boleh menangis sekarang, tapi besok tunjukan senyumanmu!" ucapnya menyemangati Jieun. 

Malam itu benar-benar tenang, bahkan sunyi. Jika Taehyung tidak datang pasti gadis itu telah hilang entah kemana. Bahkan awalnya Jieun ingin mengikuti jalan ibunya dan menghilang untuk kembali pada keluarganya. 

"Ayo kita pulang, Jieun." bujuknya dan dengan pasrah gadis itu meraih tangan Taehyung, namun di tengah perjalanan Jieun merasa sangat pusing dan penglihatannya memburam beberapa saat sebelum akhirnya Taehyung menyadari kondisinya. 

Pria itu segera mengangkat tubuh gadis itu di punggungnya, Jieun yang tidak bisa membuka matanya hanya berpegangan erat pada bahu pria itu.

Jungkook yang sedaritadi cemas karena Jieun belum pulang tidak bergerak sama sekali dari tempat duduknya. Ia mengingat pertengkaran mereka hari ini, pikirannya masih beradu dengan hatinya.

Mata hazel itu melihat ke sekelilingnya, sepi. Tidak satu pun yang duduk santai dengannya, semuanya sibuk mencari wanita bermarga Lee itu.

"Jieun!" Teriak Jimin yang segera berlari ke arah Taehyung yang sedang menggendong Jieun. Jungkook hanya melirik dan bersikap seolah-olah tidak peduli dengannya.

"Jungkook kau mau kemana? Saudarimu sudah kembali, cepat antar dia ke kamarnya." Ucap Namjoon padanya.

Jungkook malas untuk bertemu dengan Jieun jadi ia menyuruh Jimin saja yang mengantarnya.

"Taehyung-a aku akan mengantar Jieun ke kamarnya." Ucap Jimin yang segera menopang tubuh gadis itu, namun sebelum ia beranjak Taehyung menahan tangannya.

"Berhentilah bermain seperti ini, kau tahu apa yang akan terjadi jika Jieun sampai terluka. Aku peringatkan ini sebagai temanmu." Ucap Taehyung dan berlalu dari situ.

Jimin kembali berjalan menuju kamar Jieun, dan ternyata ada Jungkook yang sedang menunggu di depan kamar Jieun.

"Minggir Kook, kau menghalangi jalanku." Ucap Jimin tanpa melihat tatapan mata dari adiknya.

"Sebesar apa rasa sukamu padanya?" Tanya Jungkook,

"Kenapa kau peduli? Oiya kau kan tidak mau mengakui Jieun sebagai kakakmu kan? Jadi aku bebas bersama dengannya." Jawab Jimin dan menutup pintu dengan keras tepat di wajah Jungkook.

Pria itu kini kesal, marah, dan menyesal dengan pilihan hidupnya. Seharusnya bukan seperti ini cerita yang dialaminya. Ini tidak adil baginya.

Jungkook ingin membuka pintu kamar itu namun terhenti saat mendengar suara Jieun yang tertawa bersama Jimin. Mungkin ia harus membiarkan Jimin mendekati gadis itu. Lalu dengan perasaan yang kacau ia berbalik ke kamarnya.

Sedangkan di sisi lain Jimin sedang memutar rekaman yang diambilnya saat Jieun tertawa untuk membuat Jungkook pergi dari depan pintu. Setelah beberapa saat Jieun terbangun karena terganggu dengan suara tawanya sendiri. 

"J-jimin. Apa yang kau lakukan di kamarku?" Tanya Jieun.

"Menyelamatkanmu untuk tidur dengan damai,"

"Apakah Jungkook-"

"Apa yang kau lakukan ini salah Jieun. Berhenti menaruh rasa padanya. Aku tahu perasaanmu, tapi jangan membuat keadaan menjadi sulit," Tutur Jimin yang duduk di pinggir ranjangnya.

"B-bagaimana kau tahu?" Tanya Jieun yang kaget saat Jimin mengetahui perasaannya pada Jungkook. Padahal ia belum pernah menceritakannya pada siapa pun selian dirinya sendiri. 

"Aku melihat dari sudut matamu Jieun. Berhentilah berbohong."

Jieun duduk untuk membalas perkataan Jimin namun melihat raut wajah Jimin membuat Jieun menghentikan aksinya.

"Kau khawatir sesuatu akan terjadi kan? Aku tahu itu. Aku berusaha Jimin. Tapi ini sulit," ucapnya dengan tatapan kosong ke depan. Ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya untuk membuat masa lalunya sirna.

Tiba-tiba Jimin mendekatkan badannya kearah Jieun dan menangkup kedua pipinya. "Aku akan membantumu. Tapi biarkan aku duduk di sebelahmu mulai besok."

Jieun tidak bisa menemukan ide yang lebih bagus dari ini, jadi ia setuju dengan pemikiran Jimin. Namun, hatinya meneriakan nama Jungkook berkali-kali walau di hadapannya kini adalah Park Jimin.

"Kau lebih baik darinya. Tetaplah seperti itu."

This is Us √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang