Change

78 13 0
                                    

Matahari mulai masuk lewat sela-sela pintu ruangan itu, burung-burung mulai bernyanyi. Kehangatan di ruangan itu pun mulai terasa, bahkan lampu pun tidak dapat menyamai kekuatan dari matahari sendiri. Kini terlihat dua manusia yang sedang tidur pulas di sofa sambil berpelukan, bahkan mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang begitu mesra. Tak lama Jieun membuka kelopak matanya karena merasa risih dengan sinar yang begitu terang, ia menyadari bahwa semalam ia habiskan dengan canda tawa bahkan menangis bersama pria yang kini masih tidur di sebelahnya.

Jieun menatap wajah Jimin dari dekat untuk pertama kalinya, walaupun tidak setampan Jungkook, pria ini lebih lembut dari luar dan dalam. Ia merasa bahwa tangan Jimin memeluknya lebih erat, Jieun tahu pria itu sudah bangun "Kau ini benar-benar mencari kesempatan dalam kesempitan." Ucap Jieun sambil mendorong wajah Jimin menjauh. "Kau bau." Ledeknya.

"Ck, kau saja belum mandi dari kemarin pagi. Ha!" Balas Jimin sambil mencubit kedua pipi Jieun. "Park Jimin! Kau cari mati denganku, jadi cepat kemari!" Jieun mengambil sepatu dan melemparkannya pada Jimin.

"Cepatlah mandi aku akan memesankan makanan!" Teriak Jieun. Jimin yang mendengarnya langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengambil pakaian sama sekali.

"Jiminie pabo." Ucap Jieun yang kemudian membuka lemari ayahnya, ia mengambil sepasang baju untuk Jimin. Tapi tampaknya akan sangat kebesaran karena Jimin itu bertubuh pendek. Masa bodoh dengan baju itu, intinya pria satu itu memakai baju.

"Jimin, aku letakkan bajunya di sini ya!" Ucapnya disusul dengan teriakan Jimin dari kamar mandi. Setelah itu, Jieun  memesan makanan untuk mereka berdua. "Aku akan memesan ini, iya tampaknya cukup. Apa pria itu makan banyak ya? Dia tidak keberatan kan jika aku belikan hanya segini? Yasudahlah nanti jika kurang dia bisa beli sendiri!" Gumamnya.

Baru beberapa langkah menuju pintu depan untuk mengambil pesanan, ia merasa kepalanya sangat pusing, dunia terasa berputar sangat cepat hingga akhirnya ia masuk ke dalam lubang yang sangat gelap.

Jimin tidak terlihat sedikit pun, tidak ada yang menemaninya hanya ada kegelapan dimana-mana. Jika memang ini akhir hidupnya, akhiri saja sekarang. Namun, sebelum ia menutup matanya kembali sosok wanita muncul di hadapannya.

"Akhirnya kau datang," ucap wanita muda itu. "Kau menungguku mati? Wah hebat sekali!" Balas Jieun yang kemudian menyadari wanita yang ada di hadapannya. Wajah yang sangat familiar untuknya dan sudah lama tidak melihatnya. Wajahnya masih sama seperti 10 tahun lalu, bahkan lebih muda dan cantik kali ini.

"Eomma..."
"Kamu masih mengenalku, dasar anak nakal! Bisa-bisanya dirimu melupakan orang yang melahirkanmu!" Bentak Yoora pada putrinya yang kini sedang menahan air matanya.

"Eomma, aku ingin ikut denganmu! Aku tidak peduli lagi dengan mereka. Keluargaku semua sudah dengan ibu, tanpa ibu aku bisa apa?!" Tangisnya pecah membuat sang ibu medasa sangat bersalah.

"Lee Jieun, ibu harusnya memberitahumu tentang identitasmu yang sebenarnya. Tapi saat itu ibu sudah meninggalkanmu, dan sekarang waktunya kau mengetahui semuanya tentang kehidupan apa yang kita tinggali, alasan mengapa banyak sekali halangan bagimu." Yoora menarik tangan Jieun dan membuka pintu yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Eomma, apa ini surga?" Tanya Jieun yang semakin pasrah pada hidupnya. "Kau belum mati nak, tapi ya disinilah ibu tinggal. Jadi kemarilah!" Teriak sang ibu membuat Jieun semakin cepat menyusulnya.

Pemandangan yang sangat indah tampak di depan matanya,  pohon-pohon menari-nari menyambut kedatangannya. Ia bisa melihat betapa indahnya dunia ini, sungai yang mengalir jernih dan burung-burung yang terbang bebas di udara. Kini, mereka berdiri di atas bukit yang tidak bernama. "Untuk apa ini bu?" Tanyanya.

"Bukannya ibu bilang untuk memperlihatkan jati diri kita? Lee Jieun?" Ucap Yoora yang kemudian terjun dari tepi bukit yang curam itu, sontak Jieun berlari untuk menyelamatkan sang ibu. "Eomma..." suara tertahan saat ia melihat sang ibu terbang ke udara dengan bebasnya.

"Hei! Jieun! Cobalah!" Teriak sang ibu. Jieun hanya menggelengkan kepalanya "kenapa bisa aku memiliki ibu sepertinya? Ternyata ayah bisa menyukai mahkuk sepertinya juga." Gumamnya membuat sang punya nama sekarang telah duduk di sampingnya "aku mendengarmu putriku yang sangat nakal!" Ucapnya sambil mencubut pipi putrinya.

Jadi, ibunya adalah seorang malaikat? Malaikat pelindung jiwa ayah? Suaminya sendiri? Drama apa hang sedang ditonton olehnya sekarang? Apa mungkin karena itulah ibu selalu melarangnya untuk dekat dengan temanku yang jahat? Memikirkan hal ini saja sudah membuatku pusing, sekarang aku harus melanjutkan tugas ibuku bukan?

"Apa yang kau pikirkan itu benar Ji, ibu menunggumu untuk melanjutkannya. Ibu selalu merasa sedih saat melihatmu menderita bersama orang-orang itu. Jadi, ibu meminta Jimin untuk menemanimu."

"Jimin?" Tanya Jieun, jadi selama ini yang dimaksud Jimin ia mengenal ibunya, ternyata mereka adalah mahluk yang sama. Baiklah Jieun biarkan otakmu menyerap semuanya.

"Maafkan ibu Jieun, hanya ini yang bisa disampaikan padamu. Dan tentang Jungkook, pria itu yang akan menghabisimu suatu hari nanti, hati-hati dengannya."

Kembali dengan nama pria itu, kenapa harus dia?

"Jimin akan membawamu, jangan melanggar perintah lagi Jieun. Jadilah malaikat pelindung yang baik, kau mengerti? Waktuku tidak banyak, aku harus pergi." Ucap Yoora yang tidak lama kemudian menghilang dari hadapan putrinya.

"Terima kasih ibu, aku akan melakukan yang terbaik untukmu."

Jieun kebingungan sekarang, apa yang akan dia lakukan di tempat asing ini? Dimana pula pintu tadi?

"Ji, kau harus melihat dirimu di cermin sebelum pergi." Ucap seorang pria yang menemaninya tadi. Jimin.

"Kau mengetahui semuanya?" Tanyanya, namun lawan bicaranya itu hanya terdiam. "Kau membodohiku? Jadi ini alasanmu membawaku keluar  dari sana, wah park Jimin kau cerdas."

"Ji, aku hanya menuruti perintah ibumu sebelum ia pergi. Bukan tugasku untuk menjelaskannya padamu. Aku juga punya aturan yang tidak boleh kulanggar, maafkan aku Ji." Ucap Jimin yang kini sudah berada di depan Jieun.

Gadis itu terpukau dengan pria ini, wajahnya bak malaikat itu benar-benar membuatnya tidak bisa marah. Baju putih dan sayap halus yang dimilikinya membuat siapapun ingin berada di dekatnya bukan? Lalu apa yang sekarang harus kulakukan?

"Kau harus melihat dirimu terlebih dahulu, Ji." Ucap Jimin lagi, kemudian ia mengeluarkan cermin dari sakunya dan mengarahkannya pada Jieun. "Woah! Aku sangat berbeda! JIM!" Teriaknya kaget karena baru saja ia ingin menatap pria itu, Si Jimin bantet sudah mendorongnya hingga jatuh bebas di udara.

"PARK JIMIN KAU TERKUTUK!!" Teriaknya sambil menutup mata erat, tapi siapa sangka ternyata Jimin ikut terjun bersamanya "Ji, buka matamu jika kau tidak mau mati sia-sia." Ucapnya membuat empunya nama melotot kearahnya

"Kau gila!" Rasanya tiada henti mereka terjun. "Cepat rentangkan tanganmu!" Titah Jimin, dan mau tidak mau ia mengikutinya. Baru saja ia merentangkan tangan tubuhnya terangkat dengan cepat. "ARGH!" Teriaknya lagi, mungkin setelah ini Jieun tidak bisa membuka suara lagi.

"Gadis itu konyol," gumam Jimin menyusul jieun ke atas. Jieun yang kini merasa ada benda di punggungnya mulai membuka mata dan tersenyum lebar. Ia memiliki sayap yang sama dengan Jimin, dan sekarang ia terbang. Betapa indahnya mimpi yang kini dialaminya, Jimin menyusulnya hingga tidak sengaja menubruk sayap milik gadis di depannya.

Jimin tertawa melihat Jieun yang oleng ke kanan. "Selamat datang, Ji" ucapnya sambil memberikan senyum manis yang biasanya bisa meluluhkan hati wanita di dunia sana. "Heol, tidak kusangka aku akan menjadi mahluk sepertimu." Jimin membawa Jieun berkeliling sebelum akhirnya ia berhenti karena mengingat dirinya di rumah.

"Jim,  bagaimana dengan tubuhku?" Lalu hening menyelimuti mereka berdua.

"Kau sudah tidak bernapas, Ji. Jungkook yang menemukanmu."

This is Us √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang